05|Teman

162 18 3
                                    

Di sebuah ruangan yang hanya dihadiri oleh ketiganya, sementara Kenta tengah berjaga di luar, Zin nampak tak terima dengan sebuah kepasrahan Minji.

   "Apa maksud dari melakukan apapun?" Sesekali dia meringis kesakitan.

   "Maafkan aku ... Seharusnya dari awal aku tak gelap mata mengenai uang."

   "Bukan itu yang ingin kami dengar," putus Hobin yang hampir habis kesabarannya.

   "Tolong jangan beritahu yang lain terkait aku, tetapi Hyungseok sudah tahu, kok. Dia juga menjagaku di rumah ... Rumahnya Yoojin maksudnya."

Bibir Minji tersenyum getir.

   "Terutama Mijin. Aku tahu diantara kalian, dialah yang selalu mengkhawatirkanku."

   "Sayangnya ... Aku tak ada jalan keluar lagi. Akan sulit lepas dari genggaman Yoojin, mengingat dia memiliki koneksi yang besar."

   "Minji ... Kau tidak sendirian. Ada kami, kau jangan menganggap bahwa kami tak dapat membantumu."

Hobin mengusap wajahnya kasar.

   "Tidak bisakah kau melibatkan kami, kali ini saja?" pintanya yang hampir putus asa.

   "Minji, sekalipun kau menolak, kami akan tetap melakukannya. Mencari segala cara agar kau bisa bebas dari belenggu Yoojin."

   "Aku tahu ... Aku jelas butuh bantuan kalian, tetapi cerita hari ini tolong rahasiakan saja. Buat seolah-olah kita bertemu di suatu tempat dan ..."

Ada keheningan sebentar.

   "Tolong untuk selalu menjaga diri kalian sendiri. Aku tahu, berurusan dengan Yoojin bukanlah hal yang mudah. Dia bisa saja membayar pelacak paling handal di Korea jika ingin mencari informasi mengenai kalian, jadi setelah keluar dari sini maka bersikaplah seperti biasa. Aku tahu kalian berdua pandai berakting."

Minji tersenyum, mencoba untuk menunjukan pada keduanya bahwa dia tidak seburuk yang mereka khawatirkan.

   "Baiklah," jawab keduanya kompak.

Setelahnya mereka keluar, Zin dan Hobin mulai melancarkan aksinya. Di depan Kenta, Zin sedikit melantangkan suaranya.

   "Minji, kau seharusnya tidak berurusan dengan mereka. Terserahlah, aku akan angkat tangan mulai dari sekarang."

Hobin pun ikut andil.

   "Aku sudah tidak peduli kau mau hidup dengan cara apapun. Minji, ketahuilah bahwa kita tidak memiliki hubungan lagi. Maksudku hubungan pertemanan!"

Minji pun mulai berakting dengan menunjukan wajah sendunya menatap punggung kedua temannya.

   "Maafkan aku!" gumamnya yang masih dapat di dengar oleh Kenta.

Kembali ke Yoojin. Pria itu sedang duduk berhadapan langsung dengan Mitsuki. Di belakangnya ada seorang pria dengan rambut pirang, begitu juga di belakang Yoojin. Seorang pria bertubuh besar dengan kulit lebih gelap berdiri tegak.

Saat ini keduanya tengah menikmati makan siang. Sebuah ketukan terdengar, Yoojin pun mempersilahkan siapapun itu untuk masuk.

Nampak wajah melas dari Minji berjalan mendekati Yoojin.

   "Bagaimana pembicaraan kalian? Lancar?" tanyanya yang kemudian menuntun Minji untuk duduk di pangkuannya.

Sementara gadis itu hanya mengangguk lesu. Yoojin pun memanggil Kenta dengan isyarat, lantas pria itu mendekat dan berbisik. Setelahnya, ada seringai pada bibir manusia gila tersebut.

   "Bagus. Kau boleh keluar."

   "Baik."

Setelah kepergian Kenta, Yoojin mengambil sepotong daging dan mengarahkannya ke mulut Minji.

Takdir Yang Runyam (Lookism)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang