07|Kemalangan

167 14 1
                                    

Mereka telah tiba di rumah milik Hong Jay yang ternyata ada Hyungseok serta Mijin.

Begitu memasuki pintu depan, orang pertama yang Minji peluk adalah Hyungseok.

Semua teman-temannya tersenyum senang. Begitu melepaskan pelukan, ia langsung teringat pada ibunya.

   "Aku harus ke rumah sakit. Ayo bawa aku ke sana."

   "Tenangkan dulu dirimu. Ini sudah malam dan kau datang tanpa menggunakan pakaian yang hangat. Sebaiknya kau beristirahat dulu!" ucap Hyungseok yang terlihat khawatir.

   "Ibu baik-baik saja, kan?" tanyanya, pasalnya sejak tadi jantungnya terus membuatnya risau.

   "Sebelum kemari, aku sempat ke rumah sakit dan bibi baik-baik saja."

   "Baiklah."

Tiba-tiba perut Minji berbunyi, semuanya hening, detik berikutnya mereka tertawa terbahak-bahak, sementara Minji menahan malu.

Pagi itu cuaca nampak cerah dengan salju yang masih setia turun. Minji terbangun dari tidurnya dan terkejut ketika sebuah tangan melingkar di tubuh rampingnya. Dia berpikir bahwa dirinya telah tertangkap oleh Yoojin.

Begitu berbalik, wajah yang dia sangat rindukan justru ada di sebelahnya. Hyungseok masih setia tidur dan memeluknya, seketika itu juga wajahnya bersemu merah.

Detik berikutnya, Minji membangunkam Hyungseok, karena ia tak sabar ingin bertemu dengan ibunya.

   "Seok, ayo bangun. Mau sampai kapan kau tertidur, ha?" tanyanya sembari mencolek pipi pria tampan itu.

   "Hmm ... Sebentar lagi. Ini masih pagi!"

Seketika itu juga Hyungseok menarik Minji agar gadis itu mendekat. Pelukan ia eratkan, hingga menimbulkan rasa hangat.

   "Cuaca diluar sangat dingin, jadi tidurlah sebentar lagi."

Ia hanya menurut dan ikut memejamkan mata.

Siang itu Minji telah berada di rumah sakit, dia belum tiba di kamar rawat sang ibu.

Saat ini ia dan Hyungseok baru saja tiba, Minji tersenyum senang akhirnya bisa menemani ibunya kapan saja.

Begitu dia melewati sebuah belokan untuk tiba di ruang rawat sang ibu, Minji melihat ada sekitar dua suster dan satu dokter yang masuk secara terburu-buru ke dalam ruang rawat.

Saat itu pula jantung Minji serasa berhenti di tempat, dengan tungkai kaki yang semakin melemas, ia memaksa berjalan hingga tiba di pintu.

Matanya melihat dari kaca, dokter menutup wajah ibunya dengan kain putih.

Cairan bening hangat pun meluncur bebas membasahi kedua pipinya. Hyungseok bingung dan ikut mengintip, betapa terkejutnya pria itu.

Lantas Minji membuka pintu hingga mengejutkan mereka yang ada di dalam.

   "Ibu ... " Suaranya terdengar gemetar, Hyungseok segera menangkap Minji yang kebetulan ia hampir terjatuh.

   "Seok, ibu kenapa?"

Tubuhnya gemetar, rasanya seperti jutaan batu menghantam tubuhnya. Dadanya sesak, penglihatannya memburam karena air mata.

Dia merangkak menuju ibunya, menarik paksa kain putih dan menyentuh wajah pucat sang ibu.

   "Ibu bangun ... Ibu jangan tinggalin Minji, ibu janji mau buka usaha sama Minji. Ibu .. "

Minji menangis tersedu-sedu, dia memeluk mayat sang ibu. Sudah ditinggal ayah sekarang harus ditinggal pergi oleb ibunya juga.

Takdir Yang Runyam (Lookism)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang