LR-11

1K 141 3
                                    

Malam semakin larut, namun kedua mataku masih belum dapat terpejam hingga saat ini. Ingatan demi ingatan tentang semua yang terjadi kini perlahan mulai berputar dan berputar bagai ribuan roll film yang dimainkan bersamaan. Berikut dengan suara denting jam dinding yang menggema dan mengisi seluruh ruang kamar, membuat kedua mataku tak bisa terpejam walau hanya dalam sepersekian detik sekalipun.

"Entah sebaik dan sesempurna apapun pasanganmu itu, tetap saja itu aib. Dan hanya membawa kehancuran atas nama baik keluarga kita."

Kalimat hinaan juga makian yang terlontar dari bibir ayah, masih jelas berputar diingatanku.

"Jika memang kau tak menyukai putri tuan Qi, paling tidak lakukan demi reputasimu juga keluarga kita."

"Tak ada sedikitpun yang bisa kau harapkan dari hubungan sesama jenismu itu."

"Belajarlah untuk melihat semuanya dari sudut pandang yang nyata. Jangan hanya terpaku pada ilusi-ilusi yang bisa mengaburkan akal sehatmu."

Entah sudah berapa kali ayah mengulang hinaannya atas hubunganku, sejak aku menginjakkan kakiku disini. Dan entah berapa kali aku menguatkan hatiku atas cercaannya padaku.

Terkadang aku merasa begitu lelah menghadapi semuanya sendirian. Tapi aku tak bisa membawa pria yang ku cintai untuk terpuruk bersamaku.

Aku ingin dia bahagia. Aku rela menjadi langit malam hanya demi melihatnya bersinar terang layaknya sebuah bintang.




Sudah sejak beberapa jam lalu, aku berbaring diatas ranjang kamar yang sudah sangat lama tak kusentuh. Dimana saat aku mulai menyadari bahwa perasaanku padanya tak sekedar teman biasa, disaat itu pula aku pergi meninggalkan tempat ini.

Aku begitu mencintai priaku. Aku sangat mencintainya hingga aku ingin menukar semua duniaku agar bisa bersamanya.

Tok tok

Suara ketukan pintu seketika membuyarkan lamunanku.

"Yibo, ini aku. Kau sudah tidur?" Teriak seseorang dari balik pintu kamar yang begitu khas hingga tanpa perlu bertanya pun aku sudah tau siapa dia.

"Masuklah." Balasku berteriak sembari bangkit dari acara berbaringku untuk menyalakan lampu kamar.

Cklek

"Hey.. bagaimana kabarmu?" Sapa Wang Darren, saudara tertuaku.

Seorang pria tanpa cacat dan nyaris sempurna yang menjadi kesayangan juga panutan bagi kami kaum pembangkang.

"Seperti biasa. Ada apa kau malam-malam datang ke kamarku?" Balasku sembari mengisyaratkan padanya untuk duduk di ranjangku.

"Apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan putri keluarga Qi?" Tanyanya to the point yang membuatku muak.

"Menurutmu?"

"Yibo, aku tau kalau marah karena sikap ayah. Tapi bisakah kau tak membuatnya tertekan? Kesehatan ayah semakin memburuk sejak kau.. mm.."

"Sejak aku mengatakan kalau aku menyukai Xiao zhan?" Sergahku kala aku tau jika Wang Darren segan untuk mengatakannya secara gamblang.

"Yibo, jangan salah paham. Aku tak pernah mempermasalahkan orientasi sexualmu. Bahkan jauh sebelum kau mengerti apa itu rasa suka ataupun cinta, kejadian seperti ini sudah pernah terjadi disini."

"Maksudmu?"

"Dyllan. Dia juga pernah berada di posisimu. Dia juga pernah menjalin hubungan serius dengan kekasih prianya. Dia--"

"Huh? Dyllan saudara kita?"

"Hn. Tentu saja, Dyllan mana lagi yang kau pikirkan. Tentu Dyllan kita. Dia memiliki seorang kekasih pria bernama Chen Kuan Hong. Seorang pria asal Taiwan."

LOVE REPORTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang