Oh... fuck....
Gila... enak banget rasanya berada di dalam tubuh Thalia. Kontol gue berdenyut hebat dalam belitan kehangatan. Sekujur tubuh gue mengejang. Bulu kuduk gue meramang. Di atas tubuh Thalia, gue nyaris menggelepar.
"Liaaa... arrghhh...," geram gue saking nikmatnya.
Siaaal... mungkin karena gue ngelakuinnya diam-diam, semuanya kerasa jauh lebih nikmat daripada seks-seks gue sebelum ini.
Gue tahu ini salah. Gue bangsat. Gue bajingan. Tapi gue nggak bisa berhenti. Ini terlalu nikmat buat gue hentikan. Gue nggak tahu gimana gue akan ngejelasin ini ke Thalia kalau tiba-tiba dia bangun. Mungkin gue akan kehilangan dia selamanya, but fuck... dalam waktu singkat, gue ngerasa jatuh hati sama dia. Dia cantik banget. Sangat seksi. Sensual dan memikat. Entah kenapa gue nggak pernah jatuh hati padanya selama ini. Gue nggak mengingkari, seringkali gue diam-diam melirik saat rok Thalia tersingkap memperlihatkan paha mulusnya, atau saat belahan dadanya mengintip di balik kemeja, tapi yang gue rasain selama ini hanya gairah laki-laki biasa yang bisa gue alihkan dengan mudah mengingat dia temen gue. Namun sekarang lain. Sekarang, gue justru merasa sangat terpikat pada Thalia, bukan hanya nafsu sama tubuhnya.
Damn it. Gimana gue bisa mempertanyakan perasaan gue? Jelas gue sayang sama orang ini.
"Oh Liaaa... maafin gue... ahhh...."
Gue mencium pipinya dalam-dalam. Air mata gue merebak karena perasaan bersalah, tapi kontol gue yang terjepit erat otot-otot vaginanya nggak ngizinin gue untuk stop. Gue nggak bisa. Gue nggak rela melepas kenikmatan ini. Pinggul gue terus berayun. Milik gue yang keluar masuk liang sempit Thalia berkedut dan berdenyut. Pijatan otot-otot dalam dan bibir kelaminnya sungguh luar biasa. Gue mengerang-erang nikmat sementara batin gue terus bertarung. Ini temen lo, Arsenio. Gimana lu bisa begitu tega? Tapi ah... fuuuck... ini kelewat nikmat. Badan gue ampe gemetaran.
Liang Thalia yang semakin basah memperlancar pompaan dan tumbukan kontol gue di kewanitaannya. Meski basah, milik Thalia begitu kesat dan erat menggigit keperkasaan gue. Gue ngerasa bukan hanya gue yang menghajarnya, sebaliknya gue ngerasa terhajar oleh rasa nikmat yang teramat sangat.
Terlebih, mata Thalia yang tetap terpejam, tapi napasnya terengah dalam tidur dan pipi putih mulusnya yang merebak bersemu merah muda membuat gue semakin terangsang. Gue menjamah lagi mulutnya dengan mulut gue sementara kontol dan pinggang gue terus bekerja. Thalia membuka kecil mulutnya tanpa sadar, dan gue langsung menjejalkan lidah gue ke mulutnya. Lidah gue membelit lidahnya yang lemas erat-erat, mengacak-ngacak rongga mulut kecilnya yang hangat. Gue mengulumi bibir bawahnya yang lembab menggemaskan, gue tarik sampai jauh saking geregetannya, lalu gue kulumi lagi hingga makin basah.
Pinggul gue berputar-putar, membuat batang kerasa gue menari-nari di dalam tubuh Thalia. Gue meremasi susunya, merunduk dan mencaplok lalu mengisapnya ganas, sementara penis gue terus merojoknya tanpa ampun. Milik Thalia semakin becek dan basah, punya gue keluar masuk dengan lancar. Gue menekannya gemas sampai jauuuh ke dalam, dan tanpa menariknya lagi gue mendesak kencang sampai puas. Gue hantam kembali dengan penuh kekuatan hingga suara persetubuhan yang menyerupai tepukan itu semakin kencang.
Ahhhkkk!!!
Gue mencabut milik gue karena tak tahan. Gue nggak ingin cepat-cepat muncrat dan menyudahi segalanya. Thalia mulai merintih-rintih, dia semakin resah. Gue merayap ke bawah, berbaring telungkup menangkap kedua sisi pahanya dan menariknya mendekat ke muka gue. Wajah gue terbenam dalam memek Thalia yang sangat basah. Gue menjilatinya lagi. Aroma dan rasa tubuh gue dan Thalia bercampur di lidah dan hidung gue. Lidah gue kembali melesak ke dalam bergantian dengan jari gue yang masuk bersamaan. Gue naik menjilati klitorisnya, dua jari gue menusuk-nusuk semau gue. Thalia mengerang, tubuhnya menggelinjat-gelinjat, tapi dia tetap saja tidur. Fuck. Apa dia sebenarnya pingsan?

KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN TAPI BERCINT4
RomansArsen putus asa karena akhir-akhir ini gadisnya lebih akrab dengan sepupunya. Dia mencurahkan perasaannya pada Thalia, sahabatnya yang sedang tidur pulas.