Gue menelungkup di depan milik Thalia yang kembali terekspos lebar di hadapan gue.
The fact that dia kangen ama gue dan diungkapin dalam tidurnya bikin gairah gue memuncak.
Kali ini, nggak ada keraguan lagi di hati gue untuk melakukannya. Gue akan menyetubuhi Thalia. Gue bernapas di hadapan milik Thalia yang basah, menghirup aroma intimnya hingga merasuk ke otak gue. Aromanya begitu segar dan menggairahkan. Gue seakan langsung bisa membayangkan bagaimana rasa tubuhnya di ujung lidah gue. Ah... gue menggigit bibir dengan resah, penis gue tergencet perut dan permukaan kasur yang lembut, lalu gue menggeseknya dengan goyangan pinggul gue sendiri. Gue ingin milik Thalia menyelimuti keperkasaan gue yang berdenyut. Thalia... lu cantik banget... gue mabuk kepayang.
Dengan lembut, gue menyibak pipi vagina Thalia dengan jari telunjuk kedua tangan gue.
"Fuck," maki gue, hampir nggak percaya dengan mata gue sendiri. Wajah gue dan milik Thalia saat ini berjarak sangat dekat, hanya sepanjang panjang lidah gue. Napas gue berembus hangat meniupi miliknya yang luar biasa lembab. Cairan kental membayangi liang Thalia, merembes basah ke seluruh permukaan labianya. Gue menelitinya dengan saksama seperti seorang ilmuwan, setiap jengkalnya gue perhatikan. Gue ingin menikmati pemandangan ini sebelum melahapnya seperti hidangan yang lezat. Jantung gue berdegup liar. Rahang gue mengetat keras menahan ledakan gairah yang meluap.
Easy, Arsenio... easy...
Gue harus tetap memperlakukan tubuh Thalia dengan sangat baik.
"Merah banget," gumam gue takjub. Napas gue tertahan saat lapisan-lapisan indah itu tersibak di depan mata gue.
Gue membuka makin lebar. Warna kewanitaan Thalia benar-benar luar biasa, merah segar, bukan cuma pink. Gue mengibaratkannya seperti bunga mawar yang mekar, berikut lapisan-lapisan labianya yang tersusun rapi dan indah. Seakan-akan, saat Tuhan menciptakannya, Dia nyuruh pengrajin paling pandai buat ngerjain milik Thalia doang. Terlebih, kekontrasannya dengan warna selangkangannya yang sangat bersih, putih, dan mulus, ngebuat bunga kegadisan Thalia semakin menggiurkan. Gue menarik napas panjang. Otak gue sempat ngelag saking kagumnya. Gue membutuhkan udara segar.
Jari telunjuk tangan gue yang sudah teremut basah oleh ludah gue sendiri sekarang membelah kewanitaan Thalia dengan sangat lembut. Gue membelainya dengan sangat hati-hati sambil memperhatikan reaksi Thalia sejak ujung jari gue menyentuh hingga membentuk garis tak kasat mata dari liangnya menuju ke atas, memberi sentilan pelan pada klitorisnya. Biji kecil itu bergetar kecil di ujung jari gue.
Pinggulnya mengejang samar. Gue menarik jari itu turun sambil meneteskan ludah gue dari atas. Ludah itu melicinkan perjalanan jari gue ke bawah menyentuh bibir kelaminnya yang basah. Gue mengitarinya sambil gue intip liang sempitnya. Bibir kewanitaannya mulus, kapan terakhir kali Thalia bercinta.
"Ohhh... fffuck...," gue mengerang gemas.
Ujung jari gue menggodai liang sempit itu dan gue menyaksikan sendiri cairan meleleh lambat dari dalam tubuh Thalia. Gue menggigit bibir kuat-kuat. Ingin rasanya gue menusuk kasar dan menyodoknya dengan jari gue. Namun, gue hanya menyundul-nyundulnya pelan, penuh perasaan, menikmati gelinjang pelan Thalia yang tanpa sadar. Dia begitu seksi, gue ingin menerkamnya dengan mulut gue, memagut buas, dan melihat reaksinya dengan mata kepala gue sendiri.
Gue mengambil cairan yang meleleh itu dengan ujung jari gue dan meratakannya di bibir liang sanggama Thalia. Kemudian, dengan hati-hati, gue mulai memasukinya.
"Aaahkkk," geram gue menahan diri saat kehangatan Thalia menyelimuti buku jari pertama gue. "Shit!" umpat gue. Baru seujung jari aja, tubuh gue seperti tersengat listrik ribuan volt sampai pundak gue gemetaran. Segala gerakan yang gue lakukan penuh penghayatan ini rasanya membutuhkan tenaga lebih besar daripada jika gue menggenjotnya kencang sekalian. Menahan diri memang luar biasa sulit, terutama jika godaan ini begitu dekat dengan mata gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN TAPI BERCINT4
RomanceArsen putus asa karena akhir-akhir ini gadisnya lebih akrab dengan sepupunya. Dia mencurahkan perasaannya pada Thalia, sahabatnya yang sedang tidur pulas.