Chapter 8

73K 248 14
                                        

Gue kangen pasangan ini jadi gue posting satu chapter lagi buat elu.

Download pdf-nya di karyakarsa gue.

Ada 50 part plus extra part cuma 100K dijamin puas.

Hal pertama yang gue rasakan saat kesadaran gue kembali adalah rasa sesak di milik gue di bawah sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal pertama yang gue rasakan saat kesadaran gue kembali adalah rasa sesak di milik gue di bawah sana. Selain itu, tubuh gue terasa pegal dan aneh. Gue masih berpikir itu gara-gara mimpi gue. Mungkin gue kecapaian gara-gara ngedance terlalu bersemangat. Namun, suara bisikan di telinga gue itu begitu nyata. Memanggil-manggil gue untuk bangun dengan cara sensual dan bikin bulu kuduk gue meremang. Gue masih bersikeras tidur, pengaruh obat tiku kuat banget. Sampai kemudian, gue menyadari bahwa itu suara Arsenio. Hal lain yang gue sadari juga... tubuh gue dientak-entak. Saat itu gue tahu, rasa sesak di milik gue itu nyata. Bukan mimpi. Punya gue emang lagi disesaki benda lunak berdaging padat yang keras. Seketika gue tergemap. Gue diperkosa. Namun, reaksi gue saat bangun nggak sesuai dengan penolakan di otak gue. Fisik gue masih lemas karena entah obat apa yang dilarutin ke minuman gue.

Terlebih, saat gue tahu sosok buram di depan gue itu beneran Arsenio.

Refleks, gue meronta kebingungan. "Arsen... lu... ah, lu ngapain gue?" tanya gue, masih nggak paham kenapa gue dan Arsen bisa sampai begini. Tubuh gue benar-benar telanjang bulat dan kontol Arsen yang keras banget sedang menyodok intens milik gue. Dia nggak melakukannya dengan cepat dan kecang, melainkan pelan, tapi penuh tekanan. Gue merasakan nikmat di liang sempit gue, gue mencoba berontak karena gue nggak menginginkan ini. "Arsen! Lepasin! Tega banget lu sama gue kayak gini? Ahhh... Arsen... lu ngapaiiin?"

Gue hampir nangis karena nggak berdaya. Antara tubuh gue masih lemah dalam pengaruh obat, atau Arsen emang terlalu kuat buat gue lawan. Gue menunduk, melihat payudara gue lepas ke mana-mana, memantul-mantul seiring gerakan pinggul Arsen yang memompa vagina gue. Perut gue dan perutnya menempel lekat berbalur keringat. Arsen berada di atas gue, menahan kedua tangan gue di atas kepala. Miliknya menghunjam di liang sanggama gue dengan lancarnya, cairan gue berhamburan menimbulkan suara mesum yang bikin merasa risih. Aroma persetubuhan udah begitu pekat. Arsenio udah menggagahi gue cukup lama sampai udara di sekitar gue berubah. Tubuh gue pun udah panas membara. Gue memberikan respon di luar kesadaran. Buktinya, saat ini milik gue menerima Arsenio tanpa rasa sakit, atau terpaksa.

"Hssst... hssst... tenang, Lia... it's okay... ah... shhh... gue lagi ngentotin lu," kata Arsenio santai. "Cium gue...."

"Enggak!" tolak gue sambil berpaling. Dada gue membusung lagi dalam tindihan Arsen, menggesek dadanya yang bidang. Gue mencoba memutar tangan gue dalam cengkeramannya, tapi Arsen nggak membiarkan gue lepas. Dia malah meningkahi gerakan kepala gue ke sama kemari dengan mendusal-dusal muka gue, menjilati leher gue, dan menggiti cuping telinga gue. Gue terengah, capek menghindar, akhirnya gue berhenti dan menangis. "Oh... Arsen... lu jahaaat," rengek gue sambil menunduk ke bawah, menyaksikan perpaduan tubuh gue dan Arsen. Milik gue menggelenyar, gue terus menciptakan cairan pelumas yang membuat Arsen leluasa keluar masuk dari tubuh gue. Milik Arsen yang sangat keluar timbul tenggelam di milik gue. Gue merasakan gesekan urat-urat dan kekencangan batangnya di bibir kelamin gue.

TEMAN TAPI BERCINT4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang