"Seulgi!!!"
Dan mimpi indah sang anak SMA harus terhenti karena suara alarm yang tak lain dan tak bukan suara neneknya. "Seulgi bangun!"
"Lima menit lagi halmeoni mhmmm..." Erangnya sambil kembali menarik selimut.
"Aw, udah halmeoni, udah. Iya, iya aku bangun" Kebiasaan. Wanita tua itu selalu menjewer telinga Seulgi untuk membangunkannya seolah dia ini masih anak-anak. Ya walaupun di matanya Seulgi akan selalu menjadi gadis kecilnya.
Halmeoni telah mengambil alih posisi ibu dan ayah Seulgi. Bahkan di usianya yang nyaris tujuh puluh tahun dia masih bekerja keras membanting tulang demi menghidupi cucunya yang kadang durhaka.
Gadis monolid itu sudah ada di tahun kedua sekolah menengah atas tapi kebiasaan susah bangun pagi masih melekat pada dirinya.
"Cepet mandi terus sarapan! Lihat itu si Lucy udah kenyang, udah wangi, gak bau kecut kayak kamu" Oh nenek kesayangannya ini sungguh berlebihan. Bisa-bisanya membandingkan dirinya dengan kucing peliharaannya.
Awalnya Seulgi kembali mengerang. Tapi perlahan matanya melebar menatap jam di dinding kamar.
"Halmeoni ini udah setengah tujuh, kenapa gak bangunin aku dari tadi?!" Seulgi langsung melompat dari ranjang, berlari oleng keluar kamar, dan menutup keras pintu kamar mandi. Meninggalkan halmeoni yang terus meneriakinya. "Nanti pintunya rusak, Seulgi!!!"
"Halmeoni jangan lupa minum nanti sakit tenggorokan!" Jerit si cucu dari dalam kamar mandi.
Sepuluh menit berlalu, gadis remaja itu sudah siap dengan seragam lengkapnya bahkan sudah selesai dengan sarapannya. Sejak keluar kamar mandi, Seulgi tak dapat menemukan neneknya di semua sudut rumah. Pasti dia sudah berangkat duluan menuju kedai dengan motor tuanya.
Dengan langkah seribu, Seulgi pergi ke sekolah. Tapi dia tertegun sejenak, menatap rumah berlantai dua di depannya. Dia punya tetangga baru sekarang. Keningnya berkerut mendapati lampu-lampu di rumah itu masih menyala, pemiliknya pasti masih tidur nyenyak. Juga halaman rumahnya yang penuh dengan dedaunan kering. Orang dewasa itu memang pemalas. Gerutunya dalam hati lalu berlari cepat menuju halte.
***
Seorang lelaki berperawakan tinggi masuk ke dalam kelas dengan dorongan teman-temannya dan dia kini sudah berdiri di samping meja yang ditempati seorang gadis cantik. Lelaki itu tersenyum padanya tapi si gadis tidak sedikit pun berniat membalasnya. Dia hanya menatap orang asing itu sekilas kemudian kembali dengan salinan tugasnya. Mengganggu saja, batinnya.
"Umm... Krystal, aku suka sama kamu, mau gak jadi pacarku?" Ucap lelaki itu tanpa aba-aba menimbulkan keriuhan di dalam dan di luar kelas.
"Kamu siapa?" Tanya gadis yang dipanggil Krystal seraya menatapnya tajam sampai membuatnya salah tingkah.
"Ah, aku anak kelas sebelah, namaku..."
"Aku tidak mengenalmu" Krystal memotong ucapannya. Dia tersentak dan diam sesaat.
"Boleh aku mengajakmu jalan supaya kita bisa saling kenal? Bagaimana kalau nanti sepulang sekolah?"
"Aku sibuk" Sahut Krystal datar.
"Kalau besok?"
"Sibuk juga" Sahutnya lagi sembari kembali sibuk menulis di bukunya.
"Kalau minggu depan?"
"Ya! Dia sudah menolakmu mentah-mentah apa kau tidak punya malu?" Seketika semua orang di dalam ruangan terdiam dan kegaduhan di depan kelas terhenti saat gadis yang baru saja datang itu bersuara. Sedang Krystal tidak bisa menahan senyumnya karena sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
2817 ✔
FanfictionComplete // short story Start: 2 September 2022 End : 3 Desember 2022