14 (END)

2.5K 229 50
                                    

Seulgi sedang duduk di salah satu kursi, menunggu bus yang akan dia tumpangi untuk mengantarnya pulang. Tapi dia datang terlalu cepat, alhasil dia masih harus menunggu bus itu lebih lama.

Dia bersandar mencari posisi duduk yang nyaman untuk duduknya yang tidak sebentar. Sesekali anak itu bahkan membentur-benturkan kepala belakangnya pada kursi besi itu, melampiaskan rasa sakitnya ke situ.

Seulgi hanya ingin duduk berdiam diri sambil sesekali melamun.

Kira-kira bagaimana perasaan Irene Unnie saat ini? Pasti dia lebih bahagia. Tunangannya itu mungkin saja telah memberikan ketenangan dan kehangatan padanya. Membayangkannya saja sudah membuat hati Seulgi tercabik-cabik.

Bukankah Irene Unnie bilang kalau mereka sudah lama berpisah? Tapi kenapa dia membawa wanita itu ke ruangan pribadinya, semalam ini, dan melakukan... entahlah aku harus menyebutnya apa.

Dan jika Irene Unnie tidak menginginkannya kenapa dia mendesahkan nama wanita itu? Mungkin dia memang menginginkan kembali.

Apa semua orang dewasa suka melakukan itu?

Setan di dalam dirinya terus bersahutan coba memperkeruh isi kepalanya.

Air mata mendesak untuk keluar tapi Seulgi terus menahannya agar tidak keluar yang malah membuat matanya menjadi panas.

Seulgi menunduk cukup lama, berusaha mengatur napasnya yang sempat terengah lalu membayangkan adegan yang baru saja dia lihat. Tak sengaja Seulgi menjatuhkan satu bulir air matanya dan segera dihapusnya.

Dia merogoh saku jaketnya, mengeluarkan sesuatu dari balik sana.

"Sialan, kenapa hatiku sakit sekali. Kenapa, huh?" Katanya pada lollipop rasa jeruk yang kini terpampang nyata di hadapannya.

"Setelah sakit jantung dan sakit hati, sebentar lagi aku akan sakit apa lagi?"

Dan lollipop itu hanya diam tak meresponi ucapan Seulgi.

"Aw!" Pekik Seulgi saat dikejutkan dengan satu jitakan di kepalanya.

"Anak bodoh, apa kau sedang bicara pada benda mati?" Suara seseorang.

Lantas, Seulgi pun menoleh ke samping kirinya, melihat siapa yang baru saja berani menjitak kepalanya.

Mata Seulgi membulat. Bagaimana bisa Irene Unnie di sini?

Seulgi memalingkan pandang, menunduk dan berusaha menutup wajahnya dengan tangan karena matanya pasti sudah sangat merah sekarang.

"Soal tadi..." Irene berucap sangat pelan.

Apa?! Unnie mau mengelak dan bilang kalau pengelihatanku kabur?!

"Hash jeongmal! Kau seharusnya menolongku kenapa malah lari?!" Irene langsung menaikkan suaranya dan menurunkan tangan Seulgi, membuat anak itu terkejut.

Tak bisa menghindar lagi, Seulgi pun menegakkan wajah dan menatap Irene. "Bukannya Unnie sedang bersenang-senang?"

"Apa ekspresiku seperti orang yang sedang bersenang-senang?!" Irene mendekatkan wajahnya ke wajah Seulgi dan anak SMA itu spontan memundurkan tubuhnya. Menurutnya tampang wanita itu sangat mengerikan sekarang.

"Kau ini kapan pintarnya hah, kenapa aku bisa berteman dengan anak bodoh sepertimu?!" Ucap Irene geram sambil tangannya kembali menjitaki kepala Seulgi.

Seulgi hanya pasrah, terdiam sesaat memandangi jalanan kota yang masih ramai meski sudah hampir mendekati tengah malam.

"Ya, aku memang bodoh" Ucapnya kemudian dengan nada serius.

2817 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang