6

1.4K 206 18
                                    

Pagi ini Irene bangun lebih awal dari biasanya bahkan dia sudah lengkap dengan atribut kerjanya. Dia kini sibuk berkutat di dapur dengan sarapannya. Hanya sepotong roti selai, telur dadar, dan secangkir kopi hangat.

Irene menyantap roti sambil membuka tirai dan dia bisa melihat si gadis SMA berlarian di gang. Wanita akhir dua puluhan itu menengadah menatap langit.

Seulgi bergegas menuju halte sambil memandangi gumpalan awan hitam di atas sana. Mendung, akan turun hujan sepertinya. Dia berlari kencang, takut kehujanan dan akan menyusahkan halmeoni kalau sampai sakit.

Tin... tin...

Seulgi dikagetkan oleh suara klakson dari sebuah sedan mewah berwarna putih yang berhenti di sebelahnya. Begitu jendelanya turun, nampaklah seorang wanita berkemeja putih dibalut blazer abu-abu dan pants suit warna senada.

"Cepet masuk!" Seru wanita di dalam mobil. Gadis 17 tahun itu hanya bengong.

"Kang Seulgi buruan masuk, ngapain bengong di sana?!" Serunya lagi. Yang dipanggil segera masuk dan memasang seat belt.

"Lelet banget, mau kehujanan kamu?" Katanya sambil menjalankan mobil sementara Seulgi masih bengong tak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Di mana sekolahmu?"

"Setelah Lotte World ada lampu merah belok kanan" Jelas Seulgi.

"Kok Unnie bisa tahu namaku?" Kaget gadis itu setelahnya karena mereka belum pernah saling bertukar nama.

"Kamu gak lagi pakai seragam temanmu, kan?"

"Ah, iya benar juga" Jawab Seulgi sambil memegang pin namanya.

"Irene" Ucap sang wanita dewasa pelan.

"Huh?" Sahut Seulgi seraya menengok ke arah kiri.

"Namaku Irene" Ucapnya lagi masih dengan nada pelan dan tampang datar.

Deg.

"Ah, aku suka sekali nama itu" Irene hanya diam, fokus pada jalanan di depannya. Seulgi menunggu responnya beberapa saat tapi Irene masih bertahan dalam diamnya.

"Wah, daebak, daebak!" Pekik Seulgi tiba-tiba melihat interior mobil Irene yang didominasi warna hitam, terkesan sangat elegan. Ada sunroof di bagian atap mobil yang membuat anak itu bisa melihat rintik hujan yang mulai jatuh.

"Ya ampun ini kursi empuk banget, kasur di rumahku aja kalah empuk" Seulgi berdecak kagum dan menyentuh apa pun yang ada dalam mobil mewah ini kecuali pengemudinya tentu saja. "Mobil Unnie benar-benar keren. Rapi, bersih, dan wangi"

"Ah, ngomong-ngomong, kenapa Unnie tiba-tiba bawa mobil?"

"Tumben sekali Unnie berangkat ke kantor pagi-pagi?"

"Dan Unnie pakai parfum apa di mobil ini? Aku suka, aku suka"

"Kamu bener-bener gak suka sepi ya? Nyerocos terus" Jawab Irene datar.

"Aku hanya penasaran"

"Oh"

"Oh doang, Unnie kalau ngomong perkatanya bayar ya?"

"Udah sampai" Irene berhenti tepat di depan gerbang sekolah. "Gomawo, Unnie".

"Ini untukmu" Irene menyerahkan sebuah tote bag konsisten dengan ekspresi datarnya.

"Apa ini?" Seulgi mengintip dan mendapati sebuah kotak makan di dalamnya.

"Bekal"

"Unnie gak perlu repot-repot. Halmeoni kasih aku uang jajan kok"

2817 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang