7

1.5K 212 10
                                    

Siang ini cukup terik setelah sepanjang pagi Seoul diguyur hujan. Teriakan gusar pun terdengar di penjuru sekolah. Wanita 28 tahun itu sedang bersandar pada gerbang sekolah, seakan tak peduli wajah putih mulusnya akan terbakar. Semua mata tertuju padanya yang terlihat rapi dan mempesona dengan setelan kerjanya. Seulgi menghampiri Irene yang pandangannya tak pernah lepas dari layar ponsel.

"Unnie" Begitu mendengar sapaan itu, Irene memasukkan gadget-nya ke saku blazer. Dia kaget mendapati Seulgi sudah ada di sampingnya bersama seorang gadis dengan lipstick merah menyala dan bedak yang terlihat terlalu tebal, hmm dandanan yang berlebihan untuk seorang anak SMA.

Irene memeriksa jam di pergelangan tangan kirinya. "Syukurlah aku tidak perlu membeli sekolahmu"

"Unnie, kenalkan ini Krystal temanku, dan Krys, ini Irene Unnie tetangga baruku" Ucap Seulgi sambil melihat dua orang di dekatnya itu bergantian.

Irene mengulurkan tangannya dan Krystal yang menatap Irene dengan rasa curiga dan cemburu menerima uluran tangan itu. "Hai, Unnie"

"Hai" Sahut Irene datar.

"Kalian mau ke mana?" Tanya Krystal.

"Paling di kedai aja" Seulgi menjawab dan setelahnya merogoh dompet, mengambil selembar uang di sana dan menyodorkan uang itu pada Krystal yang menatapnya bingung. "Buat bayar makan sama minum yang kemarin"

Krystal menggeleng. "Ya ampun gak usah, cuma berapa sih"

"Gak papa, aku bayar"

Krystal mendorong tangan Seulgi pelan. "Bayarnya pakai menginap di rumahku aja, udah lama gak ke rumah kamu dicari Eomma sama Appa"

Seulgi merasa tak enak hati. "Ya udah deh, nanti aku main-main ke rumahmu"

Menginap yang bagaimana maksudnya itu? Irene menangkap hawa lain dari gadis itu dan untuk sesaat Irene merasa tidak rela.

Tin... tin...

Sebuah mobil berhenti tepat di depan ketiganya.

"Aku udah dijemput" Kata Krystal.

"Ya udah, pulang sana"

Krystal tersenyum dan mengangguk. "Sampai ketemu besok, Seulgi sayang. Dadah" Dipeluk dan dikecupnya pipi Seulgi singkat dan sesudahnya masuk ke dalam mobil mewahnya.

"Iya, dah, Krys!" Gadis itu akhirnya pergi setelah melambaikan tangan pada Seulgi.

"Mesra banget" Sindir Irene.

"Kenapa gak tunggu di mobil aja, sih?" Bukannya menjawab, Seulgi malah sewot karena sedari tadi merasakan tatapan-tatapan orang yang hilir mudik di sekitar gerbang sekolahnya itu penuh ingin pada Irene.

"Aku gak dapat parkir, tuh mobilku di belokan sana" Kata Irene sambil menunjuk dengan dagunya.

"Kenapa? Kamu malu aku jemput? Kalau ada yang tanya ngaku aja aku ini kakakmu" Imbuhnya dengan santai.

"Aniyo, bukan begitu" Seulgi menggoyang-goyang telapak tangannya takut Irene salah berprasangka. "Aku cuma gak suka Unnie jadi pusat perhatian".

Seulgi lantas menarik lengan Irene untuk menjauh dari gerbang. Irene pasrah, hanya bisa menurut mendapat perlakuan seperti ini dari seorang anak kelas dua SMA. Kaget? Senang? Entahlah, Irene tidak bisa menjelaskannya.

Di dalam mobil keduanya kompak membisu. Sampai suatu masa Irene menoleh ke arah Seulgi. "Mau makan apa?"

"Huh? Aku pikir Unnie akan langsung mengantar aku ke kedai. Gak usah, aku biasa makan siang di kedai. Unnie balik kerja, gih" Jawab Seulgi sedikit kaget dengan pertanyaan Irene.

2817 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang