8

1.5K 203 25
                                    

Seorang gadis berseragam nampak menengadah, memandangi gedung yang menjulang tinggi dengan ratusan jendela kaca yang menyilaukan di setiap lantainya. Kadang dia mengaguminya, tapi di satu waktu dirinya merasa terkucilkan. Sampai seorang wanita cantik melangkah keluar dari gedung di hadapannya dengan terburu-buru. Gaya dan riasannya tidak muluk-muluk tapi elegan, tubuhnya tidak terlalu tinggi terkesan mungil, tapi aura kepemimpinannya sangat kental terasa.

"Kenapa ke sini?" Irene turun dari anak tangga sambil bersungut-sungut karena Seulgi terus-terusan menelponnya saat meeting.

"Aku baru selesai UTS, rasanya aku sangat butuh refreshing" Kata Seulgi sambil memegangi kepalanya.

"Aku masih banyak pekerjaan, nanti malam aja kalau mau jalan-jalan"

Seulgi menarik ujung lengan kemeja Irene dan memasang tampang memelas. "Aku mau lihat-lihat kantormu, boleh ya?"

"Kamu kira kantorku taman bermain?" Sahut Irene cepat.

"Jebalyo CEO-nim! Aku janji tidak akan nakal dan mengganggu siapa pun!" Ujar Seulgi lantang lalu membungkuk 90 derajat, membuat Irene melengkungkan bibirnya ke atas sambil menggelengkan kepala melihat tingkahnya. Ah lucunya.

"Ya sudah"

"Huh, jinja?" Seulgi mengangkat kepala dan membuat ekspresi tidak percaya sementara Irene langsung menurunkan kedua sudut bibirnya.

"Ya"

"Yay!" Seulgi mengangkat tangannya ke atas kegirangan.

"Tapi sepertinya kamu akan bosan di sini"

Seulgi tersipu-sipu dan menyenggol lengan Irene. "Asal ada Unnie aku bakal betah kok hehehe"

"Ayo"

Keduanya memasuki kantor bersama. Begitu memasuki gedung, Seulgi tak hentinya dibuat kagum dengan interiornya yang sangat memanjakan mata. Dia membungkuk sopan pada setiap orang yang ditemuinya dan terus mengekori Irene. Seluruh staff dibuat melongo dengan kehadiran seorang anak SMA yang berlompatan di samping CEO mereka.

"Ya, apa aku baru saja melihat Nona Bae tersenyum?" Tanya salah satu staff lelaki yang diikuti anggukan oleh yang lain.

"Ah, kau juga melihatnya?"

"Iya, iya, aku melihatnya!"

"Siapa dia? Apakah adik Nona Bae?"

"Huh? Bukankah Nona Bae anak bungsu?"

"Ya, sudah, sudah, kembalilah bekerja atau Nona Bae akan memarahi kalian nanti" Kalimat Jennie membuat sekumpulan pekerja itu membubarkan diri. Ekspresinya campur aduk, senang dan kaget secara bersamaan saat menemukan senyum yang lama hilang itu telah kembali dan itu dikarenakan seorang anak SMA. Jennie bahkan segera meneguk minumannya untuk mengatasi keterkejutannya.

Irene membawa Seulgi ke ruangannya dan untuk kesekian kalinya remaja itu berdecak kagum atas dekorasi ruang kerja Irene. "Daebak, ini sih lebih keren dari yang di drama-drama Korea"

Yang pertama kali terlihat adalah sofa hitam minimalis dengan dua buah bantal berwarna putih tepat di tengah ruangan menghadap ke sebuah layar televisi. Lalu di sudut ruang ada lemari kaca besar yang isinya penuh dengan koleksi miniatur ciri khas negara-negara di dunia dan belasan plakat penghargaan milik Irene.

Di sebelah kanan ruangan, tepatnya di dekat jendela ada meja kerja berukuran besar. Sebuah laptop dengan logo buah apel yang tergigit dan timbunan dokumen menghiasi meja itu. Ada juga beberapa lukisan abstrak yang terpajang di dinding.

"Wah, ruanganmu besar sekali. Apa Unnie gak kesepian tiap hari sendiri di ruang sebesar ini?" Seulgi mengitarkan pandangannya ke setiap sudut sementara Irene sudah duduk di balik meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaan.

2817 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang