Chapter Fifteen : Missing

359 43 9
                                    

Hanya bisa menatap dari jauh ruangan tempat Jisung tengah ditangani oleh dokter. Operasi terpaksa dilakukan setelah bundanya Jisung datang. Keadaan benar-benar kacau karena kejadian beberapa jam yang lalu.

Pernyataan dokter yang juga ia dengar begitu menghantam dadanya berulang kali. Jisung harus  dioperasi dan hanya tinggal berharap keajaiban untuk kemungkinan anak dikandungannya selamat. Mengingat umurnya yang belum mencapai enam bulan di kandungan Jisung.

Bundanya Jisung masih tampak di dampingi papanya. Mereka menunggu bersama Bangchan yang jelas terlihat cemas menunggu dokter keluar dari ruang operasi.

Hingga lampu ruang operasi berganti tanda operasi telah selesai dilakukan, Hyunjin lekas berdiri dari posisinya. Ia ingin ikut menghampiri dokter, tapi dia sadar saat ini dia tidak pantas melakukan hal itu.

"Bagaimana keadaan anak saya dan bayinya, dokter?" Tanya bunda Jisung, wanita itu masih tampak tegar ditengah keterkejutan dan rasa sedihnya.

"Keduanya selamat, tapi bayinya terlalu lemah. Ibu bisa melihatnya di ruang inkubator. Sedang anak ibu," ucapan dokter terhenti sejenak.

"Dia tidak sadar, padahal saya tidak melakukan bius total padanya. Ibu harus bersiap dengan semua kemungkinan yang ada," sambung dokter tersebut dengan suara prihatinnya.

"Maksud dokter?" Tanya bunda Jisung lagi.

"Ada kemungkinan dia mengalami koma, tapi kita tunggu dulu perkembangan berikutnya," jawab dokter tersebut.

Jatuh lagi air mata wanita yang melahirkan Jisung itu. Dengan segera papa Hyunjin membawanya duduk. Ia memeluk bunda Jisung untuk menenangkannya.

Menyaksikan adegan didepan sana buat Hyunjin semakin merasa bersalah, ia melangkah pergi dari sana. Satu tujuannya saat ini, setidaknya dia harus melakukan hal itu untuk menebus dosanya.

Sementara itu bundanya Jisung kembali berdiri dan meminta papa Hyunjin untuk melihat keadaan cucunya, mereka bersama pergi ke ruang inkubator. Dan Bangchan menunggui Jisung yang sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang perawatan.

Tak lama menunggu Jisung yang masih terpejam di dorong bersama brangkar yang membawanya ke ruang perawatan. Bangchan dengan setia mengikuti perawat hingga ke ruang tersebut.

Menatap Jisung yang tengah terpejam seperti ini membuat hatinya terasa teriris, ia memang belum lama jatuh hati pada lelaki ini. Tapi inginnya ia menjaga dan melindungi Jisung sudah teramat besar. Kali ini ia merasa gagal melakukan keinginannya itu.

Bangchan meraih tangan Jisung dan mengecupnya perlahan. Tak lupa ia merapal doa agar Jisung segera disadarkan. Doa pertamanya untuk dia yang sudah lama melupakan Tuhan.

"Ji, maafin aku karena gak bisa lindungin kamu," isaknya pelan. Padahal ia lupa caranya menangis setelah kepergian ibunya dulu.

"Hyunjin.." Bangchan mengangkat kepalanya, ia tak salah mendengar jika Jisung menyebutkan nama seseorang yang menjadi penyebab kejadian saat ini. Ah, sesungguhnya dia pun ikut andil.

Bangchan melepas pegangannya perlahan lalu beranjak keluar dari ruangan, beruntung ia bertemu bundanya Jisung. Ia lekas menghampiri wanita yang kini seorang diri lalu berkata, "maaf tante, saya harus pergi. Saya harus mencari Hyunjin, Jisung ingin bertemu dengannya."

Bundanya Jisung mengangguk dan menjawab, "ya Chan. Pergilah, biar saya yang jaga Jisung." Bangchan pun pergi untuk mencari Hyunjin. Seingatnya lelaki itu tadi masih ada di rumah sakit.

Sayangnya Hyunjin tak lagi berada di rumah sakit. Bangchan yang kebingungan mencari lelaki itu pun pergi meninggalkan rumah sakit. Ia tak memiliki kontak Hyunjin, jadi satu-satunya jalan ia lebih dulu kembali ke kost untuk mengambil ponsel Jisung.










Break Up! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang