Chapter One : A New Day

924 115 10
                                    

Langkahnya tampak sedikit berbeda dari biasanya. Mungkin sebab koper yang berisikan bajunya yang lumayan banyak, atau sebab tadi malam dimana ia menghabiskan malam terakhir bersama mantan kekasihnya.

"Aku cinta kamu, Han Jisung. Jangan pergi, aku gak mau kita berakhir." Ia kembali teringat ucapan sang mantan kekasih sebelum kekasihnya itu tertidur menjelang pagi sebab lelah menggagahinya semalam suntuk. Seolah tak ingin berhenti atau melepaskan dirinya barang sedetikpun. Jatuh lagi air matanya mengingat itu, tapi ia tak boleh terlena dan memilih kembali. Keputusannya sudah paling benar menurutnya.

"Ji? Ayo," ujar seseorang yang berada di dalam mobil yang berhenti di depannya. Ia hampir lupa dan tak beranjak sebab hatinya pun masih tak rela.

Jisung membawa dirinya masuk ke dalam mobil itu, memasang seatbelt sebelum menoleh pada si pengemudi agar membawanya pergi. Tak lama kemudian, kendaraan beroda empat itu meninggalkan rumah yang berhunikan seseorang yang enggan terbangun sebab dia merasakan rumah hangatnya kini kehilangan pelita.

"Sekarang kamu mau kemana, Ji?" tanya lelaki yang tengah menyetir tersebut.

"Ke kost di deket kampus kak, aku udah bilang bakalan pindah hari ini." Lelaki disampingnnya hanya menghela nafas berat lalu tersenyum padanya. Untuk ukuran seseorang yang tengah melepas dunianya, setidaknya dengan menuruti keinginannya sudah lebih dari cukup.

Mereka tiba di sebuah kawasan kost bertingkat dengan lingkungan yang terlihat tak begitu ramai. Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang. Jisung dengan di bantu si kakak berjalan masuk ke dalam kost tersebut. Pemilik kost yang mengenal penghuni barunya pun mengantar mereka ke salah satu kamar yang Jisung pilih.

"Passwordnya silahkan di ganti sendiri, nak Jisung." Jisung membungkukkan badannya pada pemilik kost tersebut.

"Baik bu, terimakasih bu." Sang pemilik kost pun berpamitan pada mereka. Jisung pun masuk bersama dengan si kakak ke dalam kamar kost tersebut.

"Wow.. ini kost berasa rumah ya Ji. Sekelas apartemen sih ini." Ujar sang kakak yang masuk ke dalam kamar itu sambil menggeret koper.

"Sengaja kak, aku males kalau berurusan dengan orang luar. Biarpun gak selebar apartemen biasa, yang penting nyaman."

"Bener kamu, Ji. Semoga betah ya, Ji."

"Pasti kak," Jisung menepuk sisi kasur yang ia duduki, meminta si kakak untuk duduk di sisinya. Jisung rebahkan kepalanya di bahu lelaki yang sudah ia kenal sejak lama itu.

"Felix ngamuk gak ya kalau pacarnya aku pinjem gini bahunya," kekeh Jisung pelan sembari memejamkan mata. Si kakak ikut terkekeh lalu mengusak kepala Jisung pelan.

"Gak bakalan sih. Palingan kamu di goreng aja sama dia, Ji." Jisung bergidik ngeri sembari menarik kepalanya untuk tegak kembali.

"Idih ngeri si Felix. Oh iya kak Minho, makasih ya udah nolongin aku hari ini. Entar kalian aku traktir pizza deh," ucap Jisung dengan semangat.

"Oke, aku tunggu loh Ji. Sekarang istirahat gih, muka kamu udah ngantuk banget. Kakak mau jemput Felix sekalian bawa dia kesini." Jisung menganggukkan kepalanya sembari tersenyum manis pada Minho.

"Iya kak, nitip makanan ya kak. Nanti kalau kakak sampe dan aku masih tidur, masuk aja ya. Passwordnya masih yang tadi kak."

"Iya, Jisung. Ya udah kakak pergi dulu." Minho beranjak dari duduknya, ia berjalan meninggalkan kamar kost Jisung untuk menjemput kekasihnya. Sementara Jisung tersenyum melihat punggung Minho, lelaki yang telah lama mengenalnya dan bagai kakak kandungnya. Kemudian Jisung memilih berbaring di single bed itu. Memejamkan matanya dengan sebuah lengan menutupi mata.

Break Up! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang