Jarak

105 5 0
                                    

"gue benci perasaan gue sendiri."

~Langit Bintang Angkasa~

*-*-*-*-*

"Jingga masih punya alasan untuk tetap bertahan sampai saat ini."

~Semesta Purnama Jingga ~

*-*-*-*-*-*

Setelah beberapa jam kemudian, apartemen milik Langit nampak sepi.

Cendol, Togel, Garong, dan Bogel memilih pergi ke salah satu restoran bintang tujuh, yakni warung nasi Padang milik mbak Serena.

Mbak Serena sendiri adalah si pemilik warung yang nyaris tak pernah sepi pengunjung.

Selain karena masakan nya yang enak, murah, menyesuaikan lidah para pelanggan setia termasuk para Pandawa ini, jika sang Leader ikut bergabung.

Kerena pada kenyataannya, mereka memang lebih cocok di panggil dengan punakawan, Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.

Sudah lah.

Saat ini Langit nampak mengamati gadis itu.

Gadis yang masih saja terlelap dalam tidurnya.

Dengkuran halus yang keluar dari bibir mungil nya membuat Langit gemas di buatnya.

Setelah nya, tangan pemuda itu terlulur untuk mengusap pucuk kepala gadis itu.

"Jaga kesehatan ya? Jangan sakit? Gue nggak mau lo kenapa-kenapa. Tata ngerti kan?" Tanya Langit pelan.

Perasaan bersalah menyelimuti dirinya.

Benak nya kembali mengacu pada saat dimana kejadian itu terjadi.

*Flashback On*

Hari ini adalah hari dimana SMA Nusa Bhakti mengadakan acara Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah pada beberapa calon peserta didik baru.

Suasananya sangat sibuk, tidak ada yang terlihat senggang.

Bahkan sang ketua OSIS masih saja sibuk ke sana kemari mengurusi beberapa keperluan.

"Gimana? Habis ini langsung kumpulin mereka di aula buat lanjutin games yang belum selesai?" Tanya Fano salah satu anggota nya.

"Yaudah, kalian urus dulu di bantu Dito wakil ketos, nggak tahu kenapa kepala gue pusing mikirin ginian doang, enggak papa kan Fan?" Tanya Langit memastikan.

Fano terkekeh kecil karenanya.

"Enggaklah, pak ketu. Lo juga manusia kali, bukan robot, yaudah gue cari si Dito dulu. Nanti gue minta Rena bikinin teh anget, gue pamit ya?" Ujar Fano.

Langit mengangguk pelan sebagai jawaban.

Setelah kepergian Fano, Langit nampak memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing.

Tak berselang lama seseorang datang menghampiri nya dan memberikan segelas teh hangat untuk nya.

"Makasih." Ujar Langit tanpa mau melihat siapa orang itu.

Setelah orang itu pergi dengan seringai tipis di ujung bibir nya.

Selamat datang di hari kehancuran lo. Batin Victor.

Namun entah kenapa dirinya merasa lebih lelah dan gerah secara bersamaan.

Apa dirinya baik-baik saja?

Sepertinya tidak demikian.

Setelah nya dirinya nampak berjalan menuju UKS untuk mengistirahatkan tubuh nya, toh sisa tugas nya sudah di serahkan pada sang wakil untuk mengurus dan memantau kegiatan hari ini.

Antara LANGIT Dan SEMESTA (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang