Mila pamit pada orang tuanya untuk merantau ke Ibu kota, berbekal ijazah SMU ia pergi dari kampung yang selama ini ditinggalinya. Dengan mata berkaca-kaca Suyono dan Asmita -orang tua Mila- melepas kepergian sang putri mereka berharap di Kota Mila bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan bisa mengangkat harkat dan martabat keluarga.
Tiba di kota setelah Mila duduk di sebuah warung ia beristirahat sebentar, kemudian melanjutkan perjalanan. Hal pertama yang dilakukannya yakni mencari tempat tinggal. Sebuah kamar kost berukuran dua kali empat meter ia dapatkan, tempat itu berada di sebuah gang sempit, tak masalah bagi Mila ia bersyukur sudah mendapatkan tempat tinggal dengan bayaran yang lumayan mahal baginya yakni lima ratus ribu perbulan.
Keesokan harinya pagi sekali dengan semangat Mila berusaha mencari pekerjaan, namun hingga matahari terik bahkan matahari mulai turun ke arah barat ia belum mendapatkan pekerjaan, lamarannya terus ditolak.
Tak patah semangat keesokan harinya Mila kembali berusaha namun hasilnya nihil. Hingga satu bulan di Jakarta ia belum juga mendapatkan pekerjaan, keuangannya mulai menipis dan ia mulai mengeluh, ingin pulang ke kampung namun itu tak mungkin ia tak ingin membuat malu kedua orang tuanya, terlebih orang tuanya tersebut sangatlah berharap kesuksesannya di kota besar.
---
Sementara itu di lain tempat seorang pasangan suami istri tengah duduk didepan dokter, mereka menunggu hasil uji kesuburannya. Dokter Nadya terlihat sungkan untuk memberitahukan hasil pemeriksaan pasangan suami istri yang telah menikah lebih kurang tujuh tahun tersebut.
"Bagaimana dok? hasilnya baikkan? kami bisa melakukan promil secepatnya?" tanya Prita -istri Kevin-.
"Sabar sayang" ucap Kevin.
"Hasilnya... untuk pak Kevin Januarta Wibowo, hasilnya bagus semua baik-baik saja, sehat" ucap dokter Nadya.
"Saya juga dong dok" ucap Prita dengan semangat.
"Untuk ibu Prita Rania... maaf sekali bu disini hasilnya kesuburan anda hanya beberapa persen" ucap dokter.
"Maksud dokter apa? saya mandul begitu?" ucap Prita tak terima.
"Saya tidak mengatakan itu bu, hanya saja sulit bagi ibu untuk hamil. Namun balik lagi Tuhan lebih berkuasa, ibu tetap bisa melakukan promil" ucap dokter memberi semangat.
"Untuk apa dok, sudahlah tidak perlu berbohong. Tadi dokter mengatakan hanya beberapa persen, dan sangat kecil kemungkinan saya untuk hamil iyakan dok" teriak Prita frustasi.
"Sayang cukup, tenangkan dirimu" Kevin menarik Prita dan memeluknya.
"Tenang? kamu minta aku untuk tenang? gak bisa Vin, kamu gak merasa gimana berada diposisiku sekarang" hardik Prita.Prita keluar dari ruang dokter disusul oleh Kevin, dalam perjalanan pulang Prita hanya diam sesekali ia mengusap air matanya.
"Maksud dari sebuah pernikahan itu untuk menyatukan dua kepala, membangun rumah tangga dan memiliki keturunan bukan. Tapi kita... aku gak bisa memberimu keturunan Vin, gimana nanti menjelaskan ke orang tua kita terutama orang tuamu yang sudah sangat menginginkan cucu, terlebih kamu anak tunggal, pastinya mereka menginginkan keturunan" ucap Prita.
"Jangan terlalu dipikirkan, aku akan selalu disini bersamamu" Kevin menggenggam erat jemari Prita.
"Kamu gak pernah tau gimana rasanya jadi aku Vin, sakit rasanya ketika dokter mengatakan itu. Kenapa harus aku yang merasakan ini" isak Prita.Malam hari Prita memilih keluar ia ingin menyendiri.
Sama halnya seperti Prita Mila pun memilih keluar perempuan itu benar-benar frustasi karena tak kunjung mendapat pekerjaan, ia ke sebuah club malam berharap ada pria yang bisa ditemaninya dan memberinya sedikit uang, cara yang salah memang tapi Mila pikir ini adalah jalan satu-satunya dalam mendapatkan uang demi kelangsungan hidupnya di ibukota.
Melihat Prita yang duduk sendiri dengan ditemani sebotol alkohol Mila kemudian mendekat, ia yakin perempuan itu perlu teman bicara.
"Hai" sapa Mila.
"Hm" Prita hanya berdehem tanpa peduli dengan sapaan Mila.
"Sering ke sini ya? aku baru pertama" ucap Mila.
"Minum" Prita menyodorkan gelas kecil pada Mila.
"Maaf aku gak minum alkohol" tolak Mila secara halus.
"Lalu mau ngapain lo di sini kalau gak minum" tawa Prita.
"Cari kerjaan ya barangkali ada orang yang mau gue temani" ucap Mila dengan polosnya.
"Lo mau jadi perempuan panggilan begitu?" tanya Prita, ia yang tak terlalu terpengaruh alkohol begitu iba melihat Mila.
"Tadinya aku ke Jakarta mau cari kerjaan, tapi ternyata sulit mencari kerja yang benar yang halal di kota besar ini. Terpaksa aku kerja seperti ini buat bertahan hidup" ucap Mila.
"Sudah pernah dapat pelanggan?" tanya Prita.
"Ini hari pertamaku" ucap Mila.
"Jadi belum pernah sama sekali?" tanya Prita lagi.Mila mengangguk, Prita pun semakin iba melihat Mila.
"Kalau kerja di tempat suamiku mau? di kantor jadi OB aja sih" ucap Prita.
"Mba menawarkan pekerjaan untukku? mau mba mau" ucap Mila antusias.
"Kalau begitu besok datanglah ke... sebentar aku catatkan alamatnya" Prita kemudian minta secarik kertas dan pulpen pada seorang bartender.Prita memberikan kertas tersebut pada Mila.
"Besok datang ke sini ketemu sama suamiku, nama kamu siapa? Aku Prita" Prita mengulurkan tangannya pada Mila.
"Aku Mila mba" ucap Mila.
"Senang mengenalmu Mila" ucap Prita.
"Mba sendiri ngapain di sini? sepertinya mba perlu teman bicara" ucap Mila dengan berani.
"Ya aku memang punya masalah Mil, masalah besar yang menyangkut masa depan keluargaku" ucap Prita.Prita kemudian menceritakan kondisinya vonis dokter yang mengatakan dirinya cukup sulit untuk hamil, ia memang baru mengenal Mila namun entah mengapa ia begitu nyaman berbicara dan menceritakan kegundahan hatinya pada perempuan itu.
❤❤❤
1
7 september 2022