Bab 5- Aster

41 26 0
                                    

Dicintai sehebat ini, apakah ini sebuah mimpi?

Andai kau tau perasaanku padamu seperti arti bunga ini. Setia dan selalu menunggumu ….

Sean

***

Sebuah buket bunga Aster putih berada di pangkuan Maera. Gadis itu tersenyum saat melihat nama sang pengirim. Dibawanya perlahan bunga itu mendekat ke wajah, lalu menciumi baunya yang terasa khas. Bibirnya mengurai senyum, entah kenapa hari ini ia sangat rindu pada Sean. Kepalanya mendongak menatap langit biru yang tampak cerah, lalu menghela napas dengan kasar.

"Kenapa saat aku menatap Sean terbayang jelas wajah Juan? Tatapannya sama, seperti saat setiap kali Juan menatapku," gumam Maera lirih.

Ia kembali membuka satu per-satu lembar album usang dan baru sadar ternyata buku itu milik Claire. Maera memotret benda tersebut dan buket bunga aster yang diberikan oleh Sean. Apa yang dilakukannya sama persis seperti yang dilakukan Claire. Selalu mengabadikan setiap kesempatan pada suatu kegiatan yang mengesankan.

Mendengkus kasar, dia menggerutu, "Ternyata semua foto di sini belum lengkap. Tak seperti yang kulihat waktu itu." Maera sedikit kecewa saat beberapa lembar buku masih kosong. Bibirnya mengerucut sambil membelai halaman buku dengan tangan lentiknya.

Memutuskan beranjak, Maera mulai melangkah mengitari taman. Ia berkeliling menikmati indahnya bunga yang baru mekar dan mengamati kupu-kupu yang hilir mudik mencari putik sari dari satu bunga ke bunga lainnya. Tumbuhan itu berwarna-warni membuat taman semakin indah untuk dipandang. Kakinya seakan melayang di atas padang rumput. Ia berlarian menikmati sapuan angin yang menerpanya.

Gemercik suara air mancur kini terdengar, juga bunyi kicauan burung-burung  menghiasi suasana taman. Mereka terbang bebas, lepas, seakan tak memiliki masalah apa pun.
Maera termenung. Di hadapan kolam, ia melihat pantulan wajahnya dari genangan air. Bayang-bayang wajahnya mulai hilang dari pantulan air saat ia melempari bebatuan. Kemudian, ia memetik beberapa tangkai aster hingga kuntumnya menghiasi kolam.

"Bunga ini … bukankah bunga kesukaanmu, Ma?" gumam Maera sambil tersenyum getir. Entah berapa lama ia akan terjebak di dunia ini. Dapatkah ia kembali? Dia memang suka berada di tempat ini, tetapi di sisi lain dia juga ingin kembali ke tempatnya semula. Ia ingin mengubah takdirnya.

"Nona!"

Lamunan Maera buyar ketika mendengar suara teriakan. Saat menoleh, dia menemukan pengasuhnya berlari mendekat tampak kewalahan.

Cepat-cepat, dia membersihkan beberapa kelopak bunga yang menempel. Dia tersenyum saat wanita paruh baya itu sampai di hadapannya. "Iya, Luise?"

"Anda terlalu bersemangat dan ceria hari ini. Saya sampai kelelahan saat mengejar Anda." Luise tertawa sambil menghirup udara dengan rakus. Napasnya tampan terengah, tetapi dia segera melanjutkan ucapannya ketika melihat buket bunga yang dibawa nonanya. "Oh, saya mengerti sekarang." Wanita paruh baya itu tersenyum manis, tatapannya tersirat godaan.

"Ternyata Anda sangat senang sedari tadi karena mendapat hadiah dari Tuan Sean. Bukan begitu, Nona?" Tangan Luise mentowel lengan Maera.

Maera tertawa renyah menatap pengasuhnya itu. Berusaha bersikap biasa saja sebagai pengalihan. "Tidak juga. Suasana hatiku sangat baik dan aku juga senang karena cuacanya sedang bagus."

Getuige [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang