Cerita sudah sampai Bab 18 di Karyakarsa ya, silakan berkunjung.
Link ada di bio
Selamat Membaca
"Wira?" Ucap Tasya dengan mulut yang terbuka lebar, ia tidak pernah membayangkan jika anak yang ada di pangkuan sahabatnya itu adalah anak Wira.
Wira berjalan mendekat, ia mencoba menyapa Tasya dan Liana. "Hai, apa kabar? Maaf ya atas tingkah anak saya." Ujarnya begitu lembut, bahkan tangan Wira sudah menggantung ke depan ingin mengambil tubuh Lili. Lili yang melihat Ayahnya sontak bersembunyi di dada Liana.
"Baik."
"Loh, Lili kenapa?" Tanya Liana kepada gadis itu, gadis kecil itu menatap Liana dan berucap. "Ndak au puwang."
Liana tersenyum, ia mengusap puncak kepala Lili. Hal itu tidak luput dari pandangan Tasya, "Lo kenapa Na? Itu anaknya di cari Bapaknya." Tasya gemas dengan tingkah Liana yang tidak memberikan Lili ke Wira.
Liana yang tersadar sontak menatap Wira, ia memberikan tubuh Lili. "Mama... Mama."
"Lili nggak boleh kaya gitu, itu bukan Mama." Ujar Wira dengan sabarnya memberi penjelasan ke putrinya. Liana dan Tasya bertatapan, Liana merasa ada yang janggal tapi ia urung untuk bertanya.
Wira yang sudah mendapatkan Lili sontak mendudukan tubuh kecil itu di stroller dan memberikannya makanan kesukaan. Selesai dengan itu, Wira menatap Liana dan Tasya bergantian. "Maaf ya, gara-gara Lili jadi merepotkan."
"Ah, enggak. Tapi lain kali lo harus hati-hati, untung tadi Lili ada di gue." Jawab Liana lugas, meskipun ia sangat membenci Papanya tapi ia tidak memiliki hak membenci anaknya bukan?
"Ah itu pasti. Lain kali kalau kamu bisa kita bisa makan bersama sebagai ucapan terimakasih saya." Tasya yang mendengar itu berpura-pura mual, pasalnya trik jadul itu masih dimainkan oleh Wira.
"Kenapa lo?"
"Ah enggak, gue mual lihat laki lo sok baik." Ucap Tasya tanpa sedikitpun menjaga perkataannya. Wira yang mendengar ucapan itu hanya mampu tersenyum.
"Idihhh bukan laki gue. Dia lakinya orang." Timpal Liana malas.
"Yasudah saya balik dulu. Ayo Lili bye bye dulu sama Tante."
"Bye Mama. Bye." Tangan kecil Lili melambai dengan anggunnya, Liana yang melihat itu juga melambaikan tangan, rasanya ia tak rela jika Lili pergi.
"Nggak usah dilihatin terus, nanti lo jatuh cinta sama Bapaknya." Tegur Tasya kepada Liana.
"Gue mau jadi pelakor? Nggak level."
"Idih, ya mungkin aja. Kan hati lo mungkin masih sayang sama dia." Kalau masalah hati itu urusannya tapi jika masalah merebut sesuatu yang bukan milik kita itu bukan gaya Liana.
***
Liana berjalan di lorong kampus yang menjadi tempat dirinya mengabdi menjadi dosen. Setelah lulus pasca sarjana Liana mendapatkan tawaran dari dosennya untuk mengajar di prodi yang sama dengan yang ia ambil. Dan dengan senang hati Liana menerimanya, ia tidak butuh gaji tinggi, yang ia butuhkan hanya ketenangan dan kebahagiaan saat ia bisa memberikan ilmu kepada banyak orang.
"Bu Liana sudah datang?" Sapa Bu Selvi dengan ramah. Bu Selvi ini adalah seniornya disini, menjabat sebagai ketua prodi. "Baru saja Bu, Ibu sedang apa?"
"Biasa, lagi baca skripsi mahasiswa."
Liana mengangguk, ia izin untuk masuk terlebih dahulu.
"Saya izin dulu ke dalam Bu."
![](https://img.wattpad.com/cover/320633517-288-k746031.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
How Are You? ✔ (KARYAKARSA Dan KBM)
Teen FictionTerkadang kita harus merasakan luka sebelum merasakan bahagia. Tapi apa dengan kembali ke mantan kita akan mendapatkan bahagia?