Dara POV
'Eh, katanya sepupunya kapten basket kita bakal pindah kesini, deh!'
'Serius,lo?! Aduh tu Byan kapten basket kita aja cogannya buka main, apalagi sepupunyaa!! Nambah deh cogan Bakti Jaya, haha!'
'Bagi liptint dong, manatau tuh anak masuk kelas gue, gebet ah!'Yang aku dengar sedari tadi ialah ocehan orang-orang di sepanjang koridor menuju kantin. Biasanya aku tidak ke kantin (karena mager), namun karena minumanku diminum Bambang, teman kelasku yang super jahil, jadi habis dan membuatku harus mengangkat rasa magerku.
Setelah mendengar perkataan orang-orang sekitar, membuat ku menyesal telah keluar dari kelas dan bereaksi dengan hanya memutar bola mata jengah.
One more jerk, heh? Secara Byan, itu playboy akut. Apalagi sepupunya, coba?
Asal kalian tahu, Byan adalah m a n t a n ku. Dialah orang yang membuatku rela menyingkirkan rasa mager-ku. Padahal, itu langka loh. Mamaku aja butuh 2 jam untuk menyingkirkan magerku.
Ok, kalian pasti bingung kenapa Byan yang notabenenya 'orang populer' bisa jadian dengan ku yang seperti kalian lihat (baca) hanya seorang gadis biasa yang hanya punya satu kelebihannya yaitu mageran.
Sebelum itu, biarkan aku membawa kalian menuju sekeping masa lalu-ku.
Flashback
'Sori, Adara. Kita putus, tutt'
Byan seenaknya putusin saluran teleponnya.
Aku gak tau kenapa dia bisa langsung mutusin hubungan ini, padahal aku merasa tidak memiliki salah apapun dengannya.
Lewat telepon, pula. Membuat otak-ku sakit karena terisi oleh ratusan pertanyaan janggal.
Karena aku kepo, aku akhirnya pergi ke rumah Byan meminta penjelasan, ke rumah Byan sih tidak terlalu lama karena jarah rumah kai tidak sampai 1 km, tapi entah kenapa waktu seakan berjalan sangaat lama.
Sesampainya di rumah Byan, Aku langsung bersiap menekan bel. Tapi, saat melihat jendela yang terbuka lebar-lebar, dan dengan jelas dapat melihat pemandangan di dalamnya, membuat harapanku pupus sudah. Segala pertanyaan yang dari tadi berputar dikepalaku telah menghilang karena di hadapanku sudah terdapat jawabannya.
Byan, dan Ritha, sahabat-ku satu-satunya, berangkulan dan berciuman pipi. Fix.
Flashback End
Oke, cukup untuk flashbacknya. Karena bisa-bisa aku galau lagi. Padahal dari sinopsis kiat untuk Move On yang ku ingin beli kemarin , kita tidak boleh lagi mengingat kenangan menyakitkan dengan si dia.
Dan ngomong-ngoming soal buku, sampai sekarang aku belum bertemu dengan si snapback itu. Aku hampir ingin meng-ikhlaskan buku tersebut, padahal agak tidak rela, lumayan kan 70.000 bisa beli Kopi Kenangan.
Akhirnya karena aku malas karena nama Byan banyak disangkut pautkan dengan si anak baru ini, aku-pun berniat kembali ke kelas. Iya, gak jadi beli minuman, udah keburu bete.
------------
"Hai, gue Andava Raenaldi. Lo bisa panggil gue Dava. Gue pindahan dari Bogor, karena bokap pindah cabang perusahannya, gue harap kalian mau temenan sama gue," ucap cowok itu berdiri tegak didepan kelasku.
Aku gak peduli. I don't care at all. Mendingan aku tidur, soalnya kemaren kan begadang buat belaja-- eh download anime, deng. hehe.
Satu tmi lagi, aku penyuka berat anime. Agak aneh memang menjadi otaku untuk gender-ku. Hal itu yang menyebabkan aku sering bergadang, berujung tidur di kelas, dan kalian tentu tahu bagaimana nasib nilai-nilaiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (edited)
Teen Fiction🚫WARNING🚫 Terdapat beberapa kata-kata kata ejekan dan kata sindiran umum yang sering kita ucapkan di kehidupan sehari-hari. Tapi bukan berarti seluruh isi cerita ini gak sopan, yah. Cuma selingan aja, di beberapa dialog, biar lebih 'realistis'. N...