Dingin dimusim hujan kali ini begitu menyayat kulit, ditengah malam diiringi hujan lebat terasa sunyi mencekam bagai suasana mengerikan difilm-film sihir yang bernuansa horror. Hanya suara air hujan yang begitu deras yang terdengar seakan-akan hendak merobohkan atap rumah kokoh berarsitek belanda itu. Sambil memeluk lututnya, gadis cantik berambut coklat panjang berhidung mancung itu duduk didekat perapian yang ada diruang tengah dalam rumahnya. Sesekali kedua tangannya diusap-usapkan ke lengannya untuk mengusir rasa dingin yang begitu erat menyelimuti tubuh proporsionalnya.
"Savva." iris mata coklatnya menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya.
"Hmm...?" sahutnya dengan tatapan biasa.
"Sudah tengah malam, sebaiknya kau pergi tidur?!" saran seorang gadis cantik berambut hitam sebahu bermata hijau teduh, usianya terlihat lebih dewasa dari Savva.
"Iya kak, 15 menit lagi aku akan pergi tidur, dikamarku tak ada perapian, aku ingin menghangatkan tubuhku dulu di sini setelah cukup hangat aku akan pergi tidur." jawab Savva panjang lebar dengan senyuman manisnya.Mendengar jawaban adik tercintanya, Lussy tersenyum mengerti sekali bahwa adiknya yang sangat cantik itu memang tak menyukai hawa dingin yang teramat sangat, apalagi jika hujan lebat seperti ini pasti akan membuat Savva semakin betah berjam-jam didepan perapian.
"Baiklah princess, setelah tubuhmu merasa hangat cepatlah pergi tidur agar kau tak terlambat bangun besok pagi, ingat kuliahmu em? Dan ini sudah tengah malam jangan terlalu lama di sini jika kau tak mau ada sesuatu yang menakutimu dari jendela besar disebelahmu,hihihii." kekeh Lussy menggoda adiknya.Memang terdapat jendela besar diruang tengah, style kacanya mirip seperti jendela kerajaan-kerajaan inggris namun dengan sedikit nuansa holand diukiran tembok jendelanya. Sekilas Savva menoleh ke jendela, "iya kak, nanti aku lekas tidur, dan percuma kau menakutiku memangnya aku anak bayi?." sahut Savva kembali menoleh ke kakaknya yang ternyata sudah lenyap entah kemana, mungkin sudah melesat ke kamarnya. Savva membuang nafas pelan dan berkutat dengan aktivitas sebelumnya melamun di depan perapian, hanya suara hujan saja yang riuh ramai menemaninya, seketika ujung bibirnya tertarik keatas, pikirannya seperti membayangkan sesuatu, Savva teringat masa kecilnya saat dia bermain ayunan bersama Lussy kakaknya, mengganggu mommynya saat membuat cake dan banyak lagi yang dia kenang, akan tetapi raut wajahnya tiba-tiba redup tanpa expresi saat dia teringat daddynya.
Zaryan Vamilton daddynya, meninggal karena penyakit jantung yang sudah diderita semenjak lama. Dan kini hanya kakak dan mommynya saja yang selalu menemani hidupnya. Paras Jill Vamilton masih menyisakan kecantikan sewaktu muda walau kini usianya sudah setengah abad, sosok ibu yang cantik bijaksana, murah senyum dan dermawan, iris matanya hijau redup dan sangat menenangkan hati.
Savva sangat menyayangi daddy & mommynya, begitupun dengan kakaknya, baginya Lussy Vamilton adalah orang yang paling baik & mengasyikan karena mampu menjadi kakak sekaligus sahabat yang menyenangkan dalam kondisi apapun walaupun usia mereka terpaut 8 tahun.Almarhum daddynya (Zaryan Vamilton) adalah seorang muslim berparas timur tengah, berambut hitam, kulit putih, mempunyai iris mata coklat dan sangat berwibawa. Sedangkan mommynya adalah keturunan belanda, rambutnya coklat redup, berhidung mancung dan beriris mata sama seperti putri sulungnya (Lussy) berwarna hijau redup. Sedikit ada perbedaan ketara antara Savva & kakaknya, rambut kakaknya hitam seperti rambut almarhum daddynya namun iris matanya hijau seperti mommynya. Sedangkan Savva memiliki warna rambut coklat redup seperti mommynya namun iris matanya coklat seperti almarhum daddynya. Keduanya sama-sama cantik.
Rumah yang mereka tinggali selama bertahun-tahun ini adalah rumah peninggalan keluarga mommynya atau mendiang kakek mereka, Van Den Berg. Karena dulu rumah itu diberikan kepada anak dan menantunya sebagai hadiah pernikahan.
Cukup besar memang rumah bernuansa putih dengan artistik belanda itu untuk ditinggali bertiga saja, apalagi dengan viewnya yang sangat indah karena letaknya didaerah hijau dataran tinggi. Sebelah kiri rumah terdapat pepohonan pinus yang amat mempesona ketika pagi dan siang hari, disebelahnya lagi terdapat air terjun dengan hamparan sungai yang menyerupai danau dan Savva sangat suka berendam atau sekedar bermain air disana karena airnya sangat jernih dan udaranya begitu sejuk dan jauh dari pemukiman, musti berjalan 200 - 250 meter sekali baru menemui rumah-rumah selanjutnya.Byuuurrrrr.... Byuuurrrrr....
Cring... Cring... Cring...!Lamunan Savva terbuyar.
Savva memicingkan matanya karena tiba-tiba terusik kilauan cahaya yang nyala padam berulang kali menerpa bagian kanan wajah cantiknya. Secara tiba-tiba, cahaya-cahaya itu menerpa pandangannya, mungkin kilat hujan yang menyambar namun sepertinya bukan karena tak ada suara petir atau guntur. Perlahan Savva mendekati jendela besar diruang tengah yang kini berposisi si sebelah kanannya, ukuran jendela yang besar namun tak memiliki engsel sehingga tak dapat dibuka. Savva memeluk lengannya perlahan berjalan mendekati jendela yang masih memantulkan cahaya putih kebiruan seraya perlahan menyingkirkan tirai tipis yang menghalangi pandangannya.
"Subhanallah!" mata coklat hazlenya membulat.
"Apa benar yang kulihat? Apa ini mimpi?" gumamnya lagi.Empat peri cantik sedang melakukan aktivitas bermandi ria, kulitnya putih bersinar bagai porchelen yang menyala, paras-paras wajahnya cantik, oh bukan! Tapi sangat cantik tak ada cela sedikitpun, tubuh mereka indah berbalut gaun crystal yang menutupi dada hingga paha mereka, sayap-sayapnya begitu indah dan sempurna dilengkapi rambut ikal panjang, ada yang berwarna pirang, hitam, coklat, dan orange dan memakai mahkota yang terbuat dari bunga dan permata.
Huwaaahhh!
Gimana gimana??? Jelexxx , abal-abal aku tau hiks.. Hiks..Sorry kalo gajeeee guys, lanjut nggaa yaa
![](https://img.wattpad.com/cover/39132630-288-k882325.jpg)