Cukup besar memang rumah bernuansa putih dengan artistik belanda itu untuk ditinggali bertiga saja, apalagi dengan viewnya yang sangat indah karena letaknya didaerah hijau dataran tinggi. Sebelah kiri rumah terdapat pepohonan pinus yang amat mempesona ketika pagi dan siang hari, disebelahnya lagi terdapat air terjun dengan hamparan sungai yang menyerupai danau dan Savva sangat suka berendam atau sekedar bermain air disana karena airnya sangat jernih dan udaranya begitu sejuk dan jauh dari pemukiman, musti berjalan 200 - 250 meter sekali baru menemui rumah-rumah selanjutnya.
Byuuurrrrr.... Byuuurrrrr....
Cring... Cring... Cring...!Lamunan Savva terbuyar.
Savva memicingkan matanya karena tiba-tiba terusik kilauan cahaya yang nyala padam berulang kali menerpa bagian kanan wajah cantiknya. Secara tiba-tiba, cahaya-cahaya itu menerpa pandangannya, mungkin kilat hujan yang menyambar namun sepertinya bukan karena tak ada suara petir atau guntur. Perlahan Savva mendekati jendela besar diruang tengah yang kini berposisi si sebelah kanannya, ukuran jendela yang besar namun tak memiliki engsel sehingga tak dapat dibuka. Savva memeluk lengannya perlahan berjalan mendekati jendela yang masih memantulkan cahaya putih kebiruan seraya perlahan menyingkirkan tirai tipis yang menghalangi pandangannya.
"Subhanallah!" mata coklat hazlenya membulat.
"Apa benar yang kulihat? Apa ini mimpi?" gumamnya lagi.Empat peri cantik sedang melakukan aktivitas bermandi ria, kulitnya putih bersinar bagai porchelen yang menyala, paras-paras wajahnya cantik, oh bukan! Tapi sangat cantik tak ada cela sedikitpun, tubuh mereka indah berbalut gaun crystal yang menutupi dada hingga paha mereka, sayap-sayapnya begitu indah dan sempurna dilengkapi rambut ikal panjang, ada yang berwarna pirang, hitam, coklat, dan orange dan memakai mahkota yang terbuat dari bunga dan permata.
"Subhanallah! Mereka benar-benar peri? Para peri yang sedang bermandi hujan tengah malam di danau air terjun? Oh my god! This is the best look ever" Savva terus menepuk pipinya berulang kali. Savva benar-benar terkejut dengan kemunculan para peri cantik itu, dia tak menyangka samasekali akan melihat peri sungguhan. Diam-diam Savva mengamati satu per satu para peri itu, ternyata ada satu yang tak memiliki sayap, yang bermahkotakan daun dan permata yang melingkari kepalanya.
Savva masih terpaku ditempatnya dan bergelut dengan pikirannya yang semakin penasaran, tiba-tiba kepalanya mengangguk-angguk memantapkan sesuatu menatap para peri di danau air terjun sana."Ya, aku harus keluar untuk memastikan pengelihatanku benarkah yang kulihat ini nyata atau hanya illusi."
Savva bergegas mengambil coat dan memakainya dan meraih payung yang tak jauh darinya. Savva menuju pintu.
"Aku harus cepat & berhati-hati agar mom dan kakak tak mendengarku."
Diraihnya kenop pintu putih dihadapannya dan perlahan keluar.
Sejenak Savva ragu dengan langkahnya setelah diluar rumah karena gelap dan hujan membatasi pengelihatannya. Namun rasa penasarannya terus membawanya untuk berjalan ke arah danau, Savva terus mendekati hutan pinus yang dekat dengan air terjun tempat dilihatnya empat peri indah yang bercengkerama tadi.
_SKIP_
Savva P.O.V.
Kepalaku sedikit pusing, mataku masih enggan membuka kelopaknya, hanya karena samar-samar aku mendengar suara mom yang mengetuk pintu kamar untuk membangunkanku shalat Shubuh. Dengan malas aku menggapai jam bekker di sebelahku.
"Masya ALLAH! sudah jam 05.00 a.m.!" aku bangun susah payah melawan rasa kantuk yang masih kental menyelubungi mata dan kepalaku. Biasanya jam 4 atau jam setenga 5 pagi aku sudah terbangun, namun kali ini aku kesiangan gara-gara tidur begitu terlambat semalam.
Tok..tok..tok.. "Sayang, kamu sudah bangun belum? Ayo bangun shalat shubuh sayang"
"Ya mom, aku sudah bangun!"
![](https://img.wattpad.com/cover/39132630-288-k882325.jpg)