Waiting Her

117 7 0
                                        

Savva P.O.V.

Pagi ini aku kembali ke rutinitasku untuk kuliah. Ku kayuh sepeda sportyku menuju kampus. Lagu yang ku nikmati via headphone cukup membuat mood bagus pagi ini.
Aku bersenandung lirih ditengah perjalananku.
Pepohonan pinus dikanan kiri jalan seakan membuaiku dengan tiupan udara pagi yang segar. Oh, rasanya semangat sekali sekarang.

Aku memarkir sepedaku di parkiran khusus sepeda.
Seperti biasa aku menuju kelas, wow skakmath! Kuliah 2 jam pertama bersama Mr. Darwin, semoga saja dia tak lagi memberiku tugas-tugas terkutuk itu karena kini aku datang tepat waktu.

"Good morning, babyyyy!!" Brieta merangkulku dari belakang, entah darimana munculnya, oh mengagetkan saja.

"Uhh, kau membuatku kaget Briet!"

"Im sorry girl, hehe. Aku sangat kangen padamu Savvaaaa, aku tidak sabar pula ingin bercerita padamu?!" oh God, Brieta mulai cerewet lagi. Beginilah watak aslinya.

"Bercerita soal apa? Daniel?" aku meletakkan tasku dan duduk dibangku yang bersebelahan dengan Brieta.

"Yuppp! Tepat sekali. Oh my god, apa kau tahu Savva? Semalam dia menyatakan perasaannya padaku sampai-sampai semalaman aku tak bisa tidur saking merasa senang, Savvaaaa aku tidak menyangka Daniel mengucapkannya secepat ini." ucap Brieta memegangi kedua pipinya sambil memutar bola matanya seakan-akan Daniel ada dimana-mana.

"Hmm, pantas saja kau begitu over happy pagi ini?! Lalu kau menerimanya?"

"Emmm hihihii aku jadi malu menceritakannya padamu, emmm menurutmu bagaimana?"

"Hohoho jadi kalian telah berpacaran sekarang? Pilihan yang bagus Brieta, kulihat Daniel pria yang tepat untukmu, so? Congratulation sahabatku yang cerewet.." ucapku seraya menyentil hidung Brieta yang sontak membuatnya mengerucutkan bibirnya.

"Sakit Savvaaa..! Huh, tapi tak apalah terimakasih my bunny Savva sudah mendukung hubunganku dengan Daniel hihii. Lalu tinggal dirimu?! Apa kau tak ingin memiliki kekasih seperti aku sekarang?"
Brieta meledekku dengan manja.

"Tidak.. Kekasih itu membuatku pusing dan membuat hidupku tak nyaman. I love freedom, sendiri lebih nyaman Brieta." aku menjawab sekenanya yang sekaligus membuat Brieta mengerutkan dahinya.

"Ohoo baiklah, tapi setidaknya beri tahu aku adakah pria yang sedang dekat denganmu?" Tanya Brieta.

Apa yang harus kujawab? Saat ini memang ada seorang pria yang dekat denganku. Tapi haruskah aku mengatakan pada Brieta bahwa pria yang sedang dekat denganku itu adalah peri dan bukan manusia? Dan bukan 'dekat' yang aneh-aneh, hanya saja aku merasa Zayn si peri penguntit itu selalu berada disekitarku dan dekat denganku. Oh mustahil Brieta akan percaya, justru dia akan menertawakanku tanpa henti dan menganggapku konyol.

"Tidak ada Briet, aku tidak sedang dekat dengan siapapun." sangkalku.

"Selamat pagi semua! Kita mulai mata kuliah hari ini." suara Mr. Darwin terdengar menggelegar diruangan.

"Huh! Mengganggu saja." gerutu Brieta lirih.

Aku hanya tersenyum melihat tingkah Brieta yang sebal karena mata kuliah akan dimulai.
Kami mulai berkonsentrasi dan mendengarkan ocehan Mr. Darwin dengan seksama jika kami tak mau mendapat hukuman mentah-mentah dari dosen killer yang satu ini.

_SKIP_

Zayn P.O.V

Kali ini aku kembali berwujud manusia. Aku sengaja menunggu Savva dijalan dekat rumahnya. Bersandar dipohon pinus seperti ini sebenarnya cukup melelahkan, apalagi pagi ini aku belum menghisap sari madu yang biasa setiap pagi kulakukan, membuatku sedikit lemas. Padahal ini sudah menjelang siang.

Kulihat seorang gadis bersepeda dari kejauhan. Dia memakai baju wol berwarna ungu, tas punggung hitam bermotif pita dan memakai headphone putih dikepalanya. Hmm cukup unik juga style gadis ini. No so girly, no so tomboy, but just Cool.
Dan.........satu lagi, dia............cantik.

Crrriiiitttttt!!

Savva menggenggam katup rem sepedanya erat-erat karena terkejut melihatku tiba-tiba muncul ditengah jalan. Biarlah, hanya ini cara yang ampuh untuk membuatnya berhenti.

"Astaghfirullah!! Huh, apa kau gila?!!" Savva membulatkan matanya kesal seraya turun dari sepeda sportnya.

Aku menjawabnya dengan senyuman santai.

"Nona Savva ikutlah denganku." ucapku tenang menatapnya.

"Huufhhh.. Zayn! Kau baru saja membuatku kaget karena kau muncul ditengah jalan secara mendadak dan hampir membuatku jatuh dari sepeda, lalu kau bukan meminta maaf padaku malah memintaku ikut denganmu? Menyebalkan!" gerutu Savva kesal.

Aku hanya bisa tersenyum menerima ocehannya. Sepertinya aku telah benar-benar membuat nona cerewet ini terkejut, walaupun tadinya aku hanya ingin menggodanya saja.

"Ya ya baiklah Savva, aku meminta maaf telah membuatmu terkejut, tadinya aku hanya ingin menggodamu saja, tapi ternyata aku membuatmu kesal. Maafkan aku." pintaku dengan tersenyum.

"Hmm.." jawabnya datar.

"Begitu saja?? Please forgive me..." kali ini aku mengandalkan puppy eyes untuk meminta maaf padanya.

Kulihat Savva menahan tawa dalam wajah kesalnya. Cukup manis.

"Baiklah, aku maafkan. Tapi jangan ulangi lagi, aku paling tidak suka siapapun membuatku kaget."

"Im promise." ucapku tersenyum.

"Ok.." jawabnya.

"So, ayo kau ikut denganku? Jangan menolak apalagi banyak bertanya karena aku sudah cukup lapar sedari tadi menunggumu disini, ayo?!" aku mengadahkan tangan kananku menunggu Savva menggandengnya.

"Mau kemana?"

"Sudah kukatakan jangan banyak bertanya, ayo?!" aku menggandeng pergelangan tangannya.

"Tunggu, Zayn! Bagaimana dengan sepedaku?"

Oh iya, aku tak memikirkan tentang sepedanya. Ini akan mengganggu nanti, sebaiknya aku urus dahulu.

"Savva, berjanjilah kau takkan memberitahu siapapun apa yang akan kau lihat, ok? Aku akan memindahkan sepedamu ke rumah.."

"Ha?? Maksudmu?" tanyanya bingung.

"Lihat ini dan berjanjilah kau takkan memberitahu siapapun.."

Kulihat Savva mengangguk dalam bingung.
Aku diam sejenak dan mengangkat alis kiriku perlahan dan....Crriiiinggg!!
Sepeda itu menghilang.

Savva terpaku, kedua tangan mulusnya menutup bibirnya yang menganga karena kagum. Dia menggelengkan kepalanya pelan seakan tak percaya sepedanya menghilang.

"K-kek-kemana sepedaku??" tanyanya bingung.

"Kerumahmu. Sepedamu sudah kuletakkan dirumah agar tak mengganggu perjalanan kita, kau tak perlu terkejut Savva ini magic, akupun pernah memperlihatkan hal serupa kepadamu sebelumnya.."

"Hah?? Tidak pernah, kapan?? Ini kali keduaku melihatmu melakukan magic setelah mengangkat gelas hias dikamarku tanpa menyentuhnya, ini luar biasa.." ucap Savva yang masih dalam kekagumannya.

"Emmm..sudahlah, kau belum ingat. Ayo cepat ikut aku dan jangan banyak bertanya lagi nona Savva.." aku menggandeng tangannya.

"Hei, kita akan kemana? Kau pemaksa juga sebenarnya? Huh, aku belum meminta izin pada mom, bagaimana kalau dia melihat sepedaku dirumah namun aku tidak ada?! Kau ini!"

Aku tersenyum diam-diam, terus mendengar ocehannya tanpa menjawabnya. Dan terus berjalan hingga aku sampai ke tempat yang ku tuju.

Enough til' here #_#
Vote and commet needed :')

Thanks and enjoy this story guys :*:*:*
-happy reading-

MIRACLE OF MIDNIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang