10. Alana Maherson

36 14 37
                                    

Terkadang waktu yang singkat memiliki kenangan yang indah
~Elvana Keanu Winata~
.
.
.

Happy Reading 🦋

Ketiga cewe itu kini berada didalam toilet. Zia membasuh wajahnya diwastafel. Sedangkan Daisy menatap temannya yang ngomel sendiri. Dan Alana bersandar ditembok kedua tangannya terlipat didepan dada, sesekali matanya terpejam.

"Gue kesel banget anjir!" gerutu Zia mencipratkan sisa air dari tangannya kebawah serta menglap tangannya dengan sebuah tisu yang tersedia didalam toilet.

"Kenapa sih Kenzi membela dia."

"Dasar drama queen, cuih."

"Gue punya ide," ucap Daisy dengan senyuman.

Gadis blasteran Jepang itu menginstruksikan mereka agar membuat sebuah lingkaran kecil. Zia dan Alana mengikuti instruksi dari Daisy.

Tangan Daisy memegang pundak Zia dan Alana. Mereka kini tengah serius menatap satu sama lain.

"Ide bagus lo," kata Zia.

"Tapi." Alana menatap kedua temannya, ada perasaan ragu. "Emang lo yakin ini berhasil?" tanyanya.

"Gue sih udah yakin 100 persen," ucap Daisy antusias.

*****

"Matematika ilmu yang mematikan," nyanyi Danu keras.

Dengan bermodalkan sebuah sapu, Danu bernyanyi layaknya seseorang yang mengadakan konser. Konser dadakan itu ditonton seluruh murid 11 IPA 2. Mereka tidak heran lagi dengan kelakuan Danu.

Danu berlenggak-lenggok ala tarzan, kesana kemari. Penghuni IPA 2 dibuat bahagia, ada yang menahan tawa tersenyum kecut, ada yang terang-terangan menertawakan Danu.

"Jangan rajin belajar matematikaaa,,"

"Ayooo..oooo... ooo."

"Bahagiaaa."

"Kalau kamu berlatih pastii,,mati," akhiri Danu dengan sebuah amanat. Bibirnya melengkung kebawah dengan jari telunjuk menyayat lehernya.

"Siapa yang mati?" tanya pak Boring selaku guru matematika, raut wajahnya terlihat menginterogasi seseorang yang bersalah.

Pak Boring terkenal dengan guru yang galak, mukanya yang sangar membuat siswa dan siswi takut ditambah beliau adalah seorang guru matematika. Taulah gimana rasanya, aura mematikan terjadi sekarang.

Danu tersenyum canggung, alisnya naik turun, mata melotot menatap Kenzi. Kenzi menggelengkan kepalanya dengan tawa yang ditahan.

Atensi mata Danu mengarah ke seseorang yaitu Vano, namun Vano hanya tertawa kecil.

"Ahhh itu pak, anak ayam saya mati satu," kata Danu cengingiran.

"Ohhh..."

"Kata Danu matematika ilmu yang mematikan,Pa." Vano berteriak dengan suara yang lantang.

Danu yang sebelumnya menunduk sontak mengangkat kepalanya menatap tajam Vano.

"Benar begitu Danu?"

"Eng..ga-kk... Pak," sahut Danu gelagapan.

"Kata Danu, kalau belajar matematika pasti mati, pak." Bukan Vano yang mengucapkan itu melainkan Lucas.

Lucas tertawa kecil, dia sangat puas dengan tatapan pak Boring kepada Danu.

𝐀𝐥𝐚𝐧𝐚 𝐌𝐚𝐡𝐞𝐫𝐬𝐨𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang