bab 9.

127 9 11
                                    

Dazel tak hentinya melumat bibir Ara hingga tanpa sadar membuat tubuh sang istri perlahan mundur ke belakang dan terhenti tepat didepan meja belajar.

Jaket kulit dan celana jeans hitam. Bahkan dengan sepatu Dockmart yang sama dengan yang Dazel kenakan saat dirinya berada di Singapura. Pria itu juga sepertinya baru tiba dan kaget karena mengetahui istrinya tak ada di rumah.

Tangan Dazel mulai meraba tubuh Ara dan berhenti di bokong. Mengangkat tubuh langsing sang istri ke atas meja, posisi keduanya kini berubah dengan Ara yang terduduk di meja belajar.

Ara yang mulai kehabisan napas memukul dada suaminya pelan yang langsung di mengerti oleh Dazel. Melepaskan pagutan, Dazel menatap Ara dengan napas terengah-engah.

"Kamu dari mana aja?" tanya Dazel menahan dagu Ara yang hendak menunduk.

"Main," jawab Ara menatap Dazel dengan pandangan takut-takut. Dirinya gugup apalagi dengan jarak keduanya yang begitu tanpa celah. Bahkan Ara bisa merasakan deru napas Dazel yang terasa hangat akibat wajah keduanya yang begitu dekat.

"Main? Jadi kamu mengabaikan pesan dariku karena terlalu asik main?" Dazel memelankan suara yang sialnya membuat Ara merinding saat mendengarnya. Terdengar seksi dan membangkitkan gairah seksual.

"Maaf."

"Hanya maaf?" tanya Dazel dengan suara dan jarak yang masih sama. Pria itu kemudian beralih pada leher jenjang Ara seraya menghirup aroma tubuh istrinya dengan pelan. Memberikan kecupan ringan lalu beralih jadi hisapan kuat yang meninggalkan bekas kepemilikan.

"Aku gak-haahh... Seharian ini gak pegang hp."

"Apa aku bisa percaya itu?"

"Akuhh... Berani sumpahhh."

"Apapun alasannya, kamu tetap harus di hukum," bisik Dazel tepat di telinga istrinya.

Ara mengangguk setuju sambil terus berusaha menjauhkan Dazel dari lehernya. Ia merasa geli. "Apapun hukumannya aku terima. Tapi biarin aku mandi dulu. Badanku lengket banget rasanya."

Dazel memundurkan wajahnya seraya menatap Ara dengan senyuman lebar. "Kalo gitu ayo mandi, hukumannya akan aku mulai ketika kita di bathtub," kata Dazel sontak membuat Ara terlihat kaget mendengarnya.

"Maksudnya?" tanya Ara yang sayangnya tak mendapat jawaban dari sang suami. Dazel hanya tersenyum penuh arti lalu mengangkat tubuh Ara dan membawanya menuju kamar mandi yang ada di kamar tersebut.

oOo

Dimas turun dari mobilnya sambil memangku kucing hitam yang tadi Dimas lihat saat dirinya pergi ke kamar mandi yang ada di Warnet.

Bi Arum yang baru mengetahui kepulangan sang majikan langsung berjalan keluar dari rumah dan menghampiri Dimas. "Tuan kemana aja? Pak Iskandar tadi marah-marah karena tuan gak ada di rumah."

"Marahnya ke siapa?" tanya Dimas mengusap anak kucing di pangkuannya yang terlihat begitu nyaman. Pasti karena Dimas begitu hangat jadi si kucing begitu betah.

"Ke bibi," jawab Bi Arum yang sama sekali tak di pedulikan oleh Dimas. Pemuda itu tersenyum menatap pengasuhnya sekilas "Itu bagus," katanya lalu berjalan masuk kedalam rumah. "Ayo blacky, kita mandi dulu," ujar Dimas berbicara pada kucing barunya. Mengabaikan bi Arum yang sepertinya merasa kesal karena tingkah Dimas yang menyebalkan.

oOo

Bella Nasution yang merupakan istri sah dari seorang Agam dan ibu dari Ahsan dan Juga Astrid tersebut memasuki kamar Nenek yang begitu gelap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Great MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang