Dazel Lim. Pria bermata tajam dan berkulit putih keturunan Tionghoa. Umurnya baru menginjak 31 tahun. Memiliki paras wajah yang mampu menghipnotis setiap mata yang melihatnya. Tampan dan sempurna, juga memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Ia berhasil menjadi pengusaha sukses bahkan diusianya yang masih terbilang cukup muda. Daya tariknya benar-benar tanpa celah hingga membuatnya disegani oleh beberapa pengusaha lainnya.
Ara menunduk seraya menikmati sarapannya dalam diam. Aroma shampo dan sabun yang begitu maskulin dari tubuh Dazel menyeruak masuk kedalam hidung dan itu benar-benar mengganggu pikirannya.
Gadis berusia 24 tahun itu tentu tahu bahaya dari menatap wajah Dazel yang begitu segar sehabis mandi di pagi hari. Terutama untuk kesehatan jantung dan pikirannya.
"Tambah lagi?" tanya Dazel seakan membuyarkan keheningan diantara keduanya. Ara mengangkat wajahnya dan melihat wajah Dazel yang menawarkan roti dengan senyuman tampan menyilaukan.
"Gak perlu." Ara menggeleng tegas lalu kembali menunduk. Tadi itu benar-benar bahaya walau cuma beberapa detik.
Dazel menatap wajah Ara dengan alis yang berkerut dalam "Kamu sakit?"
"Cuma pusing."
"Mau ke dokter?"
"Enggak. Aku cuma butuh tidur."
Lalu sebuah anggukan menjadi reaksi Dazel berikutnya. Pria itu mengerti dan mengetahui kebiasaan Ara yang selalu begadang bermain game online. Sesuatu yang sangat tidak ia mengerti adalah apa yang membuat permainan itu begitu menarik sampai membuat istrinya begitu ketagihan.
"Kamu semalam begadang. Itu jelas gak baik buat kesehatan."
Pikirkan dirimu sendiri. Ara membatin dengan perasaan sebal. Melarang orang begadang tapi sendirinya selalu pulang larut. Tentu bodoh namanya jika Ara percaya kalau suaminya begitu karena sibuk bekerja. Gadis itu tahu betul apa yang Dazel lakukan adalah menghabiskan waktu luangnya bercengkrama dengan sang kekasih.
"Apa kamu berusaha mengekang ku sekarang?" Tanya Ara akhirnya berhasil menatap wajah Dazel dengan senyuman tipis yang gadis itu punya. Jadi pada akhirnya kamu juga ikutan mengatur?
Dazel terdiam sejenak setelah melihat reaksi Ara yang terlihat tidak senang. "Aku bukan mengekang. Ini jelas bentuk kepedulian."
"Peduli?" Ara tersenyum lucu mendengarnya. "Ya, terimakasih atas kepedulian kamu. Aku benar-benar tersentuh mendengarnya sampai-sampai aku bisa aja jatuh cinta saat ini juga."
"Kita udah sepakat bukan? Jangan libatkan perasaan dalam pernikahan ini. Aku ingin kita bisa berperan dengan lebih nyaman untuk kedepannya."
"Memangnya aku bilang apa?"
Dasar egois.
Ara menghembuskan napas dengan berat merasakan sesak di dadanya. Bagaimana bisa dirinya tidak menyukai suaminya disaat Dazel bahkan selalu memberikan perhatian kecil yang selalu membuatnya lupa diri. Apa itu bentuk sebuah penyiksaan untuknya?
Hening untuk sesaat. Baik Ara maupun Dazel sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Kamu udah punya pacar?" Tanya Dazel tiba-tiba kembali membuka obrolan.
"Belum."
"Kenapa? Aku gak melarang kamu berpacaran. Hanya saja tolong jangan sampai melewati batas."
Ara kembali menatap Dazel dengan sorot mata yang tajam menandakan jika ia membenci obrolan yang mereka lakukan saat ini. "Itu urusanku."
"Yah, hanya mengingatkan." Pria itu mengedikkan bahunya dengan sembarangan lalu meraih cangkir kopi dan meminumnya sedikit. "Siang ini kamu akan menemui orang tuamu kan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/315850081-288-k873440.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Mask
RomanceBerlakon adalah keahlian. Jatuh Cinta adalah keajaiban. Namun jika itu sampai melibatkan perasaan, harus bagaimanakah jadinya? . Pernikahan yang Sempurna. Terlihat mempesona dan menyilaukan mata bagi siapa saja yang melihatnya. Harmonis dan saling m...