6. Mengingatmu lagi

43 7 134
                                    

Ruhan nampak menepuk-nepuk pipi badri yang tak sadarkan diri, ia mengecek napasnya dan untung ia masih bernapas. "Dia masih hidup." ucap ruhan sedikit bernapas lega.

Ia langsung mengangkatnya dan menaruhnya dipundaknya, kuat juga dia. Bagaimana tidak? Tubuh pria itu begitu kekar-kan?

Ia membawanya kerumah sakit terdekat, "Ada apa dengannya?" tanya suster yang mengantar mereka.

Ruhan agak bingung mendengar pertanyaannya, namun ia justru langsung menyeletuk. "Habis dihajar, sama brandal tukang tawuran." jawab ruhan asal.

Susternya pun percaya-percaya saja, karena memang sedang maraknya tawuran dan penghajaran orang yang tak dikenal didaerah itu.

Dokterpun dipanggil untuk segera menangani badri. Ruhan begitu khawatir terjadi sesuatu pada badri yang disebabkan oleh navya, ia tak ingin navya justru mendapatkan cap pembunuh darinya atas kematian badri--- jika itu sampai terjadi.

Setelah menunggu, dokter pun keluar. "Dia mendapat beberapa pukulan, dan nampak satu serangan benda tumpul dan juga luka cekikan." ucap dokter laki-laki tersebut.

Ruhan nampak terpaku mendengarnya, "Tapi dia masih hidup kan dokter? Tak ada yang terlalu parah bukan?" tanya ruhan lirih begitu khawatir pada badri.

Dokter tersebut tersenyum, "Tentu, jangan khawatir. Dia masih hidup, dan tak ada luka yang terlalu parah." ucap dokter tersebut yang membuat ruhan bernapas lega. "Syukurlah." ucap ruhan.

"Oh yaaa, dalam laporan kau menulis ia diserang oleh para brandal bukan?" tanya dokter tersebut, ruhan menganggukkan kepalanya.

"Awas saja, kalau sampai aku tangkap. Tak akan ku lepaskan orang yang menghajar adikku." ucap ruhan seolah begitu terpukul akan apa yang terjadi pada badri.

Dokter itu tersenyum tipis, "Dengar, akan lebih baik kau melaporkan kasus ini ke polisi. Karena ini kasus penyerangan, mungkin itu bisa membantumu." ucap dokter tersebut padanya.

Ruhan mengangguk, "Aku seperti pernah melihatmu sebelumnya. Kau pengantar makan siang rumah sakit ini kan?" tanya dokter tersebut, ruhan menengok. "Uh, umn yaa. Benar." jawab ruhan.

Dokter tersebut mengangguk, "Aku dokter Ali Sheikh." ucapnya mengulurkan tangannya, ruhan menerima uluran tangannya. "Ruhan Kapoor." jawab ruhan.

"Makanan siang dari resto yang kau bawa sangat enak." pujinya, ruhan hanya mengangguk saja. Ia tak perduli enak atau tidaknya, yang penting ia sudah mengantarnya dan mendapat gaji.

Dokter Ali pun menepuk pundak ruhan, "Kalau ingin masuk, masuk saja. Dia sudah boleh ditemui." ucap dokter ali, ruhan mengangguk. "Baiklah, terima kasih." ucapnya lalu pergi meninggalkannya.

Ia langsung masuk dan mendapati badri yang nampak melamun, "Badri..." panggilnya dengan lembut, badri hanya meliriknya saja sekilas.

Ruhan duduk dikursi samping ranjang badri, "Maafkan naku badri, maafkan dia. Aku mohon, maafkan." ucap ruhan padanya.

"Aku tau yang ia lakukan sangatlah salah dan yaaa... Kau mungkin akan marah padanya, tapi tolong jangan membencinya." ucap ruhan yang justru perlahan meneteskan airmata.

Ia sedikit menepis airmatanya, "Jika bukan kita yang mendampinginya, siapa lagi? Dunia sudah membencinya, tapi tolong, jangan kau jadi bagian dari mereka juga." lanjutnya.

Badri langsung melirik tajam kearah ruhan, ddan tiba-tiba...

Plakkk

Ia memukul lengan ruhan dengan begitu nyaring, ruhan langsung terkejut dengan hal itu. "Bodoh!" ucap badri.

End Of Story 2 : Hide And Seek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang