2 hari sebelum penyerahan diri....
Sudah hampir seminggu kematian Arhan. Navya, wanita itu tengah duduk melamun pekarangan belakang sembari menatap bulan purnama yang cantik.
Dan tak lama, Ruhan dan Badri duduk disisi kanan dan kirinya. Navya menengok ke kanan dan kirinya sekilas lalu kembali menatap arah depan.
"Naku, apa kau tak merasa lelah terus bermain petak umpet begini?" tanya Ruhan padanya, Navya hanya terdiam saja.
"Aku saja melihatmu begini lelah, apa Kau tak ada niatan untuk menyerah saja pada mereka?" tanya Ruhan kembali pada Navya.
Mendengarnya, Navya langsung menengok terkejut menatap Ruhan. "Aku bicara begini, bukan karena apa, Naku. Kalau kau terus berlari dan bersembunyi seperti ini, mau sampai Kapan? Yang pada akhirnya kau akan tertangkap juga," ucap Ruhan.
"Aku tau ini gila bagimu, kau bukan tipe yang cepat menyerahkan diri begitu saja. Tapi mau bagaimana? Itu lebih baik daripada kau tertangkap oleh mereka, kan?" lanjutnya.
Badri kini menggenggam tangan Navya, "Naku, jika kau terus berlari, kau akan terjatuh. Kau sudah banyak terluka, kami tak ingin kau semakin terluka," ucap Badri.
"Kami tau ini sangat gila, tapi coba kau pikirkan, ini. Kalau kau tertangkap oleh mereka, mereka pasti akan berfikir kau kabur lagi, bisa saja mereka menembak-kan timah panas mereka padamu," ucap Badri.
"Kalau kau selamat, kalau tidak bagaimana?" lanjut pria itu.
Navya masih terdiam dengan ucapan mereka, "Yaa sebenarnya, aku setengah hati sih. Kau ajak aku join baru satu kali, mana puas?" ucap Badri dengan nada sedikit kesal.
Mendengarnya, Ruhan langsung menganga dan menoyor Badri, sempat-sempatnya ia mengatakan itu. "Bodoh!" ucap Ruhan dengan nada kesal.
Navya masih terpaku dalam diamnya, Ruhan menarik napasnya. "Kami selalu melindungimu setiap saat, setiap waktu, kau pasti paham itu. Kami hanya takut, kami tak bisa melindungimu lagi, Naku. Tak ada yang tau apa yang terjadi pada kita tiba-tiba, bahkan kau juga," ucap Ruhan.
"Kami rela kehilangan apapun, tapi tidak denganmu. Kami tak rela, tapi kami juga tau batas kemampuan kami, tak selamanya. Jika bukan Kau yang melakukan, siapa lagi?" lanjutnya.
Navya terus terpaku dengan ucapan keduanya. Ia tau, dua anak itu tak mungkin asal bicara apalagi menyangkut hal tentang dirinya. Mereka pasti sudah berpikir secara matang dan berulang kali.
Navya hanya mengangguk saja, "Jika kalian meminta keadilan, aku tak bisa. Jangan pernah meminta keadilan pada manusia, karena semua itu tak ada," ucap Navya.
Navya sedikit menarik napas, "Tapi akan ku pikirkan," lanjut Navya. Dua manusia itu menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.
"Kami janji tak akan meninggalkanmu, kami akan bersamamu." ucap Ruhan sembari menggenggam erat tangan Navya.
Setelah ucapan dua sahabatnya, Navya hanya dapat diam memikirkan hal itu. Tak ada salah dengan apa yang mereka katakan, lagipula ia juga sudah pasrah bukan dengan hidupnya?
Ia bangkit dan membuka lemari pakaian. Ia mengambil kemeja favorite Ruhan dan Kaos favorite Badri lalu menghirup wangi kain itu.
Ruhan tidak tidur dengannya, ia tidur bersama Badri. Itu sengaja dilakukan olehnya, agar Navya bisa memikirkan tentang itu.
Dan benar saja, esoknya Navya sudah menghilang dari kamarnya. Ruhan dan Badri hanya dapat diam menahan kesedihan, mereka mendapatkan secarik kertas diatas pakaian yang sudah disiapkan oleh Navya.

KAMU SEDANG MEMBACA
End Of Story 2 : Hide And Seek
Fanfiction35 tahun setelah End of story, kisah serial killer kembali terjadi dalam 9 tahun terakhir. Dan itu dilakukan oleh seorang wanita cantik, keturunan dari keluarga kaur. Setelah satu tahun menghilang tanpa satupun kasus serial killer yang dilakukan ol...