20. Aku mencintaimu!

52 8 147
                                    

Viren menemui kedua temannya yang tengah beristirahat, ia datang membawa kopi dan beberapa camilan untuk keduanya. "Hai! para manusia yang dipenuhi beban. Lihat aku bawa apa," ucap Viren dengan semangatnya.

Aisha dan Devan menengok lalu menggelengkan kepalanya. "Tumben datang, bawa seperti, ini? Biasanya juga, datang bawa masalah. Kepentok apa, kau?" ucap Devan terheran-heran.

Viren menyeringai, "Seburuk itu, kah, aku? Aku ini manusia baik hati, tapi kalian sangat kejam dengan berlaku begini," ucap Viren dibuat se-dramastis mungkin.

Aisha terkekeh melihatnya, "Sudah-sudah, terima kasih, ya, Ren," ucap Aisha sembari mengambil kopi yang dibawakan oleh Viren.

Viren menunjuk-nunjuk Aisha, "Kau seharusnya mencontoh, dia, Dev! Dia tau bagaimana caranya berterima kasih, tak sepertimu. Cih!" cibir Viren pada Devan.

Devan membolak-balikan bola matanya, "Ya, ya, ya, terserah," ucapnya sembari mengambil kopi yang berada ditangan Viren.

Viren berdecak pinggang, "Sudah tak tau terimakasih, mengambil punya orang, pula!" ucapnya dengan nada kesal.

Devan meneguk minumannya. Viren menatap tajam kearah Devan lalu mengatakan, "Ah, yaampun. Aku sampai lupa sesuatu, orang yang paling sering menusuk adalah orang terdekat. Dan itu kau," ucap Viren pada Devan. Devan hanya menaikkan kedua pundaknya saja tanpa merasa bersalah.

Viren nampak marah karena kesal dengan Devan. Namun, ia tak benar-benar marah dengan Devan. Bagaimana mungkin ia bisa marah dengan sahabat dekatnya, sendiri? Itu sangat-sangat tidak mungkin.

Mata Viren langsung tertuju pada sebuah berkas dan mengambilnya, "Navya diintrogasi, Mira Shetthi!?" tanya Viren agak heboh.

"Cara bacanya bukan Mira, tapi Mayra," ucap Aisha pada Viren.

"Ah, merepotkan. Tulisannya M-Y-R-A, jadinya orang awam pasti akan baca Mira," ucap Viren mencari pembenaran sendiri.

Devan menggeleng, "Belum saja, Kau ku kirim ke kandang Navya," ucap Devan.

"Kandang! Kau fikir dia hewan!?" ucap Viren dengan nada tinggi.

"Yaa, memang sifatnya persis begitu. Mau, bagaimana?" jawab Devan dengan santai.

Viren menaruh berkasnya, "Ah, menyebalkan sekali kau, ini. Berani-beraninya kau mengatakan itu," ucap Viren.

Ia lalu melirik kembali berkas itu, "Navya sangat cantik, ya?" ucap Viren sembari senyam-senyum sendiri. Devan mengambil Berkas itu dan memukul kepala Viren dengan berkas itu.

"Pantas saja kau tiba-tiba membelanya, ternyata itu alasannya," ucap Devan dengan nada kesal.

Viren menggaruk-garuk kepalanya sembari cengengesan, "Habisan, dia sangat cantik. Aku sampai terlena," ucapnya dengan malu-malu.

"Oh, awas saja, Kau. Akan ku laporkan kepada Jiyana, agar dia tau seperti apa kekasihnya itu," Ancam Devan sembari mengambil ponselnya untuk menakut-nakuti Viren.

"Ah, terserahmu," ucap Viren santai sembari mengusap foto Navya yang berada diberkas sembari senyam-senyum sendiri.

Devan menganga seketika, "Memang harus diberi pelajaran bocah satu ini," ucap Devan yang langsung menelepon Jiyana.

End Of Story 2 : Hide And Seek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang