3. Hadiah

50 8 153
                                    

Esoknya....

Devan, aisha dan viren pergi kesebuah kafe yang katanya begitu terkenal disana. 'Jiyana's cafe'

Viren memasukkan tangannya kedalam sakutnya, "Aku saja yang pesankan... Kalian mau minun apa?" tanya viren, "Cappuccino, saja. Kau Inspektur aisha?" ucap devan, "Sama kan saja..." jawab aisha dengan senyuman.

Viren pun pergi dan hendak memesan, ia celingak-celinguk sendiri karena tak ada baristanya. Ia mengetuk meja barista tersebut, dan seorang gadis kan pun muncul . "Yaaaa? Pesan apa?" tanya gadis itu.

Melihat gadis itu, viren justru terdiam terpana melihatnya. Gadis itu melambai-lambai kan tangannya, "Hello? Mau pesan apa?" tanya gadis itu yang berhasil membuyarkan lamunan viren.

Entah mengapa ia menjadi gugup seketika, "Uh umm.... 2 cappuccino dan satu arabika." jawab viren padanya, gadis itu menggeleng dengan senyuman terukir diwajahnya.

"Card or cash?" tanyanya, "Cash..." jawabnya sembari malamun kembali menatapnya. "Atas nama?" tanya gadis itu tanpa menatap, "Cinta..." jawab viren tanpa sadar karena masih didalam lamunannya.

Gadis itu langsung menengok seketika, "Hah?" tanya gadis itu bingung. "Maksudnya... Viren." jawab viren cepat, dan gadis itu menggeleng.

Viren nampak menatap gadis itu tanpa berkedip, "Boleh tanya?" tanyanya pada gadis itu, "Tentu." jawab gadis itu singkat terdengar ramah, "Siapa namamu?" tanya viren.

Gadis itu langsung meliriknya, ia lalu memutar bola matanya. Ia lalu menunjuk kearah papan cafenya, "Apa nama cafenya?" tanya gadis itu.

Viren menengok, "Jiyana's cafe..." jawabnya, "Ya sudah..." jawab gadis itu yang langsung berubah menjadi judes seketika.

Viren hanya mengangguk-angguk saja, lalu mengambil pesanannya dan kembali duduk. "Ini..." ucap viren pada keduanya.

Viren masih melihat jiyana yang tengah melayani para pelanggannya, "Hai nona... Jam berapa ini?" tanya salah seorang pria, yang terlihat ingin menggodanya.

Jiyana langsung tersenyum lebar dan melihat jam tangannya, "Jam berapa yaa..." ucapnya sembari menatap jam tangannya, "Di jam tanganku, ini adalah 2 menit sebelum tulang-tulangmu patah." jawab jiyana yang terdengar sadis sembari tersenyum seperti psycho.

Mendengarnya, bukan hanya pria itu yang bergidik ngeri, viren pun bergidik ngeri mendengarnya. Devan terkekeh melihat viren, "Lihatlah..." ledeknya.

Viren hanya mendengus kesal, sedangkan devan dan aisha menertawakannya. Namun tetap saja pria itu terpana akan kecantikan gadis itu.

****

Devan bersama Aisha mereka mulai melakukan penyelidikan, dari pagi sampai pagi lagi sampai-sampai mereka sedikit ketiduran.

Ketika pagi hari, setelah mandi dan sarapan mereka pergi ke kantor polisi untuk mengambil beberapa berkas dan melakukan pertemuan selama beberapa menit dengan tim penyidik dan forensik.

"Aku sudah menganalisis beberapa sampel yang telah kau kirim pak. Ini hasilnya." ucap viren sembari memberikan sebuah dokumen.

"Dalam sampel darah yang berada di sapu tangan kau kirim, itu bukan hanya ada sampel darah korban saja. Namun disana juga ada darah milik navya. Seperti biasanya, dia akan menulis namanya menggunakan darah, dan kali ini darahnya sendiri." ucap viren.

Ia memberikan potret hasil otopsi, "Luka ditubuhnya berbeda-beda. Dibelakang kepala terdapat luka akibat benturan benda tumpul, ada luka lengannya, ini adalah luka sayat. Sepertinya ia sempat mencoba membela diri, namun ternyata gagal." ucap viren sembari menunjukkan beberapa potret luka ditubuh korban.

End Of Story 2 : Hide And Seek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang