09. Become A Hostage

80 8 2
                                    

Setelah berhasil menyusun dan memecahkan pesan itu. Dengan panik, Mark berlari keluar dari tempat tersebut diikuti oleh para anggotanya yang terlihat kebingungan.

Mark memusatkan pandangan ke arah motor hitamnya, berharap tidak ada sesuatu yang terjadi. Namun, apa yang ia khawatirkan benar-benar terjadi.

"Sial!" Mark mengumpat, membuat para anggotanya semakin kebingungan.

"Ada apa, Tuan?" Salah seorang anggota memberanikan diri untuk bertanya.

"Dia telah menculik istriku." Mark kembali menunjukkan tulisan pada kertas tersebut. "Huruf ini jika disusun akan menjadi sebuah kalimat bertuliskan save your wife!"

Raut wajah mereka seketika berubah menjadi garang. Para anggota itu tidak terima jika pimpinannya dijadikan sandera.

"Sepertinya kita perlu melapor kepada Tuan Fergio." Usul salah satu anggota.

Mark menggeleng, ia tidak setuju akan usulan tersebut "Tidak, hal semacam ini harus kita atasi sendiri. Aku tidak ini menambah kepanikan kakakku."

"Kalau begitu kita harus bergerak cepat."

Di sisi lain, Kylie kini tengah berada di dalam sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Perempuan itu tidak dapat memberontak, dikarenakan sebuah pistol tengah di todongkan ke arahnya.

Beberapa saat yang lalu, tanpa Kylie sadari sepasang mata tengah mengamati keberadaan Mark dan Kylie dari kejauhan.

Hingga pada saat Mark baru saja meninggalkannya, seorang pria menyergapnya dan menariknya masuk ke sebuah mobil yang entah datang dari mana. Kejadiannya terlalu cepat dan sulit untuk Kylie cerna. Pria itu bahkan merampas semua senjata yang Kylie bawa.

"Beraninya kau menyentuhku. Sedikit saja kau gores kulitku, suamiku tidak akan segan-segan untuk menguliti tubuhmu!"

"Kita lihat saja, apa dia bisa menemukan kita." Pria yang menjadi buronan Mark dan Kylie itu berbicara dengan nada mengejek.

"Aku yakin dia akan segera menyusul," ucap Kylie tenang dan penuh keyakinan.

Saat ini, sepertinya mobil melaju ke arah perbatasan. Entah ke mana tujuan pria ini. Yang jelas ia ingin kabur dengan dengan membawa data yang telah ia curi. Tentunya dengan memanfaatkan Kylie sebagai sandera, agar Mark tidak bisa melakukan apa-apa.

Tapi ia salah, Mark justru tidak akan tinggal diam jika terjadi sesuatu kepada istrinya.

Tak lama kemudian earpiece yang terpasang di telinga Kylie menyala.

Kylie tersenyum penuh kemenangan. "See?"

Saat Kylie hendak berbicara melalui telepon, pria itu sadar akan hal tersebut, dengan cepat ia menyela pembicaraannya.

"Mundurlah, dan jangan halangi aku. Jika tidak, istrimu akan kehilangan nyawanya." Ancam pria itu. Ia yakin seseorang yang menghubungi Kylie saat ini adalah Mark.

Kylie tersenyum sinis mendengarnya. Perempuan itu menekan tombol pada earpiece-nya guna mematikan sambungan telepon.

"Kenapa terburu-buru sekali, Sean?" tanya Kylie dengan nada sensualnya.

Perempuan itu mencondongkan tubuhnya ke arah pria di hadapannya. Tak peduli akan pistol yang masih tertodong di kepalanya, Kylie menatap mata abu Sean. Melirik bibir pria itu kemudian mengigit bibir bawahnya sendiri.

"Kau terlihat tampan," tutur Kylie, perempuan itu kemudian kembali ke posisinya semula.

Sementara Sean, birahi pria itu naik hanya karena perlakuan kecil Kylie yang terbilang cukup nakal. Sean seketika membalikkan posisi, ia mencondongkan tubuhnya ke arah Kylie. Mengendus aroma parfum di tubuh Kylie.

Hail To The Queen [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang