Chapter II

2.6K 297 18
                                    

Doyoung terbangun karena suara berisik yang terdengar jelas di telinga, nyanyian sumbang entah milik siapa. Seluruh tubuhnya terasa remuk, sisa perkelahian kemarin dan entah bagaimana caranya ia semalaman justru terbaring di karpet yang ada di lantai kamar, kasur empuk di ruangan bahkan dirinya biarkan kosong tanpa penghuni.

Sebenarnya Doyoung beruntung karena di saat teman satu angkatannya diwajibkan untuk berbagi kamar, ia justru menempati ruangan berukuran cukup besar itu sendirian, tentu dibantu oleh uang yang datang dari keluarganya.

Netranya mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya terbuka lebar, nyanyian ini tentu bukan berasal dari kamarnya, semakin lama nyanyian yang dia dengar semakin jelas. Tunggu, ia juga mendengar suara air mengalir, Doyoung makin merasa familiar dengan suara berat yang terus mengalun di telinga.

Namun fokusnya seketika buyar ketika mendengar ketukan di depan pintu kamarnya.

"Doyoung, buka pintunya."

Itu suara Junghwan, Doyoung bangkit dan sedikit merangkak untuk meraih kenop pintu. Junghwan menatap kekasihnya yang sedang duduk dengan tatapan tidak percaya.

Segera setelah menutup pintu yang ada di belakang, Junghwan berjongkok, menyamakan posisinya dengan Doyoung yang kini berdecak kesal sambil menutup mata, seakan siap dengan semua omelan yang akan Junghwan lontarkan.

"Siapa yang mengantarmu pulang semalam?" Suara berat Junghwan terdengar menyeramkan di telinganya, bohong kalau dia tidak takut sekarang.

"Aku pulang sendiri." Jawabnya jujur.

"Dengan keadaan babak belur setelah berkelahi dengan kelompok Geon?" Lagi-lagi Doyoung berdecak, ia tidak akan bisa lepas dari pengawasan Junghwan mau sejauh apapun jarak mereka berdua.

"Bagaimana kalau ada orang lain yang terluka? Kau mau bertanggung jawab? Tolong jangan hanya memikirkan soal dirimu sendiri, Doyoung."

Doyoung sedikit tersinggung dengan ucapan laki-laki yang masih betah di posisinya. "Kau bukannya mengkhawatirkanku malah justru memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi pada orang lain?"

Junghwan mengerti dengan jelas kalau Doyoung marah, emosi pacarnya memang mudah terpancing meski hanya karena hal kecil.

"Kau terlihat baik-baik saja sekarang, kau bahkan memakai pakaian teman sekamarku. Apa Haruto merawatmu dengan baik?" Ucap Junghwan sambil mengusap lengan hoodie yang Doyoung kenakan.

"Kau cemburu?" Doyoung sedikit memiringkan kepala saat membalas pertanyaan Junghwan.

"Kalau aku bilang iya, apa kamu akan marah dan memutus hubungan kita?" Balas Junghwan lagi seolah tidak mau kalah.

"Hentikan omong kosongmu So Junghwan, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja." Doyoung bangun dari tempatnya, berjalan menuju ranjang dan membaringkan tubuhnya di atas sana.

Keduanya sama-sama tahu kalau Doyoung akan terus tunduk kepada Junghwan, karena Doyoung merasa hanya Junghwan yang dapat mengendalikan emosinya dengan mudah. Tidak peduli sekuat apapun emosinya, ia tidak akan berani mencari masalah kalau ada Junghwan di dekatnya.

"Apa yang membuatmu berakhir di kamarku semalam?" Tanya Junghwan lagi yang terlihat masih menunggu jawaban.

"Aku salah mengetuk pintu kamar." Jawab Doyoung asal.

"Kau mau mengetuk pintu kamarmu sendiri? Beri alasan yang lebih masuk akal."

Doyoung menghembuskan napas berat, pertengkaran tidak penting yang terjadi jam tujuh pagi di hari libur ini hanya membuat tubuhnya semakin sakit. "Aku lupa kalau kau pergi semalam, tadinya aku mau meminta bantuanmu. Tapi malah bertemu si nerd Haruto."

Soulmate [Harubby]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang