Chapter VII

2.6K 296 22
                                    

"Kita harus mulai dari mana?" Doyoung mengambil ponsel yang ada di nakas sebelahnya, membuka aplikasi catatan dan bersiap untuk menyusun rencana balas dendam.

Tubuhnya sudah sedikit membaik, lebam sudah jauh berkurang dibanding hari pertama karena terus diobati, jahitannya juga mulai mengering namun kadang masih terasa sakit.

"Sembuh, kau harus sembuh dulu."

Doyoung berdecak sebal, ini hari kedua dirinya di rumah sakit dan Haruto terus mengawasi tanpa henti. Padahal ia ingin kabur lalu meledakkan bom ke rumah Lee Geon, musuh terbesarnya.

Malam itu dirinya hampir berhasil melumpuhkan laki-laki jelek itu hingga tiba-tiba anak buahnya datang lalu mengeroyok Doyoung tanpa ampun, ia bahkan harus dioperasi karena luka tusukan. Harusnya ia tahu kalau panggilan itu hanya jebakan, namun ia terlalu gegabah karena terus memikirkan Junghwan.

Junghwan, tidak terasa sudah tiga hari sejak kepergiannya.

Ketidakhadiran Junghwan sedikit tergantikan oleh Haruto yang terus menempel di sisinya, namun rasanya tetap berbeda. Junghwan akan merawat Doyoung dengan lembut, sedangkan Haruto... ah laki-laki itu bahkan sempat menendang bokongnya saat ia kesulitan berjalan kemarin.

"Kapan aku boleh pulang? Aku bosan sekali di sini." Ucap Doyoung sedikit merengek, sedangkan Haruto hanya menatap laki-laki itu dengan pandangan malas.

"Berhenti bergerak, luka jahitanmu akan terus terbuka kalau kau tidak bisa diam." Haruto menahan gerakan Doyoung dengan sebelah tangan.

"Tidur, kalau besok lukamu tidak terasa sakit lagi baru boleh pulang." Tangan Haruto berpindah tepat ke wajah Doyoung.

"Jangan ditekan, aku susah bernapas." Haruto terkekeh pelan sebelum kemudian memindahkan tangannya untuk menutup kedua mata Doyoung.

"Tidur." Bibir Doyoung sedikit maju karena tidak terima, namun ia tetap menurut dan memaksa matanya untuk tetap terpejam.

Haruto mengubah tinggi kursi lalu bersandar di sisi kosong ranjang yang Doyoung tempati, masih dengan tangan yang betah berada di depan mata Doyoung, ikut terlelap bersamanya.


***


Doyoung sibuk membereskan barangnya yang tidak seberapa, ia diperbolehkan untuk pulang hari ini, sementara Haruto sedang mengurus pembayaran di ruang administrasi.

"Kau tidak perlu membawa tas sebesar ini, Haru. Barang-barangku hanyaㅡ" Ucapan Doyoung terhenti, ia kira Haruto yang membuka pintu namun di sana ada Hyunjun, anggota kelompok Lee Geon dan orang yang ia curigai terus mengirim pesan anonim untuknya.

Doyoung sedikit mundur dari posisinya, berusaha mencari tempat aman. Ia memang ahli berkelahi namun luka di perutnya masih terasa nyeri.

"Kau mau apa?" Tanya Doyoung dengan mata terus menatap laki-laki yang mulai berjalan ke arahnya.

"Ingin tahu siapa yang membunuh kekasihmu? Mengapa tidak kau tanyakan sendiri padanya di neraka?"

"Berhenti, jangan mendekat." Doyoung terus mundur hingga posisinya terpojok.

Hyunjun merogoh sesuatu dari kantongnya, dari jarak lumayan jauh Doyoung tidak dapat melihat barangnya tapi ia yakin kalau itu bukan sesuatu yang baik.

"Kalau kau membunuhku di sini, kau akan langsung masuk penjara. Ini tempat umum." Ucap Doyoung lagi setelah memastikan kalau apa yang ada di tangan Hyunjun adalah pisau lipat, dirinya sedikit trauma dengan benda tajam itu.

Jarak mereka berdua semakin dekat, Doyoung mulai pasrah jika dirinya memang harus mati hari ini.

Sampai tiba-tiba tubuh Hyunjun roboh karena ditendang dengan kuat dari belakang. Keringat membasahi pelipis Haruto, ia berlari dari lantai dasar menuju ruang rawat inap karena mendengar sesuatu yang aneh dari Doyoung.

Soulmate [Harubby]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang