Chapter V

2.4K 296 10
                                    

Doyoung mengerjapkan mata perlahan, berusaha menyesuaikan pandangan dengan cahaya yang ada di sekitarnya. Jelas ini bukan kamarnya, nuansa putih dan bau obat-obatan yang menusuk.

Rumah sakit.

Dirinya mengerang pelan saat merasakan nyeri di tangan kiri, ternyata ada infus yang terpasang di sana. Doyoung berusaha mengingat hal yang terjadi sebelum dirinya pingsan dan dibawa ke sini. Haruto, belahan jiwa yang kini berbagi rasa sakit dengannya itu datang sesaat sebelum ia kehilangan kesadaran.

"Sudah bangun?" Suara berat dari arah pintu membuyarkan lamunan laki-laki bersurai cokelat yang terbaring lemah di ranjang.

"Kau tidak perlu membawaku ke sini." Jawab Doyoung ketus.

"Aku tidak akan membiarkanmu mati karena dehidrasi sebelum bertanggung jawab atas kematian saudaraku." Ucap Haruto sambil berjalan ke arah Doyoung dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Saudara? Junghwan tidak pernah bercerita soal itu denganku?"

"Karena aku tidak mau orang lain tahu."

Yang lebih tinggi menarik kursi dari sudut dan meletakannya tepat di sebelah brankar lalu duduk di atasnya, tangan Haruto terulur untuk menarik tangan Doyoung yang tersuntik jarum infus lalu menekannya kuat dengan ibu jari.

"Sakit!" Doyoung protes sambil menarik tangannya dari genggaman Haruto, sedangkan Haruto hanya mengangguk tanpa merasa bersalah.

"Apa yang baru saja kau lakukan?" Tanya Doyoung penasaran, ia heran dengan ekspresi Haruto sekarang.

"Hanya memastikan, ternyata luka dari luar tidak berpengaruh pada belahan jiwamu." Doyoung tidak menjawab, dirinya meringis saat melihat darah mulai naik ke selang infus yang digantung di sebelahnya.

Haruto yang melihat itu bergegas menekan tombol nurse call yang ada dekat kepala ranjang

"Jaga kesehatanmu, kalau mau mati usahakan jangan karena penyakit." Doyoung berdengus sebal sambil memandang Haruto dengan tatapan penuh dendam. Ingatkan dia untuk meninju wajah tampan di sebelahnya ini setelah sembuh nanti.

"Ah iya, jangan lupa tanggung jawab karena sudah membunuh saudaraku."

"Aku tidak pernah membunuhnya!" Protes Doyoung dengan napas memburu, emosinya memuncak karena Haruto terus menyalahkan ia perihal kecelakaan kekasihnya sendiri.

Keduanya terdiam karena kedatangan perawat yang membantu memperbaiki posisi jarum infus Doyoung, akhirnya perawat itu pamit setelah memberi tahu kalau Doyoung boleh pulang jika cairan infusnya sudah habis nanti.

"Cari tahu penyebab kematian Junghwan." Haruto memerintah, nada suaranya dingin dan tegas. Siapapun akan takut mendengar suara berat penuh penekanan itu, kecuali Doyoung.

Laki-laki bertubuh kecil itu tertawa sinis, "Tanpa perlu kau suruh juga aku akan mencarinya, dan membunuh pelakunya dengan tanganku sendiri."

"Bagus, setelah itu kau bisa membusuk di penjara." Haruto bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah pintu.

"Kau tahu, Haruto? Ku rasa Junghwan tidak memberi tahu orang lain soal hubungan kalian bukan karena kau tidak mau orang-orang tahu, tapi justru karena Junghwan malu memiliki saudara dengan kelakuan buruk sepertimu."

Berhasil, ucapan Doyoung lagi-lagi berhasil membuat emosi Haruto terpancing. Doyoung tersenyum miring saat Haruto berbalik dan menghampirinya lagi dengan kedua tangan terkepal di masing-masing sisi.

"Jaga mulutmu." Senyum Doyoung makin melebar ketika Haruto menarik kerah bajunya dan mencekiknya kuat.

"Ayo, bunuh aku." Dengan jarak sedekat ini Haruto bahkan dapat menghitung helai bulu mata Doyoung yang terlihat cantik meskipun dengan tatapan sayu di depannya. Dan bibir kecil berbentuk hati yang memucat itu juga terlihat menarik di matanya.

Soulmate [Harubby]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang