Anusasana adalah sisa dari niat, keinginan, harapan, mimpi, dan apapun itu yang menjadi alasan kuat seseorang tetap hidup sekaligus penyebabnya mati.
Saat suatu hal menjadi alasan seseorang hidup tapi juga penyebab dia mati, maka paradox itu akan m...
Tino disuruh Bapak Kepala Desa untuk menjemput Savas yang datang dari kota. Savas tertarik dengan desa Sawi Hijau karena ada rumor kalau terjadi kebakaran yang menewaskan banyak orang di desa itu, dia juga tahu kalau desa itu baru terbuka dengan dunia luar sehingga tradisi dan magis masih kuat disana.
Tino membawa mobil Pick up milik Bang Satrio yang sudah diperbaiki sehingga terlihat baru menuju ke jalan raya yang biasanya digunakan untuk bus berhenti. Tino duduk sambil merokok dan menunggu bus dari kota tiba di gerbang desa. Setelah lama menunggu, seorang pria turun dari bus.
Pria itu tampak seperti pria timur tengah dengan baju yang dia buka kancingnya, bulu dadanya terlihat. Kumis dan jambang tipisnya membuatnya tampak sangar tapi juga jantan. Tino melambaikan tangan dan pria itu mendekatinya.
--
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(TINO, 19 Tahun, Anak desa yang bisa diandalkan)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Savas, 28 Tahun, Penulis novel horror dengan Anugrah Visi Anusasana)
===Jalan menuju desa
"Tino ya? Dari desa Sawi hijau kan" tanya Savas dengan ramah ke Tino.
"Anda si penulis itu?" tanya Tino dan tersenyum.
"Oh iya, Saya Savas" mereka berjabatan tangan.
Tino terkejut karena dia kira penulis itu akan terlihat gendut, berkacamata, dan tidak terurus, tapi Savas kelihatan sehat bugar dan bahkan auranya seperti pangeran arab. Bulu dada Savas terlihat lebat dan rapi tapi tubuh berbulu itu tidaklah bau badan, malah tercium seperti bau kayu yang harum.
"Kenapa? ada yang aneh dari saya?" tanya Savas karena Tino sempat melamun mengagumi penampilannya.
"Enggak, aku kira penulis gak berotot kaya Mas ini" jawab Tino.
"Hah? kenapa?"
"Ya soalnya kan penulis gak sempat olahraga, kerjanya nulis terus" canda Tino.
"Hahaha, justru karena saya cuma nulis terus saya bisa olahraga kapanpun saya mau" Savas memegang pintu mobil pick up dan terdiam.