// Subuh
Savas terbangun dari tidurnya setelah semalaman dirinya dan sosok Satrio melakukan hal yang tidak pantas untuk diingat. Jam dinding menunjukkan pukul 4 subuh, tapi entah kenapa dia merasa gerah walaupun udara desa bisa dibilang cukup sejuk. Savas berjalan keluar kamar, menuju ke arah dapur untuk mengambil air minum, lalu terhenti karena ada suara dari kamar Pak Kades.
"Pelan-pelan mas, kalau ada yang denger gimana?" Buk Kades terdengar sedang bersetubuh dengan suaminya.
Savas terlanjur masuk ke dapur dan terpaksa mengendap-endap untuk menuangkan air ke dari cerek ke dalam gelas. Dengan canggung dia minum lalu berjalan perlahan kembali ke kamarnya. Savas berusaha tidur tapi dia teringat kejadiannya tadi sore dengan Tino.
Sibuknya urusan menulis horror membuat Savas tidak pernah begitu memikirkan cinta. Terakhir dia pacaran adalah dengan wanita saat dia SMP. Memasuki usia kuliahnya Savas melakukan ekplorasi seksualitas dan tahu kalau dirinya dapat juga tertarik kepada laki-laki. Laki-laki dengan tubuh atletis dan gelap adalah tipenya. Savas juga tidak masalah apakah dirinya harus menjadi dominan atau submisif dalam hubungan, menjadi top maupun bottom tidak masalah bagi Savas walaupun dia memang lebih senang menjadi pihak yang diserang. Tapi masalahnya terakhir dia benar-benar tertarik kepada orang lain sekitar 3 tahun lalu.
// Pagi
Pagi harinya Savas terbangun pukul 8. Pak Kades duduk di ruang tamu sambil membaca koran. Bu Kades keluar membawa sepiring risoles dan segelas kopi untuk menemani bapak membaca.
"Hari ini agendanya apa nak?" tanya pak Kades.
"Oh mungkin saya masih mau keliling-keliling desa dulu pak" jawab Savas dan mengambil risoles yang Bu Kades tawarkan.
"mmm, ayok sarapan dulu, risol buatan Ibu ini terbaik lo" puji Pak Kades.
Savas makan risol itu dan tersenyum kepada kedua pemilik rumah singgahnya itu "Enak buk, pak, makasih ya"
"Ambil lagi ambil, bawa ke kamar" Savas mengambil 1 risol dan meletakkannya di kamar menggunakan alas daun pisang.
Setelah habis makan 1, terdengar suara ketukan dari pintu. Savas berjalan dan membukakan pintu itu, melihat Tino ada di depan rumah membawa keranjang berisi buah dan kue.
"Sarapan mas" tawar Tino.
"Oh makasih, tadi bu Kades masak risol, kamu mau coba?" tawar Savas.
"Kapan?" Tino masuk ke dalam rumah.
Savas tersenyum menunjuk meja ruang tamu sebelum mendadak senyumnya hilang.
"Mas?" Tino memegang bibir Savas, ada bercak merah disana.
Savas melirik ke dapur dan tidak ada siapapun dirumah itu.
"Bapak ibu Kades kan ke kota untuk ketemu anaknya, mereka baru balik lusa" ucap Tino.
Savas berjalan ke depan pintu kamarnya dan melihat ada bangkai tikus diatas daun pisang diatas meja. Perutnya robek, darahnya banyak, dan tampak baru saja mati. Savas melihat ke lantai dan ada tulang-tulang tikus yang dagingnya tampak habis dijilati.
"Huuueekk" Savas berlari ke kamar mandi dan seolah tahu yang terjadi, Tino dengan cepat mengambil bangkai itu dengan kantong lalu membuangnya.
Savas muntah-muntah di WC dan berusaha menjernihkan pikirannya.
Sialan, sialan ini tidak benar, bagaimana bisa Anusasana disini sekuat itu - Pikir Savas.
"Mas gak papa?" tanya Tino dan memberikan Savas handuk untuk membersihkan wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANUSASANA
HorreurAnusasana adalah sisa dari niat, keinginan, harapan, mimpi, dan apapun itu yang menjadi alasan kuat seseorang tetap hidup sekaligus penyebabnya mati. Saat suatu hal menjadi alasan seseorang hidup tapi juga penyebab dia mati, maka paradox itu akan m...