Selamat Tinggal Bapak

347 38 5
                                    

Tino dan Savas berbaring di klinik. Hari sudah pagi dan mereka dikelilingi warga desa. Warga meminta maaf kepada Savas atas tindakan yang mereka lakukan kemarin. Savas memaklumi itu dan meminta warga untuk fokus kepada kesehatan Gadis saja.

Tino punya luka di dada, leher, punggung dan di paha yang paling parah. Sedangkan Savas penuh luka sayatan yang membuat dia banyak di perban. Info dari warga, Gadis dibawa ke kota untuk penyembuhan. Warga juga menemukan lebih banyak patung yang Gadis pakai untuk memanggil bapaknya. Semua patung itu dihancurkan malam itu juga.

Ritual yang dilakukan gadis adalah ilmu hitam legenda kampung. Dia harus membuat patung tanah liat dan merawat patung itu seperti anak lalu memasukkan patung itu ke rahimnya. Selama patung itu didalam tubuhnya, gadis dapat berkomunikasi dengan bapaknya.

Gadis ingin mengetahui letak harta karun yang Admaji sembunyikan karena dia butuh uang untuk pengobatan ibunya. Tapi masalahnya tiap ritual yang gadis lakukan, dia hanya memanggil energi negatif yang membuat Anusasana Admaji semakin kuat dan malah mengendalikannya.

Harusnya bila Gadis dirawat di kota, energi Anusasana Admaji tidak dapat menjangkaunya, karena Anusasana tidak bisa jauh dari tempat kematiannya. 

"Artinya kalau kau kembali ke kota aku tidak bisa menemuimu" Satrio berdiri di samping Savas.

"Kau bisa tahu yang kupikirkan?" tanya Savas.

"Kurasa kita jadi semakin dekat sekarang" Satrio melihat Tino "Ingat Savas, aku hanyalah energi liar di desa ini. Aku kuat karena nafsu di dalam hatimu. Energi butuh wadah, dan kau memberiku wadah. Sekarang kita terikat dan aku tidak bisa hilang selagi kau belum bisa mengatur nafsumu"

"Berhenti bicara" pinta Savas.

"Iya mas?" tanya Tino.

"Tidak, saya tidak bicara ke kamu" jawab Savas

Tino duduk di kasurnya dan meregangkan otot. Dia terlihat baik-baik saja walaupun memang suaranya masih serak.

"Sudah kubilang kan mengenalku berarti kau akan dalam bahaya" ucap Savas.

"Tapi seru mas" balas Tino.

"Kita belum selesai, Anusasana Admaji belum hilang, dia hanya kalah. Dia bisa kembali kapanpun dia mau" ucap Savas.

"Ayo lawan dia lagi" ucap Tino bersemangat.

"Kita saja masih sakit Tino, ada baiknya kita sembuh dulu"

///

Siang harinya Ibu gadis masuk ke dalam klinik membawa sebuah kotak.

"Nak Savas" panggil ibu Rumini.

"Iya bu"

"Ini adalah kotak rahasia suami saya" ucap Ibu Rumini.

Savas memegang kotak itu dan ibu Rumini tampak tidak ingin melepasnya. 

"Tapi saya rasa kita harus barter nak" tawar bu Rumini.

"Maksud ibu?"

"Perlu saya akui, saya tahu ritual yang dilakukan gadis. Tapi saya tidak tahu dampaknya" Ibu Rumini menunjukkan foto Pak Admaji masa muda "Admaji pernah bekerja di sebuah tambang emas. Dia menyimpan emas yang dia sembunyikan dari kami. Dia tidak memberitahukan tempat dia menyembunyikannya sampai dia mati. Kalau kami dapatkan harta karun itu, nak Savas dapatkan kotak ini. Dan nak Savas bebas menulis apapun tentang suami saya"

"Tapi itu artinya saya harus bicara dengan suami anda kan?"

"Bukannya nak Savas memang bisa melihatnya?"

"Bisa saya mencoba terlebih dulu bu?"

"Masalahnya, kunci dari kotak ini terkubur bersama harta itu. Mau tidak mau, nak Savas harus mencari harta karunnya untuk mendapatkan kunci kotak rahasia ini" ucap Ibu Rumini "Saya bersumpah ke suami saya untuk tidak membuka kotak rahasianya, tapi saya berhak untuk mendapatkan harta karunnya"

ANUSASANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang