"Jeongwoo pulaangg"
Tidak ada sahutan yang menyambutnya, hanya ruangan apartment yang gelap dan dingin. Hari ini ia memutuskan langsung pulang karena kerjaan cukup santai, tidak ada salahnya jeongwoo menghabiskan sisa malam dengan bermanja-manja pada kasur dan netflix langganannya.
'jeongwoo-ya'
Jeongwoo reflek memberhentikan semua aktivitas termasuk membuka sisa kancing kemeja. Apa-apaan, pikirnya. Meskipun berhasil membuatnya sedikit merinding, jeongwoo tidak membiarkan distraksi mengganggu acara lekas membersihkan diri.
Lebih dingin dari malam sebelumnya, jeongwoo kira hanya masalah belum menutup jendela kamar dan suhu AC yang terlalu rendah. Namun setelah 10 menit setelah menutup jendela dan menaikkan suhu AC jeongwoo tidak merasakan perbedaan, malah semakin dingin. Ingatkan jeongwoo untuk memakai kaos kaki sebelum tidur nanti.
23.15
Kedua kelopak cantik terbuka, jeongwoo terbangun dalam keadaan lampu kamar nyala terang benderang. Acara mari-menonton-serial-netflix nyatanya gagal, karena sang empu lelap tertidur setelah mengecek beberapa pesan dan scroll sosial media.
Tegukan air minum jeongwoo terdengar agresif, pemuda manis itu benar-benar kehausan. Jeongwoo merasa kantuk luar biasa menyerangnya, bahkan tak sadar kakinya menapak pada dinginnya lantai dapur. Setelah puas mengucek mata, jeongwoo tersenyum lega. Malam ini tidak ada mimpi buruk, tidak ada juga gangguan yang menghantui dirinya. Patut dirayakan!
Jeongwoo mengambil satu kaleng bir di kulkas, meletakkannya pada meja pantry dengan cengiran bodoh. Bahkan sempat mengucapkan terimakasih entah pada siapa sebelum 5 tegakkan bir membasahi kerongkongannya. Tidak perlu khawatir hangover keesokan harinya, besok Minggu.
Jeongwoo memutuskan satu kaleng bir lagi dan juga beberapa snack bersamanya untuk dibawa menuju ruang tv. Dirinya mengomel sendiri setelah dahinya menyernyit sebal karena tak kunjung menemukan remote. "aku enggak asal nyimpen, kok. Kan selalu aku taruh sini!" karena kesal kepayang, ia memutuskan hanya duduk pada satu-satunya sofa panjang disana, menikmati teguk demi teguk bir yang menghangatkan tubuhnya.
Jeongwoo belum mabuk sepenuhnya, kesadaran masih mengambil alih dominasi akal dan tubuhnya, tapi mengapa ia merasa ada jari yang menari disekitar lehernya?
'you're so beautiful, Park Jeongwoo. I wanna see you filled with my come'
Jeongwoo bergidik kecil. Tidakkan ada yang menyebut namanya lagi? Apa-apaan tadi? Siapa yang mengatakan dirinya cantik?
"me."
Mata serigala cantiknya membola begitu mendengar suara asing terdengar sangat jelas dan dekat. "Jangan bingung, Jeongwoo. Aku dibelakangmu."
Reflek jeongwoo menjatuhkan kaleng dengan 1/4 isinya tumpah. Setelah laget tidak kepayang bukannya menengok kebelakang tapi malah merubah posisi menjadi tengurap. Hanya cara itu satu-satunya yang terpikirkan oleh otak setengah sadarnya.
"a-apa mau mu, makhluk jelek?"
Tidak ada sahutan. Jeongwoo ingin menangis saja karena ia merasa udara semakin membuatnya menggigil. Ia mengeratkan pejaman matanya kala merasa kakinya tercengkram dengan kuat. "lihat aku, Park Jeongwoo."
Tidak perlu dua kali perintah, jeongwoo merubah kembali posisinya menjadi duduk, bergadapan langsung dengan makhluk aneh yang ditemuinya berbincang-bincang dengannya. Jeongwoo juga tidak tahu, tubuhnya seperti bergerak sendiri dengan sangat mudah.
Tidak jelek sama sekali. Bahkan ia tak menemukan suatu kecacatan dalam pahatan sempurna berbentuk manusia didepannya. Sebelum membuka mulut untuk bertanya, tubuhnya telah berhimpitan dan kedua ranum yang saling beradu, sosok didepannya memimpin kemana arah pagutan ini akan pergi. Bukan dirinya menikmati secara gamblang, tapi lemas menggerogoti tulang dan indranya. Kecuali hawa panas mengelilingi ruangan yang tadinya terasa sangat dingin.
"ngghh..."
Seperti ditarik kembali alam bawah sadar, jeongwoo mengumpat dalam hati bisa-bisanya mengeluarkan suara memalukan disaat genting seperti ini. Sangat tidak etis, pikirnya.
Ketika terlepas, nafas keduanya beradu. Jeongwoo tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, yang ia pahami adalah harus segera lari setelah menendang makhluk kurang ajar didepannya.
"Kamu! Kamu yang ganggu aku selama ini? Kamu makhluk apa? Aku enggak ada salah sama kamu, you prick better gett off outta here!" tidak ada cara lain, setelah ia pikir ulang ini kan apartmentnya, kenapa dia yang harus melarikan diri?
"prick???" gila, jeongwoo dibuat kesal dengan mocking face lawan bicaranya. Apa kurang jelas jeongwoo berteriak padanya barusan?
"you are. Get off, sebelum aku usir kamu pake kekerasan atau emm... Telfon dukun!"
"Watanabe Haruto"
"huh?" Apa ini, jeongwoo merinding setelah mendengar alunan berat dari sosok didepannya. Aliran darahnya berdesir begitu cepat dan detak jantungnya seakan berlarian tak tentu arah.
"panggil Haruto. I love the way you screams, jeongwoo. Tonight i wanna hear you begging desperatedly, with beautifuly scream my name."
Debuman kencang mengawali pergulatan keduanya. Sebelum memulai aksi berontak, jeongwoo lebih dulu ditahan oleh bayangan hitam yang mencengkram tangannya erat diatas kepala. Hell, ini dunia nyata. Jeongwoo bahkan masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan.
Haruto dibawah sana menaikkan kaos hingga hanya sebagian menutupi. Sekedar menjilat dan membuat ruam kemerahan sebagai awalan. Ketika berhasil membuka kedua kaki lebar jeongwoo hingga membentuk huruf w, dirinya naikkan bibirnya untuk mengecupi leher dan menghembuskan helaan panas disana. Jari-jari panjang menemukan pahatan mungil menggoda, masih tertutup kaos namun berhasil membuatnya menegang.
"j jangh..aan..." jeongwoo tidak sadar bahwa sedari tadi dirinya menangis sampai sesenggukan. Terlalu takut tapi tidak bisa berontak. Ia terlalu takut untuk menerka apa yang terjadi selanjutnya.
"Haruto. Say my name, jeongwoo. Haruto Watanabe" rahangnya mengeras, bergemeletuk hingga urat tercetak jelas pada leher kokoh yang dingin. Jeongwoo tak kunjung mendengungkan namanya, hanga gelengan lemah yang ia dapat sebagai gantinya.
"well, aku punya banyak cara. Aku hanya tinggal melihat how long you can survive this."
Seperti disengat, gerakan cepat haruto turun dan menelanjangi tubuh bawahnya dalam hitungan detik hasilkan rontaan. Tidak, jeongwoo tidak sanggup sekedar membuka mata kala hangat melingkupi barangnya. Dimainkan sebegitunya dengan benda lunak yang menarik dalam gulatan erotis membuat kepalanya pening. Lidah haruto menggoda kepala penis jeongwoo, mengeruk main-main lubang uretra, sesekali turun menggigit pelan kembar bola disana. Kemudian haruto naik, menyusuri setiap centi perut rata hingga dada jeongwoo. Sampailah dagu si manis, haruto berbisik pelan.
"cry, beg, screams or else, i wont let you go"
Jika ada yang lebih gila daripada jeongwoo sampai pada pelepasan pertamanya setelah ucapan tidak senonoh haruto, maka itu adalah jeongwoo yang menikmati rasanya tiap jengkal kulitnya disentuh haruto. Ia menemukan dirinya menikmati setiap euphoria ketika gelinjang pelan mendorong kewarasan. Jeongwoo menyukainya.
Pintu kamar tertutup, otomatis terkunci dengan haruto si pelaku ajaib. Pagutan panas antara dirinya dan jeongwoo akan terukir selamanya dalam hati dan pikirannya. Miliknya, Jeongwoo hanya miliknya.
Jeongwoo terlalu takut menerka apa yang terjadi selanjutnya. Jeongwoo terlalu dibuat bingung dengan apa yang menimpanya. Maka haruto akan menjawabnya malam ini juga. Membuang keraguan pada lubuk hati si manis, membuang rasa takut terselubung pada rongga setiap aliran darah, menggantikan dengan cinta dan mistis.
TBC
18/05/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSK (on hold)
Fanfiction/mʌsk/ Smells like your skin but better and lasts for an oddly long time. ☆ read at your own risk