Haru dan Jeongwoo.
Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, ketika terbangun pada keesokan harinya, rutinitas jeongwoo adalah menengok ruang tidur yang terletak persis disebelah kamar pribadinya.
Pintu berderit, menampakkan pemandangan gelap meskipun langit diluar terang menghamparkan sinar terik.
Jeongwoo membawa dirinya masuk ke sisi kamar itu lebih dalam untuk menyilakkan gorden, lalu setelahnya duduk pada ujung kasur yang sekarang terdapat sesosok makhluk bongsor dengan dengkuran pulas.
"Udah berapa kali gue bilang, kalau mau tidur gak pake baju itu dinyalain penghangat ruangannya. Ini musim dingin, kalau sakit gue yang bingung mau bawa lo ke dokter hewan atau dokter umum, ck!"
Perlahan jeongwoo menarik turun selimut tebal yang sedari malam menutupi tubuh half naked haru-nya.
Haru menggeliat, terganggu dengan suara lembut yang menyapa indra pendengarannya barusan. Mata bulat itu perlahan berkedip membiasakan pendaran cahaya yang masuk lensa coklat miliknya.
Dan, telinga panjang menjulur keatas itu bergerak naik turun. Ingin mendengarkan suara indah pemiliknya lagi, namun kesadarannya seperti ditarik paksa kala jeongwoo menggeret bantal yang dipakainya cepat.
Telinga?
Pemilik?
Benar. Haru adalah milik jeongwoo.
Tuannya itu sudah 2 bulan mengadopsinya. Entah apa yang ada dipikiran pemuda Park itu sampai mengiyakan permintaan saudaranya untuk mengurus haru selama dia berada di luar negeri.
Tapi tak apa, haru senang-senang saja mempunyai tuan baru. Jeongwoo sangat manis! Dia juga memiliki anjing putih yang lucu. Sepanjang yang haru pahami, jeongwoo bukan orang yang tidak tahu cara merawat hewan.
Lalu pakah haru hewan? Benar! Dirinya adalah hybrid kelinci.
Ketika tidak sedang menjadi sosok manusia, haru berwarna putih dan memiliki bulu sangat tebal. Matanya bulat berbinar lebar dna hidung pink yang menggemaskan. Haru termasuk kelinci yang memiliki pertumbuhan paling cepat sehingga menjadikan dirinya yang terbesar diantara kawanannya.
Pantas saja, ketika haru menampakkan wujud menjadi sosok manusia, jeongwoo begitu terkejut karena jarak tinggi mereka terpaut 5 cm lebih tinggi darinya.
Jeongwoo kira, hybrid yang dititipkan saudaranya akan menjadi sosok mungil dan rapuh. Tidka tahunya yang sekarang ia dapati serupa dengan pemuda bongsor teman kuliahannya.
Haru itu, tampan. Secara instant memiliki tubuh bagus dengan segala otot yang terbentuk padat dan apik. Rahang tegas, bahu lebar. Cih, kalau dilihat lagi rupa haru sedikit tidak pantas dengan telinga panjang menghias kepalanya. Seperti sedang cosplay saja.
🍻
Deras hujan mengguyur penguhujung pagi di hari minggu. Wajah jeongwoo tertekuk begitu mengingat dirinya ada rencana untuk memcuci mobil sambil mengajak haru jalan-jalan.
"Papi, haru tidak masalah kalau kita tidak jadi pergi. Haru lebih suka berpelukan."
Muka jeongwoo mendengus kian kesal setelah mendengar ucapan haru. Polos tapi menyebalkan.
Dia lelah menasehati haru untuk tidak memanggilnya papi. Hell, dirinya masih 23 tahun! Lagian jeongwoo lebih suka dipanggil ayah dari pada papi. Konotasi papi terdengar begitu manja baginya. Pada tahun-tahun yang akan datang, dirinya akan mengajarkan kemandirian pada anaknya kelak. No papi-mami an.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSK (on hold)
Fanfiction/mʌsk/ Smells like your skin but better and lasts for an oddly long time. ☆ read at your own risk