Langit tampak marah. Petir menyambar kemana-mana. Guntur bahkan angin saling berkelahi diluar sana, tanpa memandang sebuah gubuk dengan salah satu orang di dalamnya mencoba bertahan hidup.
"Bernafas, kumohon tetaplah bernafas Taeyong."
PLAK
PLAK
Sebuah tamparan keras dilayangkan ke pipi bersemu itu.
Taeyong yang hendak memejam mata lelah sontak terbangun.
Rasa sakit dan perih mulai menjalar kembali, sama seperti awal perutnya dibedah.
Dengan berbagai macam pisau entah pisau itu steril atau tidak.
"Taeyong, kumohon bertahan. Anakmu. Aku bisa melihat kepalanya, sebentar lagi." Kicau seseorang di sebelah Taeyong. Berusaha agar Taeyong tetap terjaga.
Disaat teman masa kecilnya mengangguk, dia mengambil bilah pisau lagi. Dengan bergetar tangan putih pucat dipenuhi keringat itu berusaha.
Tak tega dia membedah kembali daging bagian perut sang teman sampai nampak sesuatu seperti gumpalan daging di dalamnya.
Segera, dia angkat perlahan.
Walau rasa takut lebih mendominasi, dia tetap harus menyelamatkan bayi dan temannya. Membiarkan darah segar menetes di sekitar tubuh si mungil dan sang teman.
Oek.. oek..
Sang jabang bayi berhasil lahir. Wajah lega seseorang yang membantu tampak.
"Taeyong, dia laki-laki." Ucapnya sumringah. Taeyong tersenyum tipis sebelum akhirnya menutup mata, menahan sakit di bagian perut yang terus menyiksa.
"Kau tau kabarnya?"
"Tidak tuan, penari itu tidak pernah menampakkan batang hidungnya lagi sejak setahun lalu. Kerajaan juga tidak pernah mengundangnya kembali untuk menari di hari-hari tertentu." Ungkap sang bawahan.
Dia, tuan yang bertanya, mengerutkan alis.
Sebenarnya kemana Taeyong pergi setelah kejadian tak dia sengaja bersama penari itu?
"Baiklah. Sekarang, panggilkan Johnny, minta dia menghadapku." Titah sang atasan, membawa langkah lunglai sang bawahan keluar dari ruang kerja pribadinya.
"Dimana pun kau bersembunyi, aku akan menemukanmu, Lee Taeyong."
Ramalan mimpi dan masa depan. Terdengar bodoh di pendengaran beberapa orang.
Salah satunya adalah raja yang memimpin kerajaan bagian Selatan, Raja Park Jiheon.
Dikala kegelisahan tentang mimpi yang sama terus menghantuinya, terpaksa sang raja meminta pengawal pribadinya untuk memanggil seorang yang ahli dalam bidang tersebut.
Benar, peramal.
Salah satu pekerjaan yang tak disukai sang raja, namun kali ini raja sendiri yang memanggilnya.
"Jadi maksudmu?" Jengah Jiheon.
Bahkan, wajahnya tampak ogah mendengar setiap kata seperti bualan yang di tuturkan peramal seperempat abad itu.
"Ada anak yang lahir pada hari ini, dia penuh dengan anugerah Dewa Agung. Kapan saja dia bisa menggantikan Yang Mulia Raja." Ucapnya berkomat-kamit dengan tangan memegang dupa.
Deg
"Apa?" Tanya Jiheon sedikit menaikkan intonasinya.
"Walau rupanya cantik, sosok anak ini sangatlah pintar. Dia merupakan darah campuran."
Sang peramal tidak mendengar pertanyaan Jiheon, dia lebih melanjutkan kata-kata ramalan.
Sejujurnya, peramal tersebut tau. Sangat tau. Sang raja yang serakah akan kekuasaan itu tidak ingin posisinya tergeser.
Bahkan, beliau rela membunuh keluarganya demi tahta.
"Dia, anak ini, sangat indah, sempurna, cocok menjadi penerus tahta."
BRAK
Jiheon menggebrak lengan singgasana, bawah maniknya memerah dan menajam, alisnya menyatu senanda dengan ungkapan yang akan dia ucap.
"JANGAN BICARA OMONG KOSONG! PENGAWAL. BAWA DAN ASINGKAN PERAMAL ABAL-ABAL INI KE KONEUDIA, DAN BUNUH SEMUA ANAK PEREMPUAN YANG LAHIR HARI IN—"
"Hahahaha~ Anda bercanda? Dia bukan perempuan, Yang Mulia."
Peramal menyunggingkan senyum, terlihat mengesalkan di mata sang raja.
"Kau—"
"Dia seorang anak laki-laki penuh anugerah dan bijaksana. Tidak seperti anda, semena-mena terhadap kerajaan dan rakyat."
"KAU—DASAR ORANG RENDAH. POTONG PITA SUARA PERAMAL ITU SAAT SAMPAI KONEUDIA!"
Bagai perintah mutlak, peramal berambut hitam panjang dengan kepang bunga dan pembawa dupa itu diseret keluar.
Walau begitu, dia tetap tersenyum, sekilas dia melirik seorang anak kecil yang menangis di balik tembok kerajaan sembari memanggil namanya lirih.
"Baba.."
"Temukan anak laki-laki yang aku ucapkan. Cintai dia, karena dia adalah masa depanmu, anakku." Bisik sang peramal kepada anak berusia belum genap 5 tahun.
Tentu mendapat anggukan serta isak tangis sang anak sebelum dia berlari meninggalkan lorong kerajaan.
"Hyunie akan menemukannya, baba. Baba Sunwoo tenang saja."
Hopla!
Karena author suka sama ff Taegyu berbau fantasi jadi kita buat Fairytale sebagai pengganti Strawberries.
Semoga suka~
_____________TBC_____________
Don't forget to vote, comment, support!
©Dyiliam, 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Fairytale | Taegyu
FanfictionHanya dongeng, jangan mempercayainya. ©December, 2022.