Dua belas tahun yang lalu, sehari setelah kelahiran Beomgyu.
Sang raja, penguasa tanah utara memberi titah untuk membunuh seluruh anak laki-laki yang lahir hari itu ataupun hari sebelumnya.
Taeyong yang mendengar kabar dari Minghao— Teman masa kecilnya, tak bisa berkata-kata.
"Hao, bagaimana ini? Anakku. Bayiku. Dia laki-laki, aku harus menyembunyikannya dimana?" Taeyong panik, dia menggendong Beomgyu kecil di pelukannya tanpa niat melepaskan.
Rasa risau terus mencuat saat pengawal kerajaan semakin dekat memeriksa serta membunuh bayi laki-laki di beberapa rumah sampingnya.
"Tenang dulu, Taeyong. A-aku juga tidak tau harus berbuat apa."
Minghao ikut panik. Beberapa menit lagi pasti giliran rumah sahabatnya ini yang diperiksa.
Dia tidak tau harus berbuat apa. Namun, ketika kepanikan terus melanda, tanpa mereka sadari rumah Taeyong sudah menjadi giliran berikutnya.
Tok
Tok
"Buka pintunya atau kami dobrak paksa!" Perintah sang pengawal kerajaan. Mereka terus mengetuk pintu tanpa ampun.
Taeyong dan Minghao saling bersitatap sekilas lalu lelaki lebih tua menggeleng dan bersembunyi di belakang Minghao, sedangkan Minghao sendiri menelan ludah kasar. Dia sudah berjanji akan melindungi Taeyong serta anaknya apapun caranya.
Tapi sekarang..
DUAK
"AH! LAMA SEKALI. KAU TULI ATAU APA, HA—"
Laki-laki bertubuh tinggi tegap itu mematung. Tangan yang semula menyibak rambut ke belakang langsung turun dan mengepal.
"Lee Taeyong?" Cicitnya, melihat samar wajah ketakutan Taeyong dari balik tubuh serta rentangan tangan Minghao.
Ketika sang atasan tidak kunjung bertanya, sang bawahan dengan pakaian penuh bercak darah lancang mengambil ucapan.
"Sesuai data, kalian memiliki bayi. Dimana bayi itu? Jangan kalian sembunyikan atau kita—"
"Biar aku yang mengurus mereka. Kalian keluarlah."
"Tapi, tuan."
"Aku bilang, keluar!" Perintah dari sang tuan langsung membawa beberapa pengawal pergi.
Mereka memilih mencari rumah lain di daftar kepala desa yang pada hari tersebut memiliki anak.
Melihat seluruh kejadian, Minghao merasa janggal. Dia semakin merentangkan tangan berniat melindungi Taeyong dan Beomgyu, anaknya.
"Tuan Jaehyun, apa niat anda meminta para pengawal itu pergi?" Bagai singa pelindung, Minghao menggeram saat Jaehyun mendekat.
"Tenanglah. Aku tak memiliki niat jahat." Ungkapnya. Memiringkan tubuh untuk melihat Taeyong yang bergetar sembari menggendong seorang bayi.
"Apa itu bayi kalian?"
"Bukan urusan anda!"
Minghao membentak. Jaehyun cukup terkejut dengan bentakan mantan bawahannya.
"Hei, tentu ini urusanku. Jika itu memang bayi kalian, aku akan melindunginya." Jaehyun melirik Taeyong yang ikut melirik.
"Jika bukan, mau tak mau aku akan membunuh dia sekarang—"
"TIDAK! Jangan. Jangan bunuh bayiku lagi.." Pekikan disusul lirih suara Taeyong menjadi atensi kedua laki-laki berpakaian beda.
"Lagi? Apa maksudmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Fairytale | Taegyu
FanfictionHanya dongeng, jangan mempercayainya. ©December, 2022.