BAGIAN 8

30 8 0
                                    


Jarak dari sekolah kerumah nya tidah terlalu jauh hanya menempuh waktu 15 menit saja. Rumah sederhana dengan cat berwarna hijau muda membuat segar ketika memandangnya. Tapi ternyata tidak seindah kelihatannya.

" Okey aa turunin di depan aja ya " tepukan di pundak pun terasa. Akupun memarkirkan motor depan rumahnya.

" Mau mampir dulu gak a? Minum teh anget atau kalo bunda udah masak bisa sarapan bareng dulu " tawaran yang menarik aku hanya menganggukkan kepala.

Tapi sebelum memasuki rumahnya sudah terdengar ada yang bertengkar. Mungkin itu orang tuanya. Kulihat raut wajah gadis ini berubah drastis, dia terlihat marah bercampur sedih, tubuhnya seketika bergetar dan matanya gelisah kesana kemari.

" Hei hei vara liat aa sekarang " aku menarik nya untuk mendekat.

" A-aku takut bunda dipukul lagi. Aku harus masuk a, aa tunggu disini aja yah. Maaf kesan pertama kesini udah jelek aja. Lagian itu lelaki brengsek kenapa harus kesini segala sih masih pagi juga " ini pertama kalinya dia mengumpat. Aku mengerti bagaimana rasanya situasi ini karena aku sudah mengalaminya.

PRANG

Sontak gadis itu berlari kedalam rumah setelah mendengar ada suara gelas pecah dengan tergesa dia menjatuhkan tas nya. Aku segera menyusulnya dengan membawa tasnya. Tidak apa jika dikatakan tidak sopan memasuki rumah orang lain tanpa izin, tetapi aku khawatir jika lelaki itu akan memukuli vara dan bundanya, setidaknya aku bisa membantu melawan sedikit.

Saat masuk kedalam rumah memang benar seperti dugaanku, disini nyaman tapi dengan kehadiran lelaki itu entah kenapa suasananya menjadi suram. Mereka bertiga terkejut melihatku terlebih bundanya vara segera menghampiriku.

" Eh nak sini masuk dulu, maaf yah sedikit berisik dan berantakan " aku hanya mengangguk.

Kulihat gadis itu masih menatap sengit sang ayah didepannya.

PLAKK

Aku sangat terkejut dengan kejadian tersebut. Bagaimana bisa seorang ayah tegah menampar pipi anaknya sendiri. Terlebih bundanya vara segera berlari menghampiri anaknya dan memeluknya. Tidak. Aku tidak tega melihat situasi ini tapi aku tidak boleh ikut campur.

" KAMU PERGI DARI SINI. BISA BISANYA KAMU NAMPAR ANAK AKU DASAR BAJINGAN "

" DASAR JALANG. KAMU SAMA ANAK KAMU ITU SAMA SAMA JALANG GAK BECUS BANGET JAGA ANAK. BISA BISANYA KAMU BIARIN DIA PULANG PAGI DIANTER LAKI LAKI ABIS KE HOTEL MANA KAMU "

" PULANG ATAU AKU BUNUH KAMU SEKARANG MAS "

Apa itu? Ternyata masih ada lelaki kejam sepertinya. Bagaimana bisa dia menuduh hal keji seperti itu pada putrinya sendiri. Sungguh rasanya aku ingin ikut menangis. Lelaki itu sudah pergi dan aku menutup pintunya, kulihat vara dan bundanya sedang berpelukan dengan Isak tangis yang hebat dari gadis itu.

Kuhampiri mereka berdua. Sedikit bahaya karena pecahan gelas berserakan disekitarnya. Entah berapa gelas yang sudah pecah.

" Varaa hei liat aa sebentar. Kamu bersih bersih dulu yah ini biar aa yang bantu bunda beres beres " sakit. Itu yang kurasakan saat melihatnya. Wajah yang biasanya dihiasi senyum yang indah sekarang hanya ada wajahnya yang dibasahi air mata serta sorot matanya yang lelah.

Dia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Diapun berjalan gontai menuju kamarnya dilantai dua.

" Bunda maaf sebelumnya kalo saya lancang masuk kerumah tanpa izin, oh iya nama saya Ryan kakak kelasnya Agista tadi kebetulan saya anter pulang. Dan maaf saya mungkin datang diwaktu yang tidak tepat "

" Tidak apa nak Ryan. Bunda harus bilang makasih dulu kamu udah anterin pulang anak bunda dengan selamat dan maaf tadi ada keributan yang seharusnya kamu gak liat "

Bundanya vara terlihat masih muda mungkin sekitar awal 40an. Oh ternyata aku tau darimana vara memiliki senyum manis seperti itu, dan ternyata itu dari sang bunda.

Sembari membantu membersihkan gelas yang sudah pecah bunda bercerita. Laki laki itu mantan suaminya, mereka sudah bercerai 1tahun yang lalu karena suaminya gila judi dan suka bermain tangan. Lelaki itu masih suka datang kerumah tanpa permisi dan itu membuat keduanya tidak nyaman, apalagi jika kedatangan lelaki itu hanya ingin bertengkar.

" Agis anak tunggal. Bunda bercerai karena sudah tidak tahan dengan sikapnya, dia selalu kasar terlebih dia sudah berani memukul putri bunda. Agis itu anaknya ceria tapi setelah perceraian dia jadi menutup diri. Bunda tau dia gak baik baik aja bunda juga tau dia masih sering coret coret tangan dan itu bikin bunda khawatir. Bunda juga kaget dia mau berinteraksi sama laki laki terlebih diajak kerumah, itu artinya dia percaya sama kamu dan bunda minta tolong jagain Agis yah " sakit. Tentu saja sakit. Beban yang dipikul gadis itu ternyata sangat berat. Rasa ingin melindunginya semakin kuat, semoga Allah mengizinkan.

" Bunda tenang aja saya pasti jagain vara eh maksud saya Agis. Saya gak akan mengecewakan dia yang udah percaya saya, jadi bunda izinin saya buat ngejaga putri bunda satu satunya yah saya sayang sama dia "

" Udah punya panggilan sayang aja dasar anak muda, bunda jadi iri nih " kekehnya.

" Bunda hebat deh, bunda juga kuat. Dan aduh senyum bunda manis banget sih pantes aja anak bunda senyumannya bikin candu, madu aja kalah saing ini saking manisnya senyum kalian berdua "

Kami berdua pun tertawa. Ah syukurlah bunda sudah lebih baik. Mereka itu rapuh tapi ingin terlihat kuat, dua wanita hebat. Mereka sudah masuk kedalam list seseorang yang ingin dan harus aku lindungi.

" Aduh ada apasih ini ketawa ketawa kok gak ngajak aku " gadis itu sudah lebih baik dan lebih rapi.

" Kamu itu gak diajak jadi diem aja yah biarin bunda dulu yang ngobrol "

" Ih bunda ko gitu ini kan temen teteh Bun bukan temen bunda "

" Loh temen mu aja mau kok ngobrol sama bunda "

" Tapi kan dia punya teteh Bun "

Rasanya hangat. Perdebatan kecil antara ibu dan anak entah kenapa begitu manis. Memang benar gadis ini sangat mirip dengan sang bunda.

" Bunda kayanya saya pamit duluan soalnya udah ditunggu temen temen dirumah. Vara kalo mau ikut ayok aja sekalian kenalan sama yang lain " gadis itu berpikir sejenak lalu menatap sang bunda untuk meminta izin.

" Boleh ikut aja sana sama Ryan. Bunda masih banyak orderan kue ini, oh iya ini jangan lupa dibawa kue buat kakak kamu yah titip salam dari bunda "

" Makasih bunda maaf jadi ngerepotin gini "

" Gak ngerepotin sama sekali bunda ikhlas. Pulangnya jangan terlalu sore yah "

" Siap bunda. Kita berangkat dulu assalamualaikum "

" Waalaikumsallam "

Setelah pamit segera kunyalakan motor kesayanganku. Tapi kenapa aku jadi gugup begini? Kakak bakalan suka gak yah sama vara? Ah tapi pas denger cerita kakak kayanya suka deh.

" Makasih dan maaf untuk kejadian tadi " rupanya gadis ini masih merasa tidak enak atas kejadian tadi.

" Gapapa gausah dipikirin. Tapi jangan nangis lagi yah sakit banget rasanya liat kamu nangis kaya gitu, kalo ada apa apa bisa berbagi sama aa apapun itu. Udah ya ayok kita berangkat " diangguki oleh gadis itu.



Ya Allah izinkanlah aku untuk menyayangi dan melindungi gadis ini itu saja sudah cukup. Untuk perasaan yang lain biar itu jadi urusanku. Jika memang benar dia ditakdirkan untukku tolong dekatkanlah dan permudah namun jika bukan maka ubahlah rasa ini menjadi kasih sayang sebatas seorang kakak kepada adiknya.




















Bersambung...


SWASTAMITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang