Tidak pernah terbayangkan olehku akan mengantarkan perempuan yang aku cintai, perempuan yang aku sayangi ketempat peristirahatan terakhirnya.
Umur dan jalan takdir yang telah Allah tentukan memang tidak bisa ditebak. Siapa yang menyangka sekarang aku sedang berdiri menyaksikan persiapan pemakaman orang yang kucintai.
Sejak semalam bunda menangis hebat dan sering jatuh pingsan. Aku tidak bisa membayangkan rasa sakit yang bunda rasakan. Rasa sakit seorang ibu yang kehilangan anak semata wayangnya.
Vara kamu bisa lihat kan dari atas sana? Banyak yang mengantar kepergian kamu, banyak yang sayang sama kamu disini. Kamu yang tenang diatas sana yah, gausah khawatir aku pasti jagain bunda terutama dari bapakmu.
Pemakaman akan segera berlangsung dan aku ikut turun keliang lahat, begitupun ketiga temanku. Mereka meminta izin padaku untuk ikut mengantarkan kepergian adik mereka untuk terakhir kalinya.
Aku ingin mengadzani untuk terakhir kalinya namun apa daya, suaraku terlalu bergetar dan aku tidak sanggup jadi Rey yang mengambil alih untuk meng adzani.
Pemakaman telah selesai dan bunda pingsan lagi, kakakku selalu berada didekat bunda. Terimakasih kak sudah membantuku menjaga bunda.
Kini area pemakaman terlihat sepi hanya tersisa aku dan ketiga temanku. Bunda sudah pulang terlebih dahulu karena beliau jatuh pingsan lagi.
Kini kupandangi sebuah makam di depanku. Air mataku tidak bisa kutahan untuk tidak turun, sebisa mungkin aku berusaha untuk menahan tangis namun nyatanya tangisku pecah juga.
" Pulang yuk yan, nanti kita bakalan sering kesini lagi. Kita pulang kerumah Agis dan bantu bantu buat persiapan tahlil. Adek kecil kita pamit dulu yah " -Ajay
" Dek, yang tenang disana yah gausah khawatir kita pasti jagain bunda " - Ajun
" Jujur aja Rey seneng banget bisa jadi abangmu walaupun sebentar banget, yang tenang disana yah dek. Kita pamit pulang dulu nanti kesini lagi "
" Cantik, aku pamit dulu nanti pasti bakalan sering buat kesini ngunjungin kamu, jangan khawatir bunda pasti aman sama kita. Selamat istirahat cantikku "
Dengan berat hati akupun meninggalkan area pemakaman untuk kembali kerumah vara. Seharusnya hari ini menjadi Minggu cerah, namun berubah menjadi Minggu penuh duka.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•Rumah vara ramai sejak tadi. Aku melihat bunda yang sudah mulai berhenti menangis dan mencoba untuk tegar.
Aku berusaha tegar dan kuat untuk menjaga bunda sesuai apa yang diinginkan vara. Bunda melihatku dan menyuruhku untuk mengikutinya. Sejak semalam aku dan bunda belum berbicara berdua, bunda lebih sering ditemani kakak karena aku masih belum kuat untuk menghadap bunda.
Bunda membawaku kekamar vara. Entah mengapa rasa rindu dan sakit datang bersamaan.
" Sini duduk deket bunda. Tadi pas bunda mau beresin kamar Agis bunda nemuin ini dan kayanya ini buat kamu " bunda menyerahkan secarik kertas padaku.
" Bunda tau dan ngerti gimana rasa sakit kehilangan orang yang paling kita sayang, bunda mau bilang terimakasih sudah buat anak bunda bahagia yah nak dan terimakasih juga sudah bantu bimbing anak bunda buat yang terakhir kalinya "
" Seharusnya aku yang bilang makasih bunda. Anak bunda udah buat aku bahagia, aku pengen jagain dia tapi dia udah pergi duluan. Sekarang izinin aku buat jaga bunda juga yah bunda bisa anggap aku seperti anak bunda sendiri "
Bunda memelukku dan segera pergi dari kamar vara, katanya bunda masih belum kuat lama lama dikamar anaknya nanti dia nangis lagi.
Dengan bergetar, aku memberanikan diri untuk melihat apa isi surat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWASTAMITA
Teen FictionSeumpama langit dan senja Kamu ibarat sang senja Dan aku adalah langitnya Kamu mungkin bisa datang dan pergi kapan saja Dan aku akan seperti langit yang menyambut bahkan menunggu kehadiranmu Start : 31 Agustus 2022 End : 20 September 2022