9. 서로 사랑하는 18+

3.1K 191 35
                                    

Sekali lagi belum sempat di edit
Tapi tangan gatal pengen nulis dan upload karena baca komen dan ulusan positif kalian, yang g sabar pengen liat next chap-nya
So, enjoy

Doyoung langsung turun dari pangkuan Junghwan. Sumpah demi apapun yang ada di dunia ini, Doyoung sangat malu pada dirinya sendiri. Dia buru-buru keluar ruangan, membuang pandangannya, tidak berani menatap wanita itu.

Tapi kakinya berhenti dan berbalik. "Ini tidak seperti yang kau bayangkan, ka-kami hanya..." Doyoung tidak bisa melanjutkan perkataannya, saat matanya dan mata wanita itu bertemu. "Ju-junghwan, maksudku Jo-John akan menjelaskan semuanya." Ucap Doyoung terbata lalu buru-buru pergi dari sana.

.
.
.

Junghwan berdiri tepat di depan rumah Doyoung. Maksudnya, rumah mereka. Doyoung menghilang sejak kejadian tadi, jadi Junghwan pikir Doyoung pasti pulang ke rumah. Junghwan perlahan menekan tombol kunci rumah mereka dan benar, sandinya masih sama.

Junghwan lalu melangkahkan kakinya perlahan, menelusuri rumah yang terlihat seratus persen masih sama. Tapi tujuannya jelas, kamar Doyoung. Dia lalu masuk tanpa permisi dan mendapati Doyoung sedang meringkuk dengan bahu bergetar.

Junghwan tersenyum, sebegitu cemburukah Doyoung, sampai menangis seperti itu? Junghwan lalu menghampiri Doyoung, berjongkok, dan memegang bahunya. Doyoung tidak bereaksi, namun tidak menolak juga.

"Kenapa kesini?" Ucap Doyoung dengan suara parau dan sesekali terisak, masih dengan posisi meringkuk tanpa menghadapkan wajahnya pada Junghwan.

Junghwan lagi-lagi tersenyum, benarkah pria manis di hadapannya itu lebih tua darinya?

"Lihat aku." Ucap Junghwan lembut.

Doyoung tidak bisa menolak, dia langsung mengangkat wajahnya, menatap Junghwan, meski dengan penglihatan yang kabur akibat air matanya yang terus menggenang.

Di sisi lain, jika saja Junghwan tidak bisa menjaga kewarasannya, Doyoung sudah pasti sedang berakhir di jadikan boneka oleh Junghwan. Doyoung begitu menggemaskan, mata sembab, hidung dan wajah merah, lalu bibir yang mengerucut. Junghwan lalu memeluk Doyoung, menyuruhnya menumpahkan segala keluh kesahnya.

Doyoung lalu dengan berapi-api menceritakan penyesalan dan kecemburuannya. Doyoung juga menceritakan bahwa jika dia bisa memutar waktu, dia tidak akan melakukan hal yang dulu dia lakukan, sehingga menyebabkan Junghwan pergi darinya.

Doyoung lalu melepas pelukannya lalu menatap Junghwan. "A-aku tahu ini jahat. Tapi, bisakah kau meninggalkan wanita itu dan hidup bersamaku." Doyoung memohon.

Junghwan menghembuskan napas lalu memasang wajah serius. "Maaf, aku tidak bisa meninggalkannya." Ucap Junghwan.

Tangis Doyoung pecah lagi. Sebegitu terlambatkah dia? Sumpah demi Tuhan, dia rela menujar segala yang dia miliki untuk diganti dengan kesempatan kedua.

"Hei, jangan menangis." Ucap Junghwan sambil menghapus air mata Doyoung.

"Ta-tapi..."

"Biarkan aku menyelesaikan kalimatku. Ok?"

Doyoung mengangguk.

"Aku tidak bisa meninggalkannya, karena dia managerku. Namanya Lee Honey." Ucap Junghwan lalu tertawa.

"Be-benarkah?" Tanya Doyoung.

Junghwan mengangguk masih sambil tertawa, dia benar-benar tidak bisa menahan tawanya. Salah Doyoung sendiri karena terlalu menggemaskan.

"Brengsek." Ucap Doyoung lalu memukul-mukul dada Junghwan sambil menangis.

Masih dengan tertawa, Junghwan meraih Doyoung ke dalam pelukannya, lalu mengusap punggung serta kepala pria manis itu.

Junghwan menghela napas. "Kau yang pertama, kau juga yang terakhir. Selama hidupku aku tidak pernah bisa melihat orang lain karena kau selalu ada di setiap ujung pandanganku. Aku memang pergi, tapi kau adalah tempatku pulang. Aku-"

"Hentikan!" Ucap Doyoung lalu melepas pelukan mereka. "Aku tidak ingin mendengarkan apapun sekarang, tapi kau harus menjelaskan semuanya nanti!" Lanjutnya.

"Kenapa harus nanti? Aku bisa menjelaskannya seka-"

Belum sempat Junghwan menyeselasikan kalimatnya, Doyoung sudah diterjang oleh Doyoung dengan ciuman, lagi. Bukan hanya sekedar ciuman, tapi lumatan yang menuntut.

Junghwan sedikit menjauhkan tubuh Doyoung. "Ka-kau tidak sedang mabuk-kan?" Ucapnya sedikit trauma dengan kejadian terakhir.

Doyoung mendorong tubuh Junghwan hingga terlentang. "Aku seribu persen sadar." Ucapnya lalu mencium Junghwan lagi.

Persetan dengan kewarasan, dengan sekali gerakan Junghwan berhasil membalik posisi sehingga Doyoung yang berada di bawahnya. "Aku sudah memberimu peringatan, jangan salahkan aku jika tidak bisa berjalan setelah ini!" Ucapnya lalu melahap bibir Doyoung dengan rakus, lalu turun ke leher Doyoung, membuat tanda kepemilikan di sana.

"A-aku menerima akibatnya, bahkan jika kau membuatku kehilangan kesadaran." Ucap Doyoung.

Junghwan yang mendengar hal itu semakin berapi-api dan dibutakan dengan nafsu. Dia bahkan memilih untuk menarik kemeja Doyoung yang membuat kancingnya berhamburan kemana-mana, alih-alih membukanya satu persatu.

Setelah melihat dada telanjang Doyoung, nafsu Junghwan semakin tidak tertahankan. Ini bukan pertama kali, tapi sensasinya berbeda kali ini, karena Doyoung sedang tidak dalam pengaruh alkohol.

Junghwan lalu memberi tanpa pada bagian dada Doyoung, sembari memainkan puting Doyoung. Sementara Doyoung yang sedang di bawah kendali hanya bisa mendesah atas kenikmatan yang Junghwan berikan.

Setelah puas, Junghwan mengubah posisinya menjadi berdiri, membuat Doyoung yang masih terbaring menjadi bingung.

Junghwan menyeringai. "Ini bukan hanya tentang aku atau kau, ini tentang kita berdua. Sekarang giliranmu." Ucap Junghwan.

Doyoung langsung mengerti dan berlutut tanpa diminta. Dia lalu meraba celana Junghwan dan membukanya, membuat badan bawah Junghwan sudah tidak tertutupi sehelai benang-pun.

Doyoungpun bermain dengan 'milik' Junghwan. Meski agak canggung karena ini baru kali kedua Doyoung melakukan seks.

Setelah itu semua berjalan sebagaimana mestinya. Sungguh kisah yang rumit.

.
.
.

Bersambung

My Beloved Brother || HwanBby/HwanYoung vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang