Bab 5

14 18 7
                                    

"Masa lalu yang menyakitkan ada bukan untuk dikenang, tapi untuk dibiarkan begitu saja."

Aku tidak menyangka telah menculik kekasih teman baikku sendiri. Tentu saja Sebastian tidak akan keberatan dengan hal ini, aku sudah membantunya dalam banyak hal. Salah satunya memberi pekerjaan untuk Jasmine, kalau bukan rekomendasi dariku gadis cantik di hadapanku ini tidak akan pernah bekerja di Alkasia Gallery.

Aku tahu ini salah, tapi setelah melihatnya beberapa hari yang lalu aku merasa tertarik untuk mendekatinya. Perihal bagaimana tanggapan Sebastian tentang hal ini, aku yakin dia tidak akan peduli. Aku sudah mengenalnya cukup lama, dia tidak akan serius dengan gadis manapun.

Aku sedang memandangi Jasmine saat ia sedang menyantap Ramen. Aku bisa mengerti kenapa ia menolak ajakan makan malam bersamaku di restoran, itu karena ia tidak ingin mengundang beberapa masalah untuk Sebastian. Dari awal aku sudah bisa menebak bagaimana kuatnya hubungan palsu mereka, awalnya aku ragu saat melihat Sebastian begitu peduli terhadap Jasmine sampai berusaha mencari pekerjaan yang tepat untuk gadis ini. Tapi Sebastian bersih kukuh bahwa itu ia lakukan agar semuanya terlihat lebih nyata.

"Kau sering ke sini?" Tanyaku memecah suasana.

Jasmine mengangguk tanpa menatapku, ia lebih memilih menikmati makanannya. Entah sampai kapan ia akan bersikap ketus kepadaku, tapi aku akan berusaha membuatnya tertarik.

"Aku ingin bertanya padamu."

Jasmine menoleh, kali ini lebih santai. Memang benar, teori yang mengatakan bahwa perempuan akan lebih tenang jika diajak makan.

"Silahkan." Sahutnya.

Aku tersenyum spontan menatapnya. "Apa tanggapan mu?"

Jasmine mengerutkan kening seperti biasanya dan itu yang membuatku tertarik.

"Mengenai apa?"

"Mengenai aku yang tiba-tiba mendekatimu." Kataku.

Jujur saja, sebenarnya aku juga tidak ingin membuatnya merasa takut ataupun segan kepadaku. Aku menyadari kesalahan yang sudah kulakukan sejak tadi, tapi bagaimana lagi? Aku ingin sekali mengenalnya lebih jauh.

Jasmine menatapku dengan jengkel, aku pikir dia akan menghantam ku dengan kalimat-kalimat pedasnya. Tapi seketika dia mengangkat bahu dan tersenyum.

"Menurutku kau baik." Tuturnya.

Aku berusaha untuk tetap tenang meski merasa terkejut semoga saja aku tidak salah mendengar. Kulihat Jasmine menarik nafas sejenak, dan menghentikan makannya.

"Aku yakin kau mengerti kenapa aku berusaha menghindar. Bukan hanya denganmu, aku menghindari semua laki-laki." Tambahnya terlambat.

Aku mengangguk lalu menatapnya lekat-lekat. "Boleh aku bertanya satu hal lagi?"

Ia terlihat begitu tegang dan segera memalingkan wajahnya setelah mengangguk.

"Apa yang kau harapkan dari hubunganmu dan Sebastian?"

Aku tahu ini pertanyaan yang menyakitkan untuk seorang perempuan, namun aku merasa perlu bertanya. Tidak lama kemudian. Benar saja, Jasmine menghadiahiku dengan wajah mengkerut jengkel.

"Tenang dulu. Aku bukan ingin menyinggung, tapi aku butuh jawaban agar bisa memastikan. Apakah aku bisa mendapatkan kesempatan untuk menggantikannya atau tidak. Itu saja." Jelasku.

Jasmine segera meneguk minumannya lalu membereskan barang-barangnya, kurasa aku sudah salah bicara.

"Apartemenku sudah dekat. Terima kasih atas traktiran dan tumpangannya." Ucapnya datar.

A Day After MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang