"Dia berbeda. Ada sesuatu yang membuatku merasakan kerinduan saat tidak melihatnya."
Kathlyn memergokiku sedang memakan es krim di kafe dekat apartemen bersama Sebastian. Sejak tadi kami hanya mengobrol santai dan membahas mengenai pekerjaan Sebastian. Untung saja gadis itu datang sehingga aku merasa tidak sendirian mendengarkan keluhan Sebastian di hari libur ini.
"Ada apa ini?" Tanya Kathlyn saat sudah bergabung di meja yang dengan kami.
"Sedang mendengarkan Sebastian merutuki pekerjaannya." Jawabku dengan penuh kejujuran.
Sebastian langsung menaikkan sebelah alisnya berniat memungkiri kata-kataku barusan. "Siapa bilang?"
Kathlyn hanya menggeleng. "Omong-omong aku menemui mu ingin meminta maaf karena sudah dua hari ini aku berada di luar kota." Jelasnya.
Aku tersenyum kecut. "Kenapa tidak mencoba mengangkat telepon, kau tidak tau aku menunggumu seharian di gedung Teater?" Kataku ketus.
Sebastian terkekeh melihatku. "Dia tidak menunggumu, dia bersama Samuel di sana."
"Samuel?" Kathlyn bertanya dengan bingung.
Aku langsung menatap Sebastian dengan marah. Bagaimana bisa ia setenang itu mengatakan bahwa kekasihnya pergi bersama laki-laki lain untuk menonton teater.
"Samuel siapa?" Kathlyn mengulang pertanyaannya.
Sebastian akhirnya angkat bicara yang membuatku shock setengah hidup. "Samuel, selingkuhannya."
"Bastian!" Bentak ku kesal.
Raut wajah Kathlyn seketika berubah. Sepertinya ia mengingat Samuel yang pernah ku ceritakan tempo hari.
"Oh Samuel yang itu." Tukasnya.
"Ini semua gara-gara kau! Akhirnya aku dituduh tukang selingkuh oleh orang ini!" Kataku kesal.
Kathlyn malah tersenyum dan menatap Sebastian. "Memangnya kau tidak keberatan kalau kekasihmu selingkuh?" Tanya Katy.
Aku melirik ke arah Sebastian ia tampak berpikir, aku berharap ia menjawab bahwa ia keberatan agar aku punya alasan agar Samuel berhenti mendekatiku.
"Tidak. Hubungan kita sebatas kepura-puraan, selama ini aku tidak pernah melarangnya untuk dekat dengan siapapun." Jawab Sebastian dengan sangat yakin.
Hatiku sedikit terisis mendengarnya, padahal aku berharap sebaliknya. Bukan hanya untuk mencegah Samuel mendekatiku tapi untuk meyakinkan diriku bahwa hubungan ini bisa lebih dari sekedar kepura-puraan. Aku tahu ini berat karena bayang-bayang Alden masih melekat di hatiku. Tapi kenapa Sebastian tidak mencoba berusaha untuk membuatku mencintainya?
"Berarti cukup jelas sekarang? Kau harus bisa kembali kepada Alden."
Sebastian langsung menatap Kathlyn dengan kesal saat mendengar nama itu. "Kau bisa bersama yang lain, kecuali Alden!" Tegas Sebastian menatapku.
Aku juga tidak mengerti, kenapa ia begitu membenci Alden padahal mereka tidak saling mengenal bahkan tidak pernah bertemu. Tapi setiap kali menyebut namanya Sebastian merasa risih dan jengkel.
"Sepertinya kau dan Alden memang tidak pernah berjodoh, Jas." Ejek Katy.
"Aku tidak pernah berniat kembali padanya, aku hanya tidak terima karena diselingkuhi. Aku butuh penjelasan, itu saja?" Kataku.
"Dia masih mengirim kue dan surat-surat menyebalkan itu?" Tanya Sebastian dengan nada sarkas.
Aku mengangguk pelan. Meski tidak pernah memakannya lagi, aku sengaja mengambil surat-suratnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Day After Meet
General FictionBelajar untuk menerima seseorang yang pernah ada di masa lalu memang sangat menyulitkan untuk kebanyakan orang, itulah yang dirasakan oleh Alsera Jasmine Shaira, seorang pembuat roti yang beralih profesi sebagai perancang busana di Perth. Ia memili...