Kathlyn berjalan melenggang keluar dari mobilnya dan segera menghampiriku di lobby, hari ini aku sengaja mengajaknya untuk datang ke kantor untuk makan siang bersama. Jarak dari kantornya ke Alkasia Gallery memang lumayan cukup jauh, tapi karena ini permintaanku dia menuruti dengan sangat terpaksa.
Selama bekerja di sini, hanya sebagian kecil orang yang mengajakku bicara. Beberapa orang lainnya sibuk membicarakan aku di belakang, sudah pasti karena mereka tahu kalau kekasih Sebastian bekerja di kantor mereka. Kenyataannya sama saja, bekerja di toko roti sedikit lebih baik.
Semua pekerjaan berjalan dengan baik, hanya saja aku harus lembur sampai sore untuk menyelesaikan desain baju yang akan dipakai oleh Edelin Wong. Semua orang tahu dia siapa, Bernadeth menyerahkan semuanya padaku. Awalnya aku menolak mengingat perempuan itu dikenal sebagai salah satu mantan pacar Sebastian, tapi aku harus bersikap profesional dan kuharap dia juga begitu.
Aku memperhatikan Kathlyn yang tampak seperti mencari sesuatu di luar ruangan.
"Kenapa?" Tanyaku penasaran.
"Aku mencari selingkuhan mu itu. Katamu dia sering ke sini." Ungkapnya.
Aku menghela nafas lalu membenarkan kalimatnya. "Maksudmu Samuel?"
"Oh jadi sekarang kau sudah mengakuinya menjadi selingkuhan?"
Kalau bukan karena lapar mungkin aku sudah melayangkan garpu di kepalanya. Kathlyn sama saja dengan Sebastian, sama-sama menyebalkan. Sesaat kemudian aku berusaha untuk tetap santai dan tidak terpancing meski aku ingin sekali mengetuk kepalanya.
"Sudah dua hari dia tidak kelihatan di kantor ini. Mungkin sedang sibuk." Aku menjawab sambil dalam hati bertanya-tanya.
Sebenarnya aku juga sedang mencarinya. Dia tidak pernah muncul selama dua hari ini, bahkan tidak menelpon ku, dan tidak... Tunggu dulu, kenapa aku harus mencarinya? Bukannya aku berusaha membuat Samuel menjauhiku.
"Memang biasanya ada keperluan apa dia ke sini?"
Aku mengangkat bahu. "Tidak tahu."
Aku memang tidak pernah tahu tujuannya datang ke Alkasia Gallery dan aku merasa tidak perlu untuk menanyakannya. Sebenarnya aku harus merasa senang karena dia tidak datang lagi untuk mendekatiku, tapi kenapa saat ini justru aku merasa aku yang berharap dia datang.
Setelah menemaniku makan siang, Kathlyn tidak langsung pulang ia ikut menungguku menyelesaikan desain untuk Edelin. Ia memang paling mengerti kalau aku butuh teman untuk bercerita, berbeda dengan orang-orang yang ada di kantor ini. Kecuali Bernadeth, dia satu-satunya orang paling ramah di kantor ini.
Omong-omong tentang Bernadeth, aku jadi teringat tentang ucapannya waktu itu. Tentang siapa yang merekomendasikan aku untuk bekerja di sini, tapi kurasa itu atas dasar perintah Sebastian. Jadi mau siapapun yang merekomendasikan aku, tetap Sebastian yang menjadi alasanku berada di sini.
"Bagaimana menurutmu?" Tanyaku pada Kathlyn memperlihatkan desain gaun berwarna ungu.
"Edelin akan tampak lebih cantik pastinya, ini bagus." Komentarnya.
Aku segera menambahkan lebih detail lagi untuk bagian bawah gaunnya.
Edelin adalah seorang model cantik, apapun yang ia kenakan akan tampak mewah di badannya. Sehingga ia tidak perlu baju yang terlalu ramai, cukup menambahkan beberapa helai kain di tangannya ia akan tampak seperti putri dari kayangan.
"Oh iya. Bagaimana kabar Ibumu?"
Aku menoleh sebentar melihat Kathlyn sedang menanti jawaban dariku. Kabar ibuku? Aku belum menghubunginya beberapa hari ini. Terlalu sibuk sampai melupakan hal penting itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Day After Meet
Narrativa generaleBelajar untuk menerima seseorang yang pernah ada di masa lalu memang sangat menyulitkan untuk kebanyakan orang, itulah yang dirasakan oleh Alsera Jasmine Shaira, seorang pembuat roti yang beralih profesi sebagai perancang busana di Perth. Ia memili...