"Kamu bisa melukaiku dengan banyak cara, mendua adalah salah satunya. Tapi ketahuilah, apapun kesalahan yang kau lakukan akan tetap kumaafkan. Karena, kenapa? Karena cinta yang kupunya terlalu besar jika harus kuberikan kepada orang lain selain kamu."
Pagi ini langit Australia bagian barat sangatlah cerah, masih dengan udara dan pemandangan yang sama sekali tidak berubah. Jalanan juga sudah mulai ramai sejam yang lalu, aku yakin Alden juga sudah bangun pagi ini. Kembali kuperhatikan beberapa bangunan tinggi di sekitar, benar-benar kota yang selama ini aku mimpikan, Alden sengaja memilihkan apartemen ini untukku. Pria itu tau kalau aku menyukai keramaian, itu sebabnya tinggal di kawasan St. Georges Terrace adalah pilihan yang tepat apalagi menara Swan Bell dapat dilihat dengan jelas dari apartemenku.
Aku menyingkap selimut, mengingat hari ini aku harus melamar pekerjaan. Katlyne sudah menyatukan berkas di atas meja kerjaku, aku berharap ia melakukannya bukan karena terpaksa. Sebab kemarin ia selalu bertanya perihal jadi tidaknya aku mencari pekerjaan baru, mudah-mudahan saja pikiranku salah. Setelah mandi dan berganti pakaian aku segera memasukkan map tersebut ke dalam tasku, Sebastian sudah berjanji untuk menjemputku menemui nona Bernathes yang merupakan maneger dari Alkasia Gallery Corporation. Aku sangat berharap semoga saja keputusanku untuk bekerja sebagai perancang busana tidaklah salah dan, meninggalkan Enriquel Bakery adalah sebuah keputusan yang tepat.
Sebastian menurunkanku tepat di depan toko busana, pria itu sengaja menurunkan kaca mobil sembari memberiku semangat dengan mengangkat secarik kertas yang bertuliskan kata 'semangat'entah sejak kapan Sebastian menulisnya. Aku mengangguk sebelum akhirnya ia pergi melaju dengan cepat, segera saja aku berbalik menatap tulisan yang menempel pada bagian atas bangunan tersebut.
"Alkasia Gallery."
Nama itu berhasil kuucapkan dengan benar, aku menarik nafas panjang lalu berjalan masuk ke dalam dengan cepat. Aku tidak menyangka sekarang berada di tempat ini, kalau bukan karena Sebastian ilmu yang sudah kupelajari tidak akan berguna sama sekali. Mataku masih terus terpana menatap baju-baju yang dikenakan oleh menaken di setiap sudut ruangan, mulai dari baju pengantin, hoodie, dress dan juga berbagai macam pakaian wanita pada umumnya. Sekilas aku berpikir, semoga saja aku bisa menghasilkan karya-karya seperti ini nantinya.
Ditengah kekagumanku tiba-tiba seseorang menyentuh pundaku, hampir saja aku berteriak namun segera kubekap mulutku dengan jemari. Wanita yang mengejutkanku juga ikut terkejut melihat tingkahku, aku rasa karena pekikanku yang lumayan berisik.
"Permisi, Saya asisten nona Bernathes. Anda sudah ditunggu di ruangannya. " Wanita berseragam itu menunjuk pada ruangan yang berada di sudut kanan.
Mataku beralih dan mengikuti telunjuknya. "Terima kasih."
Aku segera berjalan menuju ruangan nona Bernathes dengan cepat, jujur saja kali ini aku benar-benar takut. Bagaimana jika aku ditolak untuk bekerja? Atau nona Bernathes tidak menyukai penampilanku yang biasa ini? Rasanya aku ingin berputar dan keluar dari bangunan ini.
"Jasmine, masuk. Aku tau kau sedang berdiri di luar."
Mataku membulat sempurna, merasa malu karena tertangkap basah ingin mencoba untuk kabur. aku benar-benar gadis payah, pantas saja aku tidak pernah mendapatkan sesuatu yang kuinginkan. Kulangkahkan kakiku untuk bertemu dengan Bernathes, sesampainya di hadapannya aku benar-benar terkejut karena apa yang aku bayangkan adalah sebuah kesalahan. Nona Bernathes bukanlah seorang berwajah garang dan menakutkan, melainkan sangatlah cantik dan juga memiliki senyum yang sangat manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Day After Meet
General FictionBelajar untuk menerima seseorang yang pernah ada di masa lalu memang sangat menyulitkan untuk kebanyakan orang, itulah yang dirasakan oleh Alsera Jasmine Shaira, seorang pembuat roti yang beralih profesi sebagai perancang busana di Perth. Ia memili...