"Jadi... rumus volume tabung itu..."(Y/n) daritadi tidak bisa berhenti melongo memperhatikan buku tulisnya. Tumpukan buku di atas meja bersama seorang anak laki-laki yang memegang pulpen... tentu saja, bagaimana tidak kaget? Seorang anak yang masih berumur tujuh tahun--tengah mengajari (Y/n)!
"...ini serius? Kau serius naik kelas lima, Bedo?"
"Mau aku ulangi berapa kali, kak Mora? Iya. Kita bahkan sekelas."
Jawaban santai Albedo menambah serangan jantung (Y/n). Matematika memang membuatnya pusing tujuh keliling, tetapi fakta ini lebih membuat otaknya ingin kabur meninggalkan (Y/n) seorang diri.
Sudah seminggu berlalu semenjak kenaikan kelas tahun ini. Namun (Y/n) tetap tidak percaya atas apa yang terjadi seminggu lalu. Mendadak--(Y/n) melihat dengan mata kepala sendiri--Albedo datang ke kelasnya dan mengambil tempat duduk tepat di sampingnya.
"Anak-anak, hari ini kalian akan mendapatkan teman baru!"
"Halo. Nama saya Albedo, salam kenal."
Nada datar, postur tegap, tetapi tubuh pendek dan yang paling kecil di ruangan itu... manik (Y/n) terbelalak melihat sosok anak laki-laki bersurai krim muda tersebut.
Mana lagi, wali kelasnya barusan bilang... teman baru?
"Dia anak loncatan, haha! Sangat jenius! Albedo, untuk hadiah kedatanganmu, ibu membolehkan kau duduk di tempat yang kamu inginkan!" Sang guru tersenyum lebar, mendapat lirikan Albedo.
Albedo menganalisis satu ruangan sejenak, perlahan ia mengangkat jari telunjuk, mengarah pada bangku seorang gadis.
"Oh...? Kau mau disitu? Baiklah... Mia, kalau tidak keberatan, pindah ya."
Mendengar perintah gurunya, si gadis kecil berwajah masam sejenak, lalu menoleh ke (Y/n) dan mengucapkan perpisahan. Tak lama, begitu bangku kosong, Albedo langsung mengambil tempat duduk.
"Padahal aku sama Mia udah janjian duduk sebangku..." gumam (Y/n). Namun tetap saja, mentalnya masih terkejut setengah mati atas apa yang terjadi kemarin-kemarin.
"Kak Mora nggak suka duduk sama aku?" Nada kecewa yang keluar dari mulut Albedo menyerang (Y/n). Wajah (Y/n) memucat, dan ia menggeleng secepat mungkin.
"Bukan! Bukan begitu maksudku... h-hanya saja... k-kau kelewat pintar, Albedo..."
(Y/n) sedikit segan dengan kecerdasan anak ini. (Y/n) dulu yang berumur delapan tahun masih menginjak kelas dua. Namun Pangeran Kapur...
"Kak Mora sekolah di SD NPC, ya?"
"Hm? Iya. Memangnya kenapa?"
"Tahun depan kan aku masuk SD. Aku juga mau masuk kesana!"
Sesuai kata Albedo, dia benar-benar mengikuti jejak (Y/n) masuk ke sekolah sederhana tersebut.
Yang lebih mengejutkan, (Y/n) dulu pernah dengar-dengar kabar soal ada anak baru yang minta langsung dinaikkan ke kelas empat. Nampaknya itu Albedo, tetapi (Y/n) tidak tahu alasannya. Namun pihak sekolah hanya bisa menaikkannya sampai kelas tiga, karena tidak yakin atas kemampuannya.
Lalu tahun ini, (Y/n) dengar-dengar lagi (hasil dari menguping gosip guru), sekolah menawarkan Albedo langsung diluluskan saja, karena kemampuannya benar-benar diluar nalar anak biasa. Yang aneh, Albedo justru menolak, meminta untuk loncat ke kelas 5B, kelasnya (Y/n).
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] 𝙈𝘼𝙉𝘼𝙅𝙀𝙍?! ┄︴Genshin! Idol AU
FanfictionDemi hidup bermandikan koin mora, aku akan rela melakukan pekerjaan kuli sekalipun! !ᕕ( ՞ ᗜ ՞ )ᕗ! Tetapi... "Manajer! Sekali saja, ya~? Wine?" "Manajer, boleh bantu aku sebentar?" "Manajer, mana almond tofu?" "Manajer... tolong evaluasi tarianku...