11.

303 50 5
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡









"Maaf, tapi saya akan mengajukan pembatalan pernikahan."

Dino menatap Mashiho datar, dia gak langsung ngasih respon.

Karena pernikahan kemarin ada pergantian mempelai, akhirnya dokumen nikah mereka masih dalam proses karena data Dino juga baru masuk.

Memang bukan hal mudah juga untuk mengajukan permohonan pembatalan pernikahan tapi, mungkin tidak akan seribet proses cerai.

Dia sedang berusaha giat untuk menerima semua situasi nya saat ini, tapi yang dia perjuangkan malah ingin berhenti.

Lantas, Dino harus apa? Tetap berlagak keren dengan menahan agar Mashiho tidak melakukan itu atau menerima dan kembali ke kehidupan normalnya yang monoton?

Lelaki yang lebih tua itu ngehela nafas, menaruh gelas yang sedari tadi dia genggam.

"Saya gak tahu alasan kamu mengajukan hal itu karena apa, mungkin karena kamu sangat mencintai adik saya atau kamu gak nyaman dengan saya, tapi maaf sebelum kita benar-benar berpisah, saya ingin kamu mengetahui cerita yang mungkin belum kamu dengar."

Mashiho menatap sosok didepannya, suasana ikut redup seolah mendukung rasa duka untuk kembali dirasa.

"Saya tidak akan pulang jika Jeongwoo tidak memaksa, dia semakin sering menghubungi saya saat tanggal pernikahan kalian sudah ditetapkan." Mashiho meremat kuat pegangan gelasnya.

"Setiap saat dia menceritakan tentang kamu, sikap manis kamu, sikap baik kamu, cara nanganin kamu marah, cara nenangin kamu pas nangis dan masih banyak lagi. Saya awalnya tidak benar-benar menyimak, tapi sekarang rasanya semua yang Jeongwoo ceritakan seolah menjadi ilmu untuk saya."

Mashiho tidak memberikan respon apapun selain helaan nafas panjang.

"Tiga minggu menjelang hari H, dia hampir dua kali sehari menghubungi saya. Awalnya dia hanya berbicara ngalor ngidul, sampai akhirnya dia bilang kalo setelah menikah dia ingin mengajak kamu bertemu dengan saya di Korea. Katanya kamu suka bermain basket, jadi pastinya kamu bakal suka saat dia ngajak kamu ke lapangan basket umum di tepian sungai Han."

Mata Mashiho mulai memanas, dia tidak tahu sejauh apa pembicaraan antara kakak dan mendiang adiknya ini.

"Akhirnya Jeongwoo mulai menanyakan ukuran baju sampai sepatu yang saya pakai, mungkin kamu tahu kalo dia merubah size pakaiannya."

Mata Mashiho membulat, benar juga karena dia baru ingat kalo Jeongwoo merubah ukuran kemeja dan setelannya disaat fitting terakhir.

"Itu semua ternyata disesuaikan dengan ukuran saya, yah memang ukuran kita gak beda jauh tapi untuk orang-orang yang sudah mengenal kita dengan baik, pasti tahu kalo ukuran kita berbeda."

"Dan yang terakhir, mungkin kamu tidak tahu." Dino menunjukan jari manisnya. "Jeongwoo membuat cincin ini dengan ukuran saya, dia mempersiapkan semuanya agar mejadi milik saya." Ujar Dino.

Lelaki itu tersenyum kecut, lalu dia menarik nafas nya dalam.

"Saya tidak tahu ini benar atau hanya khayalan, tapi pernah sekali Jeongwoo datang dalam mimpi saya hanya untuk mengatakan kalo kamu memang sengaja dia jaga untuk menjadi jodoh saya, walaupun berulang kali saya menolak Jeongwoo masih kekeuh dengan pendapat nya. Sebelum dia pergi dari mimpi saya, Jeongwoo mengatakan agar saya bisa menerima kamu."

Naik Ranjang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang