Beberapa hari ini mansion Calhoun sangat ramai. terhitung sudah sepuluh kereta kuda yang berhenti di depan untuk menurunkan tuannya. terlebih, tidak semua tamu William kenal sebab mereka berbahasa aneh seperti dari negeri tetangga.
"Istirahat lah dulu. sepuluh menit juga mereka tidak akan sadar kau menghilang," ucap William pada Vasant yang sejak matahari muncul sibuk disuruh mengangkut tong-tong besar. vasant tersenyum menyambut uluran bambu berisi air.
"Aku hanya tidak ingin membuat keributan hari ini. Kau tahu bukan kita semua sedang sibuk?"
William memutar matanya, "Tapi mereka sudah beristirahat sedang kau masih tetap memindahkan tong-tong sialan itu."
Vasant tertawa mendengar keluhan William. Berbeda dengan William yang sama sekali tidak boleh mengangkat dengan jarinya, Vasant hidup bak kerbau. Tubuh ringkih itu dipaksa bekerja tanpa henti sepanjang siang lalu menerima kemalangan di malam harinya.
"Bagaimana dengan lukamu?" tanya William merujuk pada luka yang dihasilkan si iblis Calhoun pada Vasant tempo hari hanya karena dirinya kalah bermain di casino. William tidak habis pikir mengapa kebodohan Calhoun dilampiaskannya ke makhluk polos seperti Vasant. William bertaruh Ia bisa mengalahkan si bodoh Calhoun dalam permainan judi yang diagungkannya.
"Tentu saja mereka membaik. Terima kasih untukmu," ucap Vasant lagi-lagi sambil tersenyum. William gemas mencubit pipi tirus itu.
"Malam ini aku tunggu di atap ya, bibi vampir berencana membuat roti curry sore nanti," bibi vampir merujuk pada petugas dapur yang bertugas menangani meja makan Calgoun. Dijuluki vampir sebab kulitnya yang pucat dan kemampuannya mengendus operasi penculikan makanan di dapur oleh William tiada banding.
"Kau akan mencurinya lagi? Terakhir kali ketahuan kau tidak bisa meninggalkan tempat tidur," ujar Vasant cemas.
William tertawa, "Tentu saja. Yang terakhir tidak cukup membuatku jera. Lagipula mengapa hanya mereka yang berhak makan enak sedangkan kita kelaparan?"
"Ta-tapi Willy..."
William tahu Vasant berusaha mencegahnya. Ia usap kepala Vasant agar si mungil itu tenang, "Tidak apa, aku akan baik-baik saja."
"Kau harus berjanji," ucap Vasant galak. William tertawa lagi. Vasant si mungil yang selalu berlagak kuat.
"Aku janji."
Mereka mengaitkan kelingking. Sebuah pingky promise yang selalu mereka akukan sejak mereka bertemu.
Vasant tersenyum puas. Lelaki itu meneguk airnya lagi lalu bangkit, "Aku harus kembali. Mereka pasti sudah sadar aku menghilang."
William mengangguk. Dirinya juga harus kembali sebelum kepala pelayan sialan Walter menyadari kalau Ia menyelinap pergi.
Matahari beranjak turun dari langit. Burung-burung terbang melintasi cakrawala, menuju rumahnya. William menjadi bertanya-tanya, apakah rumahnya memang mansion Calhoun dan cerita hidupnya memang menjadi pelacur? Mengapa ia tidak menjadi burung saja? Tidak perlu menjadi elang, Ia akan puas hanya dengan menjadi gagak.
Dari kamarnya di lantai tiga, William melihat Vasant tertatih-tatih. Sepertinya seseorang merundungnya lagi. Dengan sigap William memanjat dinding luar kamarnya dan melompat ke dahan pohon, bergelantung dengan lancar dan mendarat dengan selamat.
"Ayo mandi," ajak William. Wajah coreng-moreng dan badan yang menghitam memaksa Vasant untuk mengiyakan. Mereka berjalan beriringan menuju sungai di sebelah mansion Calhoun yang menjadi batas dengan hutan.
Di sungai mereka membersihkan diri dan merawat luka lalu buru-buru kembali ke mansion. William melihat semuanya. Luka-luka di tubuh Vasant bercerita lebih banyak dibanding pemiliknya. Meski vasant berulang kali mengatakan Ia baik-baik saja, luka di sekujur badannya meneriakkan tidak.