CHAPTER 7

612 59 34
                                    

Mari kita mundur ke waktu, dimana Iwaizumi dan Kageyama tak sengaja bertemu untuk yang pertama kalinya.

Hampir sepuluh menit lamanya, Iwaizumi terus mondar-mandir diteras rumah. Dirinya sudah bersiap untuk berangkat, tapi tak kunjung melangkah karena ragu.

Sembari menggigit ujung jarinya, mata Iwaizumi kemudian menyipit. Ia memutuskan untuk menelepon Oikawa sebelum beranjak datang.

"Ngapain lo nelepon gue?" Suara itu membuat Iwaizumi terhentak. Irama suara Oikawa terdengar penuh akan amarah.

"Itu... Kaki lo, udah membaik, kan?" Tanya Iwaizumi ragu. Ia belum mendengar jawaban dari Oikawa. Hanya ada dengusan yang beberapakali terdengar dari sebrang sana.

"Masih peduli, toh... Sama orang yang udah Lo renggut impiannya?" Oikawa menyambar Iwaizumi dengan kalimat yang menusuk.

Disana, Iwaizumi menggigit bibir. Jika diingat kembali, tindakannya dihari itu memanglah bodoh, jadi wajar apabila Oikawa membencinya.

"Gue mau jenguk, boleh kan?" Tanya Iwaizumi.

"Gaperlu..." Tolak Oikawa.

"Pokoknya gue mau liat keadaan elo, Oikawa." Iwaizumi masih bersikeras ingin datang.

"Hmphh-!" Dengus Oikawa. "... Ngapain sih? Mau ngetawain gue, iya?" Tekan Oikawa sekali lagi pada kalimat yang ia lontarkan.

"Gue mau minta maaf. Lo harus tau kalo gue beneran nyesel udah bikin lo cidera, Oikawa..." Jelas Iwaizumi tak gentar sedikitpun.

Oikawa hanya diam.

"Pokoknya, gue berangkat kerumah elo sekarang." Seru Iwaizumi. Ia tak ingin lagi mendengar penolakan dari Oikawa, untuk itulah Iwaizumi langsung mematikan teleponnya secara sepihak.

Hatinya sudah mantap, jadi Iwaizumi langsung melangkah usai menyimpan ponselnya didalam saku.

Hari itu, sekitar pukul setengah tiga sore. Akhirnya, selama dua bulan- Iwaizumi memberanikan diri untuk langsung mendatangi rumah Oikawa.

Iwaizumi tak pernah sekalipun bertatap muka pada satu bulan pertama, ketika Oikawa menjalani pemulihan kakinya dan beristirahat dirumah secara penuh.

Dibulan berikutnya, Oikawa sudah mulai masuk ke sekolah. Tapi ia enggan bicara dengan Iwaizumi sekalipun.

Pernah suatu waktu, Iwaizumi dan Oikawa berdebat cukup hebat- Mereka hampir membuat keributan dikelas.

Jarak rumah Iwaizumi dan Oikawa tak terlalu jauh. Jadi Iwaizumi menempuhnya dengan berjalan kaki.

"Terimakasih, oh, ya... ini uangnya." Kata Iwaizumi, memberikan uang kepada kasir toko roti. Ia masih ingat betul, kalau Oikawa menyukai milk bread. Jadi, Iwaizumi menyempatkan diri untuk mampir ke toko roti.

Sekarang, Iwaizumi berdiri mematung seorang diri. Ada suara lonceng yang menandakan kalau akan ada kereta yang melintas.

Bisa dibilang, rumah mereka berdua berbeda kompleks- yang dipisahkan oleh lintasan kereta.

"Disana..." Mata Iwaizumi kini menyorot anak tangga yang mengarah ke jalan lain. Letaknya ada diujung taman yang kebetulan saat itu Iwaizumi lewati.

Samar-samar, Iwaizumi seperti melihat rekaan ulang. Hari dimana ia sengaja mendorong Oikawa dari atas sana, hingga terjadi cidera pada kaki kanan Oikawa.

Mula-mula, Oikawa percaya kalau Iwaizumi tak sengaja mendorongnya ketika mereka berdua tengah bercanda disana.

Hanya saja, mimik wajah Iwaizumi tak bisa berbohong. Oikawa akhirnya paham, mengapa Iwaizumi melakukannya.

Unconditionally - OikKage [ END ]  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang